Mendengar kata lima sekawan selalu
membuat telinga saya tegak.
Pasalnya, saya termasuk yang sangat gemar cerita detektif
dan petualangan. Pada masa kecil saya melahap kisah seperti Lima Sekawan, Sapta Siaga, Hercule Poirot...kini sudah tua pun masih menikmati Dektektif Conan heheh.
Menjadi kanak-kanak pada tahun 80-an masih sangat terbatas ragam cerita anak, sehingga cerita dari luar menjadi favorit.
Di kemudian hari saya tahu bahwa bacaan akan membentuk karakter pembacanya. Mimpi
dan cita-cita seringkali terinspirasi oleh apa yang dibaca. Begitulah, sayapun pernah berharap setiap hari adalah libur sekolah dan bertemu dengan kisah misteri.
Kenyataannya saya tidak pernah bertemu dengan misteri apapun!
 |
Judul, penampilan dan Isi sungguh menarik- credit |
Sekarang setelah punya anak-anak, saya berfikir seribu kali sebelum memilihkan
bacaan untuk mereka.
Bagaimana cerita bisa membentuk karakter?
Belajar dari dongeng berbagai bangsa. Orang Cina mengajarkan kegigihan dan kerja keras melalui kisah, dan lihatlah bagaimana mereka bekerja tak kenal lelah menjemput kesuksesan materi.
Orang Jepang sangat bangga dengan jiwa luhur samurai yang terus mereka hidupkan melalui kisah-kisah. Hingga kini mereka terkanal dengan ketekunan dan kerja kerasnya.
Adapun orang Amerika menyajikan cerita futuristik sehingga anak-anak mereka terdorong terobsesi dengan antariksa, alat komunikasi, transportasi dan persenjataan canggih.
Bagaimana dengan di Indonesia?
Indonesia sebenarnya sangat kaya dengan ragam cerita
rakyat yang penuh hikmah dari seluruh pelosok nusantara. Seakalipun ada
beberapa cerita yang perlu dibingkai ulang pemaknaannya seperti kancil mencuri ketimun....
Indonesia juga punya sejarah panjang kisah perjuangan
yang dapat menjadi epik menarik. Tetapi mengapa anak-anak lebih suka dengan
cerita impor dari luar?
Bisa jadi karena kemasan dan penuturannya kurang ramah
anak.
Buku anak memang seharusnya tersaji menarik untuk
anak-anak. Beberapa hal yang menjadi catatan saya tentang buku anak yang
menarik pertama adalah penampilan. Cover dan penampilan buku akan membuat anak
meraih atau mengabaikan buku yang terpajang.
Cover dengan ilustrasi yang indah dengan warna-warni yang
menarik, dengan judul yang menarik, setidaknya membuat tangan anak-anak
berusaha meraih dan mengintip isinya. Apalagi jika ukuran buku juga sesuai
dengan tahapan usia anak.
Namun cover saja tidak cukup, tanpa cerita yang menantang
sesuai dengan bahasa anak-anak, tentu juga kurang membuat betah melanjutkan.
Font huruf dan ilustrasi di dalam juga mendukung. Apalagi jika bisa tersaji
dalam bentuk semi komik, lebih menarik lagi.
Sayangnya, buku dengan kriteria demikian biasanya
berharga lumayan. Lumayan mahal
maksudnya. Sehingga hanya terjangkau kalangan tertentu saja.
Saat mengunjungi pameran buku, terkadang saya menemukan
buku yang cukup bagus isinya. Namun ketika saya tunjukkan ke anak, belum tentu
mereka setuju untuk membacanya. Kan tidak nyaman jika anak-anak membaca cerita
dengan terpaksa. Seperti membaca buku pelajaran karena akan ujian saja...
Sebagai seorang muslim, ada nilai-nilai yang harus kita
wariskan pada anak-anak. Yaitu kecintaan dan meneladani Rasulullah. Cerita 25
kisah nabi dan rasul pada masa kecil saya, hanya berupa komik yang sungguh tidak
menarik. Ada juga yang berupa buku dengan cetakan dan ilustrasi seadanya.
Kini beruntunglah Indonesia memiliki beberapa tokoh penulis
cerita anak Islami diantaranya Kak Eka Wardhana. Anak-anak menjadi senang
membaca kisah nabi Muhammad dengan buku MuhammadTeladanku. Buku ini adalah contoh buku berkualitas secara isi maupun
penampilan. Anak-anak saya betah membaca seluruh serinya dari awal sampai
akhir. Harapan kita sebagai orang tua, anak-anak akan terinspirasi dan
meneladani pribadi Rasulullah.
 |
Revo melahap Mute-dokpri |
Indonesia masih membutuhkan lebih banyak lagi penulis
cerita anak dan penerbit yang fokus menyediakan bacaan berkualitas untuk
anak-anak. Dan tentu pemerintah seharusnya memfasilitasi buku berkualitas yang
menarik untuk dapat menjangkau semua kalangan.
Masyarakat dapat berkontribusi menurut bidangnya
masing-masing. Kontrol terhadap isi buku sangat diperlukan. Pornografi yang terselip dalam banyak komik yang dikonsumsi anak-anak adalah salah satunya. Termasuk kasus buku yang memuat seks education yang kurang pada tempatnya baru-baru ini.
Semoga ke depan makin banyak tersedia buku menarik untuk menginspirasi
anak-anak Indonesia. Amiin.
Artikel ini disertakan dalam Lomba Blog #PameranBukuBdg2014