Showing posts with label konsultasi keluarga. Show all posts
Showing posts with label konsultasi keluarga. Show all posts

Monday, July 15, 2024

ISTRI ‘NURUT’ PADA SUAMI, HARUSKAH?



Saya pernah membahas tentang bahas tentang ‘ngeyel’ di sini.. Sekarang temanya "nurut” ya...Saya doakan yang membacanya masuk surga, amin!

Dalam sebuah situasi, seorang bunda sebut saja namanya Dinda, menangis mengeluhkan suaminya. Dinda ingin menyumbang barang bekas yang ada di rumahnya untuk acara amal pengumpulan barang bantuan untuk korban bencana. Suaminya melarang, itulah yang membuat dia sakit hati dan bersedih.
“Apakah istri harus selalu nurut sama suami? Bahkan untuk hal-hal seperti ini...” isak Dinda.


Dinda menyadari, ia tidak bekerja, suaminyalah yang mencari nafkah, sedangkan ia masih menyelesaikan kuliah di tingkat akhir. Anak pertama mereka telah berumur 3 tahun, banyak pakaian dan perlengkapan bayi yang ingin ia sumbangkan untuk korban bencana. Tapi mentok di urusan ijin suaminya.

“Kita kan masih akan punya anak lagi, barang-barang ini harus kita simpan untuk anak ke dua.” Benar juga ya alasan suaminya.
“Allah Maha Kaya Bang, besok kita akan diberi kemampuan untuk membeli yang baru....” lirih suara Dinda tersendat.
“Yang cari uang itu aku...” kata suaminya menukas.

Endingnya bisa ditebak, Dinda masih menangis dan suaminya semakin jengkel.
Jika anda berada pada situasi ini, sebagai Dinda, apa yang akan anda lakukan?

Kalau saya menyarankan pada Dinda untuk mendahulukan ‘nurut’ pada suaminya. Menyumbang bisa lain kali, tapi jika tidak nurut, kerukunan dengan suaminya bisa terancam. Berat kan pertaruhannya.

“Nurut” atau taat pada suami sebenarnya tidak mutlak. Lho kok?
Yang mutlak itu hanya nurut taat pada Allah dan Rasulullah. Pada pemimpin (dalam keluarga suami sebagai pemimpin), itu ada syaratnya.

Apaan syaratnya?
Selama suami memimpin dalam kebenaran. Jika suami memerintahkan kebaikan, wajib nurut. Jika suami menyuruh pada keburukan, wajib menolak dan meluruskan suami.

Dalam kasus Dinda, suaminya tidak menyuruh pada keburukan. Bersambung.




Monday, June 10, 2019

Keterbukaan

Keterbukaan

By. Ida Nur Laila

Siang hari itu aku bertemu dengan seorang perempuan yang sedang terpuruk secara mental. Dalam kemarahan dan linangan air mata, ia mengadukan suaminya yang selama beberapa bulan dianggapnya membohonginya.

"Dia sudah menganggur selama ini, kenapa tidak bilang saya? Baru beberapa hari yang lalu ia mengaku!"
Sang suami telah berhenti dari salah satu pekerjaannya karena satu dan lain hal, namun ia tak bilang pada istrinya. Ia berlaku biasa, berangkat kerja dan memberi nafkah bulanan tanpa kurang. Rupanya ia memberi nafkah dengan uang tabungan. Semakin lama tentu menipis dan habis. Sementara di pekerjaan satunya belum memberikan hasil seperti yang diharapkan.

Esoknya saya sengaja bertemu dengan sang suami untuk mengetahui versi suami.
"Sengaja saya tidak bilang dari awal bu. Saya tahu istri saya tidak akan siap. Tadinya saya berfikir sambil mencari solusi, saya simpan masalah ini. Harapan saya, saya dapat sumber pemasukan baru yang kurang lebih sama, barulah akan saya beritahu istri saya. Namun belum sampai itu terjadi, istri keburu tahu karena mengecek rekening saya yang terus menipis."
Tak ada maksud buruk saat ia berbohong pada istri, justru maksud baik, namun tetap saja, dibohongi itu menyakitkan.

Dalam berbagai versi, kami menemui ketidak jujuran diantara suami istri. Beberapa dengan maksud baik, namun dengan cara yang salah.

Dalam kasus lain, sang istri menanam saham dan berkongsi pada sebuah usaha, atas ijin suami. Namun usaha itu bangkrut dan sisa modal dilarikan mitranya. Istri takut berterus terang pada suami, maka ia meminjam uang pada rentenir untuk tetap bisa seakan menerima bagi hasil dari temannya. Saking pandainya istri menyimpan, kejadian ini tersimpan selama 2 tahun. Sembari istri terus berangkat kerja, namun sebenarnya ditempat lain yang jauh lebih kecil hasilnya.
Persoalan muncul dan menjadi mengerikan karena acara pinjam ke rentinir, gali lobang tutup lobang itu telah membengkak hingga angka milyaran.
Bau masalah sudah tak dapat ditutupi, mereka harus merelakan menjual rumah dan itupun tak cukup untuk menutup hutang. Sedihnya, problem demikian berbuntut pada keutuhan tangga.

Keterbukaan, ternyata sesuatu yang tidak mudah dalam rumah tangga. Rasa tidak enak, takut menyakiti, akhirnya memilih bungkam dan menanggung masalah sendiri, ternyata bukanlah hal yang tepat.

Bagaimanapun, musyawarah adalah arahan Allah untuk maslahat kehidupan orang yang beriman.
“Sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka” [Asy-Syuura/42 : 38].
Musyawarah tentu menghajatkan keterbukaan agar bisa mengambil keputusan yang terbaik, jika masih ada yang disimpan, tentu akan membawa pandangan yang kurang pas.

Apakah berdusta antara suami istri dibolehkan?

Saya penggalkan artikel dalam Republika online:
Berdusta dalam rumah tangga ini disampaikan Amirul Mukminin Umar bin Khattab RA. Saat ia ditanya istri Ibnu Abi ‘Udzrah tentang apakah boleh seorang wanita berdusta lantaran diminta bersumpah oleh suami? Umar menjawab seseorang itu boleh berdusta, termasuk jika seorang istri tidak menyukai hal-hal tertentu kepada suami, ia boleh tidak jujur kepadanya.
Namun, batasan berbohong dalam rumah tangga, yaitu bohong yang tidak menggugurkan kewajiban pihak masing-masing. Al Hafidz Ibnu Hajar dalam Fathul Bari mengatakan  bahwa ulama sepakat jika yang dimaksud bohong antara suami-istri yang diperbolehkan, yakni bohong yang tidak mengambil sesuatu yang bukan haknya.

Hukum berbohong dalam kondisi sebagai satu-satunya jalan keluar juga bertingkat. "Jika tujuannya mubah maka berbohong juga mubah, jika tujuannya wajib maka berbohong juga wajib," tulis Imam Nawawi.

Kaidah yang dipakai dalam hal ini, yaitu hadis riwayat Muslim dari Ummu Kultsum. Ummu Kultsum berkata, "Aku tidak pernah mendengar Beliau SAW memberi keringanan tentang suatu pembicaraan orang-orang dusta, kecuali dalam tiga hal. Yakni, peperangan, memperbaiki hubungan antarsesama, serta pembicaraan seorang suami kepada istrinya dan seorang istri kepada suaminya."

Dalam hal ini, maka diperbolehkan dalam hubungan keluarga seorang istri memilih berbohong kepada suaminya. Sebab, jika dengan jujur justru akan mendatangkan madharat yang lebih besar.

Syekh Yusuf Qaradhawi juga menegaskan alangkah tidak bijaksananya seorang istri menceritakan terus terang kepada suami, misalnya kisah cintanya pada masa lalu yang telah dihapuskan dan ditutup aibnya. Bahkan, jika seorang suami memaksa istri untuk bersumpah guna menceritakan masa lalunya, Syekh Qaradhawi memandang paksaan suami tersebut tidak bijak. Pertama, karena mengungkit masa lalu termasuk tindakan yang sia-sia. Kedua sumpah tersebut tidak akan menyelesaikan masalah rumah tangga itu.

Baiklah, dua kasus yang saya angkat diatas, tentulah bukan termasuk bohong yang dibolehkan. Pada kasus peertama, karena istri yidak tahu, maka ia tak merubah gaya hidupnya. Juga tak sapat membantu suami baik dengan usaha dan doa.
Dalam kasus kedua apalagi. Istri mengaku "berkorban' karena gakut dimarahi suaminya. Namun ternyata pengorbanan tersebut membawa lebih banyak lagi korban. Apalagi sampai bermakshiat dengan terlibat riba.

Mari meyakini arahan Allah, sebab hidup berumah tangga akan menjadi berkah saat menjalankan saja kaidah-kaidah agama. Keterbukaan mungkin berat dan menyakitkan untuk sesaat, namun akan lebih baik untuk jangka panjang.

Mari membangun keluarga dengan keterbukaan dan musyawarah untuk keindahan cinta dunia akhirat.

Monday, June 26, 2017

Pesan Untuk Menantu

Dalam waktu 2x24 jam.
Iikers 600 lebih.

Pesan untuk para menantu: agar suamimu makin cinta  padamu

Di seputar hati Raya, jika suamimu mengajak mudik, menurutlah. Bantulah suamimu menjadi anak solih. Selanjutnya, bisa dimusyawarahkan setiap setahun sekali bergantian mudik ke rumah ortu atau mertua.

Di rumah mertua, berlakulah sebagai anak menantu yang baik.
Datanglah dengan takdzim, membawa oleh-oleh semampumu. Berilah sesuatu untuk ibu mertuamu, sekalipun engkau dalam keadaan kesulitan keuangan. Yakinlah memberi pada mertua, akan membuka pintu rejekimu. Saya dan banyak orang sudah membuktikan.

Jika suamimu telah berpenghasilan rutin, sisihkan sebagian untuk orang tuanya. Sampaikan sebagai ungkapan terimakasih telah membesarkan dan mendidik suamimu. Sekalipun uang itu tidak dibutuhkan oleh mertuamu yang berkemampuan. Dan biasanya akan dikembalikan padamu dalam bentuk lain yang bisa jadi lebih banyak. Serahkan saja, sebagai bentuk baktimu.

Saat engkau memakaikan baju baru untuk anakmu, maka jangan lupa memakaikan baju baru untuk orang tua yang telah memakaikan baju baru pada suami, saat ia masih kecil.

Berlapang dadalah jika mertuamu menyampaikan nasehat, kritik atau saran. Terimalah tanda cinta tersebut sekalipun kadang tidak sesuai dengan kehendakmu. Percayalah, tak ada orang tua ingin menyengsarakan anaknya. Yang ada adalah bahasa yang berbeda dan cara yang berbeda karena rentang generasi dan pengetahuan.

Belajarlah memasak dari mertuamu, karena anak lelaki seleranya mengikuti masakan ibunya, belum tentu sesuai masakanmu atau masakan ibumu. Itu jika mertuamu suka memasak untuk anaknya. Salah satu cara mengambil hati suami adalah dengan memanjakan lidahnya.

Muliakan suamimu di rumahnya. Sekalipun di rumahmu sendiri berlaku kebiasaan egaliter, layanilah suamimu di depan ibu mertuamu. Semua ibu ingin anak lelakinya dimuliakan oleh menantunya. Jangan pernah buka aib suamimu di depan mertuamu, jangan kau kritik apalagi kau marahi di depan orang tuanya.

Terlibatlah dalam kerepotan rumah tangga di rumah mertua saat lebaran. Jangan berlaku seperti tamu yang minta dilayani atau justru mengurung diri di kamar. Sekalipun di rumahmu engkau tak pernah mecuci piring, menyapu atau mengepel. Lakukan saja selama di rumah mertuamu.

Jika mertuamu atau keluarga besarmu campur tangan dalam pendidikan anakmu, bersabarlah, tokh hanya beberapa hari. Kecuali dalam masalah prinsip dan kemaksiyatan.
Kurangi berdebat untuk perbedaan dalam hal-hal teknis. Sekalipun engkau banyak belajar parenting, tak perlu menggurui mertuamu. Mintalah nasehat dan doa untuk kebaikan keluargamu.

Ada saatnya seorang menantu mendapat kedzaliman dan keluarga suami, fitnah atau caci maki. Inilah saat bersabar dan berdoa. Doa orang yang teraniaya tanpa hijab di hadapan Allah. Berdoalah yang banyak,  yang baik-baik. Semoga engkau bersabar dan ikhlas. Mudahlah untuk memaafkan dan meminta maaf, sekalipun engkau dipihak yang benar.

Tak perlu cemburu jika suamimu manja dan mesra pada ibunya. Bukankah engkau juga suka, jika anakmu manja dan mesra padamu. Biarlah mereka melepas rindu, jangan kau ganggu.

Terakhir, yakinlah janji Allah, bahwa balasan kebaikan adalah kebaikan. Cepat atau lambat. Allah sesuai persangkaan hambanya. Allah tidak tidur dan tidak lupa. Jika orang lain enggan membalas kebaikanmu, mengabaikan dan mencibir, maka ingatlah Allah yang akan membalas. Tak perlu marah atau dendam. Tetap tersenyum dan bermuka cerah. Katakan kata-kata penduduk surga, kata-kata yang  mengandung keselamatan.

Selamat mudik, semoga menjadi momen manis menantu mertua yang merekatkan cinta dan menjadikan suamimu makin mengerti, siapa dirimu sesungguhnya: perempuan solihah yang layak dicintai dunia akhirat dan tak akan diduakan selamanya.

Boleh saja engkau tidak sepakat dengan nasehatku ini, tetapi ketahuilah, ini adalah diantara rahasia, mengapa suamiku selalu mencintaiku.
Hihihi...terserah kamu ah, mau percaya atau tidak.

Ida Nur Laila

Tuesday, June 9, 2015

Suamiku Anak Mama

Apa yang anda bayangkan tentang "anak mama"?
Seorang anak lelaki yang sayang dan disayang oleh mamanya. Menurut dan selalu berkata: " Yes, Mam".

Hmm, mungkin bagus selama belum menikah. Namun, sering menjadi masalah saat si anak lelaki telah menjadi seorang suami dan kepala rumah tangga.
Setidaknya, begitu yang kudengar dari para pelakunya.
Anda ingin dengar juga. Oke, semoga ada manfaatnya. Tapi catat ya, ini bukan tentang suami saya hehe.

Kisah pertama, adalah sebuah keluarga yang berpisah ranjang selama sekitar 5 tahun. Suami tinggal di rumah orang tuanya dan sang istri tinggal bersama 4 anaknya, dalam kota yang sama.
Awalnya, mereka tinggal di rumah ortu sang suami. Kebetulan sang suami membantu mengelola usaha keluarga. Karena satu dan lain hal, termasuk intervensi ibu mertua pada keluarga mereka, sang istri tak tahan lagi. Ia memohon untuk mereka pindah rumah.

Dengan persetujuan bersama, mereka membeli rumah dalam jarak yang terjangkau untuk lokasi tempat kerja, baik suami maupun istri. Anehnya, ibu mertua melarang anaknya untuk pindah.
Jadilah rumah tangga yang ganjil. Suami hanya sesekali menengok anak istrinya. Ia mengantar jemput sekolah salah satu anaknya, tapi ia tetap tinggal bersama orang tuanya.
Sang istri jungkir balik sendirian mengurus empat anaknya, sementara dalam konflik berkepanjangan, hubungannya dengan ibu mertua makin memburuk. Sampai pada titik sang menantu ini tak lagi diterima di rumah ibu mertuanya.
Hmmm....


Kasus kedua, beberapa suami yang memilih menceraikan istrinya, karena menuruti perintah orang tuanya, khususnya ibunya. Ia menganggap, sebagai bagian dari baktinya, maka ia akan memilih nasehat ibunya dari pada istrinya sendiri.
Sepintas terdengar manis dan benar, ya. Namun, dalam memandang sebuah kasus, harus dilihat dengan seutuhnya.

Konflik keluarga selalu kompleks, bukan linier. Tak pula kesalahan hanya dibebankan pada satu pihak, apakah ibunya, suami atau justru sang istri.
Ada nasehat yang berbeda untuk masing-masing fihak.

Para ibu, hendaklah membuka ruang baru untuk para menantu perempuan. Anak lelaki yang direlakan menikah, telah menjadi kepala keluarga. Para mertua belajarlah untuk percaya, bahwa menantu perempuannya mencintai anak lelakinya, sebagai mana dirinya mencintai anaknya. Dan oleh karenanya, akan mengurus suami itu dengan baik.

Jika menantu masih mengecewakan, tak bisa langsung di PHK....heheh. Didiklah menantu, seperti mendidik anak sendiri. Ajarilah berlaku sebagai istri dan menantu yang baik.
Bayangkan saja, jika dulu ibu mertua terlalu menyetir suaminya, atau mengintervensi keluarganya, tentu tidaklah menyenangkan.

Kepada para menantu, telah banyak saya tulis nasehat pada para istri agar berbakti kepada mertua, terutama ibu mertua, sebagaimana ia berbakti pada ibunya sendiri.
Tetap sediakan ruang bahwa ibu mertuanya, selamanya akan merasa memiliki sang anak lelaki. Bantulah para suami agar menjadi anak berbakti. Di sisi lain, yakinkan pada mertua, bahwa kita menantu yang baik, yang mencintai anaknya sepenuh hati. Yakinkan dengan perbuatan, bukan kata-kata.

Jagalah kata-kata, karena seringkali menjadi sumber kesalah pahaman. Jangan pernah adukan suamimu pada orang tuamu, maupun pada ibu mertua. Itu hanya akan memperburuk suasana. Pujilah suami di depan mertua. Tunjukkan lebih-lebih sikap hormat pada suami, terutama jika bersama mertua.
Jangan menegur mertua, atau berbantah-bantah. Itu hanya akan melukai perasaannya. Iyakan saja setiap nasehatnya, sekalipun engkau memilih dan memilah, mana yang akan kau lakukan.
Jangan pernah bicarakan kekurangan ibu mertua pada suami, itu juga menjadi sumber konflik. Apalagi jika suami pengadu.

Kunci utama ada pada para suami. Wahai para suami, dengarkan!
Engkau telah memilih istrimu, maka hormatilah pilihanmu sendiri dengan konsisten dalan menjalankan hak dan kewajibanmu. Bukan hanya dalam nafkah, tetapi juga dalam mendidik, menjaga dan melindungi istri. Bahkan dari 'gangguan' keluargamu dan ibumu sendiri.
Jangan pernah ceritakan kekurangan istrimu pada ibumu, atau ibu mertuamu. Tegurlah, nasehatilah sendiri istrimu. Karena kini kewajiban ada di pundakmu. Dan jangan menjadi suami yang suka mengadu pada ibu.

Istrimu sedang belajar menjadi seorang istri dan menantu, sebagaimana dirimu sedang belajar menjadi suami dan menantu. Maka tolong menolonglah kalian seumpama satu tubuh.
Ingat kisah nabi Ibrahim, yang menyuruh nabi Ismail menceraikan istrinya, lantaran istrinya seorang pengadu dan berakhlak buruk. 

Jadilah suami istri seumpama pakaian, yang saling menutupi aib dari keluarga besar. Selesaikan problem keluarga sebisa mungkin berdua saja. Jika gagal barulah mencari pihak ketiga yang kompeten. Jika gagal barulah melibatkan keluarga.

Sekali lagi, untuk para lelaki yang telah beristri, sadarilah tanggung jawab ini. Engkau kini kepala keluarga, punya tim sendiri, maka bermusyawarahlah dengan istrimu dalam melangkah. Tak lagi meminta pendapat utama dari ibu.

Kepada ibu, selalulah meminta restu dan doa, agar dimudahkan dalam menggapai keluarga sakinah. Tanpa perlu kau ceritakan renik-renik problemmu. Biarlah ibumu mengira, keadaanmu selalu baik-baik saja, agar tak membuat hati ibumu menderita.

Jangan lupa, mintalah pertolongan pada Allah dengan sholat dan doa: "Rabbana hablana min azwaajina wa dhurriyatina qurrata a'yunin, waja'alna lil muttaqiina imaman."
Amiin.

Saya hanya berangkat dari pengalaman hidup dan mengambil pelajaran dari berbagai problem yang masuk. Mungkin jauh dari teori berumah tangga. Semoga bermanfaat untuk anda.
Boleh berbagi pengalaman di kolom komentar.

Btw, agar suami tidak menjadi anak mama, baca ini saja deh. boleh pesan ke saya via pin BB 7EF66097


Saturday, May 30, 2015

Hantu Sang Mantan

Waah judulnya ngeri banget. 

Eit, ini bukan postingan horor malam Jumat, tapi 'hantu' dalam makna yang lain. Jadi simak saja fragmen di bawah ini.
Sepasang keluarga muda yang sedang dilanda konflik kecil, terpaksa berjauhan sekalipun bukan dalam artian pisah ranjang. Komunikasi via sms atau WA diantara mereka kadang menimbulkan konflik baru.

"Mas, ini mantanku sms. Boleh dibalas, apa enggak?"
Pertanyaan sederhana dari sang istri yang cantik, sebenarnya tak akan menimbulkan gejolak jika hubungan mereka sedang manis. Tapi ini sedang pahit eh asam.

Bagaimana mensikapi pertanyaan itu?

Bagi suaminya, pertanyaan itu membawa bara cemburu. Sebenarnya mereka pasangan serasi, paling tidak secara fisik yang lelaki ganteng, yang perempuan cantik. Tapi justru di situlah godaannya. (Kecemburuan sang istri, atas para penggemar suaminyalah yang membuat ia mudik ke rumah ortunya).

"Jadi, dia mulai berhubungan kembali dengan sang mantan?"
"Jadi, sang mantan mencoba pdkt lagi?"
" Atau dia mengancamku, bahwa ia masih punya banyak penggemar?"
Pertanyaan yang tercipta dari persepsinya sendiri yang membuat hatinya panas dan  otak lelaki itu menguap tak keruan.

Ooh malapetaka cinta. 
Sakitnya tuh di sini.

Begitulah, seandainya ia bisa menyanyi.
Tapi saya melihat hal lain, yang bisa dibilang positif.
"Dia minta ijin, untuk boleh tidaknya menjawab SMS, itu artinya istrimu masih menghormati keberadaanmu."

Lelaki muda itu mengernyitkan dahinya.
Biarlah kujelaskan agar tidak menjadi rumit baginya.
"Kalau dia niat selingkuh, pasti dia akan sembunyikan komunikasinya dengan sang mantan, tapi ini dia bertanya padamu."
Ia mengangguk-angguk.

Eh, pembaca setuju enggak dengan analisa saya:
"Orang yang menyengaja selingkuh, kalau ia agak waras, pasti menyembunyikan dari pasangan. Lain cerita kalau sudah enggak waras."
Kalau dia masih minta ijin, bertanya sekalipun suaminya tinggal nun jauh di sana, insya Allah sama sekali tidak berniat selingkuh.
Sekalipun ia tetap salah karena terlalu jujur. Terlalu lugu.

Lho jujur kok salah.
Iya memang. Terlalu jujur pada pasangan, dan mengatakan semua hal tentang lintasan fikiran atau aib masa lalu, adalah kesalahan.
Kesalahan pertama, jangan pernah bercerita tentang barisan para mantan dan penggemar.... ciee.

Sekalipun dulu ada sekompi barisan para mantan dan fans club, jangan pernah tunjuk hidung mereka berikut semua story, pada pasangan sah. Karena mereka adalah masa lalu yang tidak sah.
Kedua, jangan menginformasikan hal yang tidak perlu, yang jika diinformasikan justru akan membuat pasangan cemburu, marah bahkan meradang.

Misal dalam kasus di atas. Lebih baik sang istri membalas sms dengan kalimat:
"Maaf saya tak bisa lagi berhubungan dengan anda, demi keselamatan rumah tangga." Titik. Dan jangan ceritakan pada suami.
Benar-benar titik! 
Setelahnya hapus semua chat dan tak pernah lagi berkomunikasi dalam bentuk apapun.

"Apakah saya tidak tergolong orang yang memutus tali silaturahim?"
Tanya seseorang yang masih saja berkomunikasi dengan sang mantan.
Bismillah, insya Allah tidak. Niatannya adalah menjaga keutuhan rumah tangga. Niatannya adalah tidak melakukan hubungan personal dengan lelaki non mahram yang suaminya alergi kepada orang tersebut. Allah Maha Tahu.
Jika berkomunikasi bersama didampingi suami, okelah sesekali. Selama suaminya rela saja.

Jadi anda yang ingin utuh dan jauh dari gangguan 'hantu' sang mantan, jagalah interaksi. Jangan jadikan diskusi tentang mantan mewarnai rumah tangga dan menjadi pemicu pertengkaran. Jangan ceritakan jika sang mantan masih berbisik, melalui sms atau telpon, "kutunggu jandamu".
Jangan ceritakan. 

Apalagi sebuah lintasan hati yang terucap:
"Kalau kamu enggak sayangi aku, dia masih mau kok menungguku!"
Walah.... bisa menjadi 'hantu' seumur hidup!
Eh, larangan berlaku juga untuk penggemar baru. Bukan hanya mantan.

Kalau sudah terlanjur cerita?
Yah, jawabnya lain kali ya.

Tuesday, February 17, 2015

Menggoda Pasangan untuk Selingkuh



Mengapa memilih judul yang seram-seram?
Begitulah kenyataan yang kita hadapi hari-hari ini, memang seram-seram miris. Selingkuh seolah menjadi hiburan bagi jiwa-jiwa terlena dan tak tahu jalan. Ada banyak alasan dan banyak momen yang dijadikan kesempatan. Adapun tentang tema diatas, adalah suami atau istri yang menggoda pasangannya sendiri.

“Pada awalnya saya curiga dengan suami saya. Saya menduga ia berselingkuh. Karenanya saya membeli no baru dan menghubunginya sebagai mantan pacar SMA-nya,” tutur seorang istri.

“Beberapa kali komunikasi hanya say hello. Lalu suatu hari saya menelepon suami saya dengan menyamar sebagai mantan pacarnya. Saya goda dia dan mengajaknya bertemu untuk bernostalgia. Ternyata ia menanggapi dengan genit dan mesra. Lama-lama saya tak tahan dan berteriak keras, bahwa sejatinya saya yang menyaru menjadi mantan pacar itu!” Ia tampak emosional.


“Saya rekam semua riwayat komunikasi dan percakapan kami, setiap mendengarnya saya tak tahan. Saya jadi benci suami saya!”

Akibat peristiwa itu ia tak mau masuk kerja selama beberapa hari, hanya menangis di depan kaca cermin sambil menjambaki rambutnya sendiri. Tak mau makan, apalagi mandi. Kacau sekali.

Kenyataan lain dialami sebuah keluarga. Sang suami yang menyamar menjadi lelaki lain. Membuat akun fesbuk dan menggoda istrinya. Cukup lama, berbilang bulan hingga kesetiaan sang istri rontok dan jatuh cinta pada lelaki fiktif yang ternyata adalah suaminya. Tentu saja suaminya jadi punya alasan untuk meragukan kesetiaan istrinya. Dan selanjutnya mereka sering diliputi berbagai pertengkaran oleh sebab itu.
Ujian kesetiaan. Mengapa harus dengan cara kotor seperti itu? Apakah hanya segelintir orang atau ada lagi yang mengalaminya?

“Saya punya dugaan itu,” tutur seorang perempuan dengan nada datar,”ketika saya memiliki masalah dengan suami, sebenarnya masalah pekerjaan, lalu saya merasa diteror oleh seorang lelaki.”
“Ia beberapa kali meng SMS saya dan menyatakan bahwa saya pastilah perempuan yang kesepian, ia tahu kesibukan suami saya dan menawarkan diri untuk menghibur saya.” Perempuan itu tersenyum simpul.

“Bahkan yang lebih buruk, ia membuat kata-kata kencan seolah kami telah beberapa kali melakukan hubungan intim,” kali ini ia tertawa.
“Untungnya, saya tak pernah menggapi yang demikian itu. Saya tak pernah sekalipun membalas dan juga selalu langsung menghapusnya,” tuturnya.
“Bagaimana anda bisa punya dugaan bahwa suami anda sendiri yang melakukannya?” tanyaku heran.

“Sederhana saja. Setelah berlalu satu dua bulan selalu sms itu tak saya tanggapi, saya melaporkannya ke suami , ‘Mas, ada yang suka menggoda dan sms jorok ke saya. Baiknya dikasih pelajaran apa ya. Lama-lama menjengkelkan juga!’ tahukah anda apa jawaban suami saya?”
Ia berhenti sejenak untuk menambah rasa penasaran saya.

“ ’Abaikan saja, lupakan saja, tak perlu kau menyimpan nomernya’, begitu kata suami saya dengan datar dan cepat, tanpa menatap wajah saya. Tak mungkin ia setenang itu jika orang lain yang melakukannya. Setahu saya ia adalah seorang yang pencemburu yang pasti ingin mengetahui detail dan bagaimana saya membalas SMS godaan itu.”
“Apalagi, seringkali pesan itu saya terima saat saya sedang bekerja. Juga bagaimana ia tahu bahwa saat mengajak kencan, suami saya sedang di luar kota.”

Perempuan itu tak hendak menguji balik dengan menelepon nomer tersebut atau melakukan penyelidikan lain. Ia hanya menandai bahwa setelahnya, sepertinya suaminya bertambah perhatian, sayang dan cintanya kepadanya. Dan ia memutuskan untuk tak memperpanjang kasus itu. Jika betul suaminya yang ‘tega’ melakukannya padanya, cukuplah bahwa ia telah membuktikan dirinya adalah perempuan dengan kehormatan yang tinggi.

Aneh-aneh saja ya. Btw saya tidak sedang memberikan inspirasi buruk kepada anda lho! Menguji pasangan janganlah dengan cara seperti itu. Lebih baik anda merawat dan memupuk cinta dari pada menggoda pasangan sendiri yang akibatnya kadang justru menjadi bumerang dan luka dalam rumah tangga.

Jangan pula ada niatan menanggapi atau tergoda rayuan gombal dari kecanggihan teknologi komunikasi.  Jangan pernah percaya rayuan dunia maya, bisa jadi identitasnya dipalsukan. Menjalin keluarga, atau mempersiapkannya, yang nyata-nyata saja.

Sekali lagi, jangan goda pasangan anda untuk selingkuh, sekalipun hanya ujian. Sebab itu mengundang masalah baru.

Jika anda tengah melakukannya, insyaf dan behentilah sekarang juga!

****

Setiap tindakan negatif atau positif ibarat benih yang ditanam. Cepat atau lambat akan menuai akibat. Bukankah lebih baik membangun keluarga bahagia dan menjadi Wonderful Couple?


Apa resepnya, baca di buku ini ya. Karya terbaru Cahyadi Takariawan terbitan PT Era Adicitra Intermedia, Solo. Cetakan pertama Februari 2015.



Tuesday, December 2, 2014

Tujuh Langkah Hadapi Suami Pemarah

Pada suatu hari, seorang bunda yang tak kutahu namanya dan tempat tinggalnya,  menelepon dengan tangisan pilu.
"Ibu bagaimana menghadapi suami yang pemarah?"
Setelah kugali lebih jauh, rupanya suaminya tengah berhubungan dengan teman kerjanya. Sejak hubungan intensif itulah suaminya menjadi berubah sikap.

Berbagai cara telah ditempuh sang istri. dari nasehat yang halus marah-marah. Melapor ke ortu maupun mertua. Meminta saran dari beberapa teman dekat hingga ustadz. Semua saran yang dipraktekkan gatot alias gagal total.

Ada yang menyarankan untuk mendiamkan suami, ternyata suaminya menjadi semakin marah dan memancingnya untuk bertengkar. Dan terjadilah pertengkaran. Bahkan di depan anak semata wayangnya yang masih kecil.

Ada yang menyarankan untuk membicarakan problem dan perasaannya ke suami. Yang terjadi suaminya juga meledak kemarahannya.

Sang istri jadi merasa serba salah. Ngomong salah, diam juga salah. Melapor ke orang tua salah, minta pulang ke rumah ortu juga salah. Lapor mertua juga salah, minta nasehat orang juga disalahkan.

Maunya suami, istri memahami dirinya, tapi enggak mau memahami perasaan istrinya. Istrinya sampai hampir putus asa dan merelakan jika rumah tangganya harus pecah.
Mencoba menasehati WIL itu menemui jalan buntu bahkan menuai keributan makin hebat dengan suaminya. Sudah berapa banyak piring terbang dan barang yang hancur dalam beberapa bulan terakhir.


Sisi positifnya mertua mendukung sang istri dan membantu menasehati suami. Walaupun belum membawa hasil.
Saat semua upaya telah ditempuh, apalagi yang bisa saya sarankan?

Cobalah 7 resep ini.
1. Harus yakin bisa mempertahankan rumah tangga dan melewati badai ini dengan bermohon pertolongan Allah. Sebagai istri sah, maka harus yakin bisa bertahan. Jangan menyerah kalah dengan selingkuhan

2. Jangan pernah purik atau pulang ke rumah ortu meninggalkan suaminya. Jangan pernah. Istri yang pergi dari rumah akan dianggap salah kecuali keadaan darurat menyangkut keselamatan nyawa. Itupun pergilah ke rumah mertua. Jika tidak tahan dan pengin menenangkan diri ke rumah ortu, mintalah suami mengantar.

3.Jangan terlalu banyak cerita penderitaan hati pada ortu, karena akan meretakkan hubungan ortu dengan suami. Jika tidak kuat mintalah dukungan pada mertua atau keluarga suami. Termasuk jangan mudah curhat pada sembarang orang.

4.Fokuslah pada perbaikan diri, jangan fokus pada perempuan selingkuhan.
Periksa hubungan diri dengan Allah, perbaiki ibadah, perbaiki penunaian peran sebagai istri dan ibu. Tingkatkan akhlaq mulia dan rajin berdoa. Rawat diri agar cantik mempesona dan bersikap semakin manis pada suami.

5."Pejamkan mata" dari perempuan itu dengan tidak lagi berhubungan dengan media apapun. Karena setiap hal yang terkait itu hanya akan menyulut api cemburu dan kemarahan diri maupun kemarahan suami. Kewajiban menasehati dua belah fihak sudah dilakukan, serahkan selanjutnya pada Allah.

6. Jika suami memancing pertengkaran, apa yang harus dilakukan? Misal istri pamit akan pergi taklim, suami malah komentar,
" Enggak usah pengajian, enggak ada gunanya kamu ngaji nyatanya kamu kurang ajar sama suami!"
Saat seperti itu atau situasi apapun yang memancing pertengkaran, pergilah mengambil air wudhu, jika masuk waktu sholat, sholatlah. Jika tidak, bertilawahlah.
Kemarahan bisa jadi karena godaan setan, kemarahan juga mengundang setan. Berwudlu dan membaca AlQuran semoga meredakan kemarahan dan mengusir setan.

Jika suami protes, misal berkata:
"Kenapa kamu diajak ngomong malah baca Qur'an...?" Jawab saja:
"Aku sedang menenangkan diriku.Mohon ijin baca quran."
Saya yakin suami tak akan melarangnya.

7. Sabar, menambah kesabaran dan memperkuat kesabaran.
Konflik dan ujian dalam berkeluarga itu kemestian. Semua orang mengalami. Mereka yang bertahan tentu melakukan perjuangan yang lebih berat. Namun itulah pelajaran kehidupan yang harus dilalui.
Apakah menunai pahala atau dosa, menuai surga atau neraka, tergantung bagaimana kita memainkan peran.

Anggap saja suami sedang sakit dan butuh pertolongan. Jangan istri terbawa ikutan sakit atau malah lebih parah. Pertahankan kewarasan jiwa dengan tetap menyadari tanggung jawab merawat suami. Dan merawat jiwa sendiri dengan sabar dan sholat.

Tidak mudah mungkin pada awalnya, tetapi resep ini pernah berhasil pada beberapa orang. Lama atau sebentar masanya diantaranya tergantung pada kekuatan ruhiyah istri.
Jangan bilang saya tidak adil karena hanya menuntut ini itu dari sisi istri. Tidak bukan begitu.
Saya hanya bisa mengintervensi orang yang rela diintervensi.

Para suami "mabok" ini sedang tak bisa mendengar nasehat. Kita harus menunggu masanya dimana mata hatinya terbuka.
Lebih mudah mana memaksa merubah orang lain yang sedang keras hati atau merubah diri sendiri?
Istri sendiri yang bisa menjawabnya.

Istri tersebut juga yang tahu kapan saatnya harus bertahan atau melepaskan diri.
Setiap keputusan memiliki konsekwensi, maka jangan pernah mengambil keputusan saat sedang emosi. Dipastikan akan membawa penyesalan di kemudian hari.

Jadi kita tunggu cerita selanjutnya, apakah resep ini akan berhasil lagi.
Saya hanya bantu doa dari jauh, untuk siapa saja yang dirundung masalah serupa.
Semoga tidak ada yang tersinggung.

Monday, November 17, 2014

Bagaimana Berhenti dari Selingkuh?

Baru kali ini saya mendapat pertanyaan yang mengejutkan. Biasanya pertanyaannya adalah bagaimana menghentikan pasangan yang sedang berselingkuh atau menjaga pasangan dari perselingkuhan.

Rupanya dampak negatif kemajuan teknologi informasi telah menyuburkan praktek perselingkuhan.Beberapa kasus yang masuk kadang bermula dari pintu ini.

Kembali pada pertanyaan, tadi menurut pengakuannya, sulit bagi pelaku ini untuk keluar dari perselingkuhan setelah sepuluh tahun menjalani bahkan dengan orang yang berganti-ganti.
Saya sangat menghargai saat muncul titik kesadaran itu. Keinginan untuk berhenti.

Bagaimana caranya?


1. Mulailah dengan taubatan nasuha. Menyesali perbuatan itu dengan penyesalan yang sangat, mandi besar dan melakukan sholat taubat.
Takutlah pada balasan untuk orang yang melakukan kekejian seperti perzinaan atau mendekati zina. Mohon ampunlah kepada Allah.
2. Berhenti total dari perselingkuhan dengan memutus kontak melalui media apapun. Tidak kirim atau terima sms, Wa, BBM, putuskan pertemanan fb, twiter atau apapun. Gantilah no hp dll. Buang pula semua memori, foto, barang pemberian dll yang terkait selingkuhan.
3. Kembali mendekat pada pasangan anda, suami/istri dan anak. Fokuslah kembali membangun cinta dan kemesraan dengan suasana baru.
4.Jauhilah pergaulan yang bisa menjerumuskan ke arah perselingkuhan. Jaga adab pergaulan dengan yang bukan mahram. Ingatlah kehormatan diri dan keluarga serta masa depan anak-anak.
5.Jangan pernah menceritakan semua dosa yang pernah anda lakukan kepada pasangan anda. Jika pasangan terlanjur tahu, tak perlu anda ceritakan detailnya. Mintalah maaf dan menutup dengan lebih banyak berbuat baik pada pasangan anda. Menceritakan pada orang lain juga tidak selayaknya. Tutuplah aib anda dengan tidak lagi menceritakan.
6. Jagalah kebaikan diri dan keluarga dengan lingkungan yang baik, bergaul dengan orang baik, belajar ilmu agama dan meningkatkan ilmu dan amal.
7. Sibukkan diri dengan aktivitas positif seperti mengembangkan potensi, bisnis, hobi atau terlibat dalam proyek sosial. Lakukan bersama keluarga atau seijin pasangan anda. Jangan banyak menganggur yang memberi peluang setan menggoda anfa.

Semoga dimudahkan untuk menjauh dari perselingkuhan.
Jika bertaubat dengan taubatan nasuha, semoga Allah menerima taubat anda dan menutup aib anda di dunia maupun di akhirat.
Amin.

Friday, October 3, 2014

Gelisahnya Para Istri


Mengapa saya tulis judul gelisahnya para istri? Mengapa bukan gelisahnya para suami?
Satu-satunya alasan adalah karena para istrilah yang curhat padaku. saya menghindari menerima curhatnya para suami. Kalau ada lelaki yang akan konsul, sedapat mungkin saya arahkan untuk menemui suami saya.
Namanya menghindarkan fitnah saja. Hati-hati.
Mengapa banyak istri yang gelisah?
Seringkali karena mereka adalah perempuan cerdas yang menginginkan banyak pencapaian dalam keluarga. Mereka adalah perempuan perfect yang menginginkan melakukan yang terbaik untuk keluarga.
Namun yang terjadi kurang mendukung. ada suami yang tidak seiring sejalan. Ada suami yang kurang respon, kurang tanggap atau terkesan mengalir saja. Bahkan ada suami yang terkesan "masa bodoh".
'Kesan' ya, karena saya hanya dapat laporan dari sudut pandang istri. Kenyataannya tidak semua sebagaimana 'kesan' yang ditangkap istri.
Ketika pihak suami saya kroscek, ternyata mereka sebenarnya juga peduli. hanya saja ekspresinya yang berbeda dengan istri.
Bahasa komunikasi laki-laki dan perempuan memang berbeda. Seorang suami mengaku bahwa ia sangat mengerti istrinya gelisah dengan kenyataan hidup mereka, namun ia tak tahu harus berbuat apa. Kalau diladeni dengan dialog yang terjadi adalah sama-sama emosi dan tidak menemui solusi. Maka ia merasa lebih baik berdiam diri dan menunggu waktu yang tepat.
Ada istri yang merasa pernikahannya di ujung tanduk. Suami yang dikroscek menjawab mereka baik-baik saja dan istrinya saja yang berlebihan memaknai.
Entahlah.
Saya hanya menarik sedikit kesimpulan bahwa ambang stress lelaki dan perempuan berbeda. Ekspresi pengelolaan masalah antara lelaki perempuan juga berbeda. Dan yang lebih lagi, cara menimbang masalah juga berbeda.
Sesungguhnya setiap pasangan memang harus menemukan 'ramuan unik' cara komunikasi mereka. Tidak ada pasangan yang serupa, semua individu itu unik. maka, berjihadlah untuk menyatukan, melakukan penyesuaian dalam hubungan suami istri. Berjuanglah menemukan pola komunikasi yang tepat.
Resep dari orang lain hanyalah wawasan, adapun aplikasinya mereka harus menemukan dan merumuskan sendiri.
Kepada para istri, saya hanya nasehatkan untuk menimbang sebelum curhat kepada orang lain. Dahulukan bicara dengan suami sebelum bicara dengan orang lain. Dan curhatlah hanya kepada orang yang tepat dan bisa membantu solusi.
Kepada para suami saya nasehatkan: Dengarkanlah istri anda. Jika anda mendengarkannya, ia tidak membutuhkan telinga orang lain untuk keluh kesahnya. peluklah istri anda setiap hari, untuk meluruhkan semua emosinya.
Jadilah suami pelindung, peluruh keresahan dan penghadir sakinah kepada istri. Sesungguhnya dengan pertolongan Allah, andalah yang semestinya bisa menyembuhkan gelisah istri.
Jangan tunggu orang lain yang mensakinahkan pasangan anda.


Friday, August 22, 2014

Gaul di Dunia Maya



" Ibu, apakah yang harus saya lakukan saat mengetahui suami saya suka melihat-lihat status teman kerja yang perempuan ? Jika dalam interaksi sehari hari-hari, suami saya selalu menundukkan pandangan dan tidak menyapa rekan kerjanya yang perempuan, namun jika di fesbuk suka komen-komen atau colek-colek..."
ungkap seorang istri dengan sedih. 

Kali lain ada seorang bunda yang berpesan padaku : 
" Bu Ida, tolong dong buat status yang isinya menyarankan untuk para ibu jika membuat status ato komen, tidak mengandung guyonan lebay kaya abg ha ha ha hi hi wk wk wk apalagi komen untuk bapak-bapak..."

Di tempat lain, seorang perempuan paruh baya yang diajari fesbukan oleh anaknya, justru  kebablasan tergelincir clbk dengan mantan teman SMAnya dan memilih meninggalkan keluarganya...naudzubillah.


Inilah diantara godaan rumah tangga jaman modern. Bukan hanya interaksi di dunia  nyata, tapi juga di dunia maya.

Betapa mudahnya acara intip mengintip di dunia modern ini. Kalau dulu secara fisik orang harus datang untuk mengintip, kalau sekarang dari smartphone, tablet, laptop atau PC siapapun dan kapanpun bisa melakukan.  Bahayanya intip mengintip ini kemudian berlanjut pada tahap selanjutnya.

Ini yang mungkin dilupakan oleh kebanyakan mereka yang cenderung suka narsis. Upload foto-foto cantik dengan berbagai pose, apalagi jika membuka aurat....
Maka wahai para wanita, jangan pernah mengumbar aurat di dunia maya. 

Adab interaksi di dunia maya, sebagaimana juga dalam keseharian. Jika kita dilarang untuk memperlihatkan aurat, bersuara yang menggoda, maka demikian pula di dunia maya. Jika kita seharusnya berbicara santun dan beradab, tidak memaki, tidak menggunjing, tidak menfitnah, tidak mengadu domba dalam muamalah, demikian pula di dunia tulis menulis dan dunia maya. Jauhi...jauhi!

Jika bercanda mari proporsional saja, tidak sesuatu yang berbau dusta atau kebohongan, apalagi keterlaluan.

Bahkan saat menerima, menjawab telpon atau sms, mari juga kita jaga kepatutannya. Jika bertamu biasanya sopannya dibatasi hanya hingga jam 21.00 maka, saya juga enggan menjawab sms atau telepon, chating diatas jam 21.00 jika yang menghubungi lain jenis yang bukan mahram. Apalagi jika sedang di samping suami...hihi pamali!
Tentu kecuali jika darurat, penting dan mendesak.

Jika di FB ada colekan dari lelaki, saya tidak membalasnya. 


Yang lebih penting lagi adalah tujuan komunikasi atau agenda interaksi. Mengapa kita harus berhubungan dengan seseorang, apa agenda pembicaraan kita...bagaimana cara kita berekspresi dengan verbal dan non verbal...

Komunikasi yang intens tanpa etika yang memadai hmm waspadai deh agar tidak tergelincir. Jika merasa telah ada celah fitnah, baiknya segera hentikan. Para suami mintalah tolong istri untuk mewakili komunikasi dengan perempuan yang mungkin menggelincirkan. Para istri mintalah tolong pada suami untuk mewakili komunikasi dari lelaki lain jika intens.

Mari mengevaluasi ....dan tidak ada yang lebih baik dari pada dalam rangka kebaikan.

Terakhir...mari selalu menjaga hati, menjaga fikiran, dalam interaksi, karena seringkali, segala sesuatu bermula dari hati.

Mohon maaf jika ada yang tersindir, ini evaluasi diri saya sendiri.
Tentang selingkuh di dumay ada di sini.


Monday, August 18, 2014

Diskusi Seru Tema penggemar dan Cemburu

Fans Club bagian ke 2

Pada suatu ketika, terjadi diskusi meriah di wall saya gegara saya menulis status tentang fans dan cemburu lantas ada seorang yang bertanya. Nah sebelum melanjutkan tips yang kemarin, ternyata menarik juga merekam diskusi ini dalam blog. Sekedar gambaran begini lho corak pendapat tentang fans.

Berhubung saya tidak sempat meminta ijin pada masing-masing peserta diskusi untuk memposting versi blog, maka saya samarkan identitas mereka dengan perempuan (Pr)  dan laki-laki (Lk) saja.

Pr 1: “Bu Ida....pengen nanya nih...pak Cah itu publik figur yang bukunya bisa dikata sangat romantis dan memuliakan perempuan....sangat mungkin, terjadi ada yang suka karakter seperti pak Cah....apakah bu Ida pernah memikirkan kemungkinan seperti itu?Hehe..maaf....terus bagaimana mengatasi cemburu ? Bukannya ingin tahu urusan orang...tapi saya ingin belajar bagaimana mengatasi bila hal tersebut terjadi.

Semakin berumur....saya semakin mengerti tentang hubungan suami istri...baik fisik maupun psikis....Perempuan semakin berumur ya semakin tampak tua....sementara para suami itu semakin berumur semakin menarik. Siapapun perempuan yang berstatus istri pasti terusik... Bagaimanakah kita menyikapi buk..harus gimana? Karena keluarga bahagia pun yang saling mencintai bisa saja mengalami itu....maaf ya buk....saya ingin belajar....”


Pr 2: “Heuheu...kalau  pnggemarnya nggak overacting ya tak biarin saja mbak. Heran juga...kok bisa ngefans yo? Dikit-dikit konsul...walau konsulnya ya tentang gangguan sihir gitu...”

Pr 3: “Cinta/suka itu hak asasi manusia (cie elee)...asal "suka" pada pasangan kita masih dalam batas-batas yang wajar. Dan adanya kita, diantara mereka bisa menjadi rem agar tidak "kebablasan". Perkuat komitmen dan "percaya" pada pasangan. Dan cemburulah dalam batas yang wajar.

Biasanya pengemar itu datang dari masa lalu atau rekan kerja. Atau sesorang yang sering kali bertemu. Misal: tetangga hahaha”

Saya: “Tunggu ya, saya akan tulis saja di blog...”

Pr 1: “Makasih buk....akan menjadi tulisan yang digemari kalau sudah jadi.... Betewe....saya tidak terima bila ada penggemar suami apalagi suami bila punya kegemaran......hehe....”

Pr 3: “ Bu Pr 1, aduuh si bu ini segitunya "ga terima"...hahaha
Bukankah suami milik Allah, penggemar dalam batas yg wajar, dan suami kita ga memberi perhatian yang berlebih kepada pengemar...sayah rasa fine2 aja. # piss ya bu just IMHO”

Pr 1: “ Dasarnya seperti itu....ketrampilan pengelolaannnya yang penting...sehingga musibah jadi berkah...begitu Pr 3.....”

Lk1 : ”Boleh dong sekedar mengagumi asal jangan sampai menggemari apalagi ngajak dolan bareng....”

Pr 4: “ Bu Ida, kalau misalnya malah kita yang digemari oleh lawan jenis, gimana menanggapinya. Saya malah jadi trauma takut membuat suami cemburu. Walau kita sudah menjaga jarak, yang bersangkutan pantang mundur....”

Pr5: “ Bu Ida, kisah cemburu biasanya ada karena rivalitas yang jelas mensyaratkan posisi yang sama....misal istri 1 dengan istri yang lainnya. Contohnya kisah-2 dalam episode istri-2 nabi pasca Khadijah....jika kita tidak punya rival, tentu bukan "cemburu" namanya....tapi lebih dekat dengan perasaan "khawatir". Maka bagi yang sudah cemburu versi diatas, pasti akan menumbuhkan rivalitas positif....semisal kok suami lebih seneng masakan istri pertama, maka istri kedua pasti berupaya agar masakannya lebih enak.

Pr 5 : “Sedangkan posisi kedua, ketika sudah ada tanda-2 khawatir, semisal kita tahu ada yg mendekati suami dalam bentuk apapun dan motif apapun, silahkan jujur mengatakannya pada suami...lihat respon suami, apakah ada penghargaan atas kejujuran kita itu.
Tentu suami yang perhatian dan sayangnya tulus akan menanggapi dengan positif. Semisal, dia akan bilang makasih ya Mi, Ummi sangat sayang sama Abi, insyaalloh Abi tdk akan menyakiti hati Ummi....lalu membuat solusi bersama. Tapi jika suami mengelak dan acuh atas kekhawatiran kita, patut diduga there is something wrong...”



Pr 5: “ Tips mengatasi kecemburuan
1. Ingat bahwa hati tdk bs dibagi rata matematis
2. Bukankah berbagi kasih sayang itu indah dan ketika mengambil posisi ini sdh kita takar dgn ukuran manusiawi kt lalu biarlah Alloh menyempurnakannya
3.kadang-2 cemburu memacu adrenalin kita menjadi yg terbaik...
4. Ya tidak usah cemburu kalo statusnya beda....kan kita istrinya, mereka siapa?

Pr6: “ Kalau menurut saya : maaf ya bu sebelumnya... Kita bersikap baik terhadap pengemar tersebut . Justru kita tunjukan kalau ibu istrinya. PD aja bu... dengan sikap kita yang baik terhadap mereka, maka mereka akan menghormati kita. Tunjukan kebersamaan dengan pasangan kita, keharmonisan kita, biar pengemar-penggemar itu mencontoh sikap kita terhadap pasangannya (bagi yang sudah), minimal memberi batasan bagi para pengemar...”

Pr7: “ Bingung bu mau komentar apa....soale gak punya penggemar tapi banyak penggemar. Hehehe.... kalo secara pribadi, walaupun banyak penggemar, dan nantinya makin banyak penggemar, wk wk....maka sejak awal yang saya lakukan adalah wajib mengkondisikan dan mengelola hati dengan baik dan pada jalur yang benar. Jika orang awwam laki-laki bertanya dan pertanyaan masih normal-normal saja, saya biasanya tetap menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka. Tapi klo pertanyaannya sudah aneh bin ajaib, biasanya dibiarkan saja (ini kalo di dunia maya ^_^) “

ada lagi, saya punya pengalaman pada keluarga yang istrinya pencemburu banget. bertahun-tahun dia cemburu sama suaminya, dan cemburunya sudah tidak normal. Kurang lebih 10 tahun dia menjadi istri pencemburu. idih....amit2 liatnya. hehe.....

Alhamdulillah... pas ada acara parenting, dia langsung bilang sama saya, kalo dia sudah gak cemburuan lagi sama suaminya. Dia bilang, kata trainer, selama kita masih cemburu sama suami, Allah akan beri masalah demi masalah, sampai rasa 'cinta' pada suami yang terlalu berlebihan itu hilang/berkurang.

Sejak itu, dia gak mau lagi 'cemburu', cemburu yg berlebihan “.

Pr 8: “ Sekedar penggemar biasa ya..mungkin ndak apa-apa ya bu? Kalau sampai mengganggu privasi dan keharmonisan rumah tangga nah...itu dia, perlu pasang kuda2, hehehe..”

Lk 2:”   Bapak dan ibu yg punya pasangan beken, harus menerima konsekwensinya. Anggap saja, itu cost punya pasangan beken.

Tentang cemburu, gapapa. Biasa. Cemburu kita tidak pernah buta. Cemburu orang lain yang buta. Cemburu kita tidak buta. Yakini itu!

Tapi, untuk mendapat keseimbangan, anda perlu bertanya pada orang terpercaya, siapa tau tenyata cemburu kita agak buta.”


Tuuh kan seru diskusinya...
Sebenarnya masih panjang lagi, tapi kalau dimuat kan menuhin halaman ini.
Nah saya jawabnya besok ya....#ngeles.

Para pembaca silahkan menambahi di kolom komentar, biar bahan saya tambah banyak.
Maturnuwun.

(Bersambung)

Tuesday, August 12, 2014

Penggemar dan Keutuhan Rumah Tangga

Fans club (bagian 1)

Ini kisah pengantin baru. Seorang mahasiswa aktivis kampus dan seorang mahasiswi dari kampus lain. Mereka menikah dengan proses yang bersih, tanpa pacaran. Setelah menikah, suami baru ini mengajak istrinya ke kampus untuk suatu keperluan. Betapa terkejut sang istri menyaksikan bagaimana sambutan para mahasiswi terutama adik-adik kelas itu kepada suaminya. Kebanyakan mereka belum tahu bahwa sang kakak tingkat idola itu telah menikah.

Saya hanya menerima curhatan saat ia menceritakan bahwa sepanjang jalan pulang ia menangis cemburu melihat di kampus suaminya masih ramah meladeni para penggemarnya.


Itu cerita masa lalu ya, sekarang 18 tahun kemudian, semoga tak lagi terjadi pada mereka.

Cerita lain menimpa orang kebanyakan. Bukan aktivis kegiatan keislaman. Dalam sebuah seminar, saya mengenal perempuan cantik salah seorang peserta seminar. Bertukar pin dan akun fb, kami lanjutkan pertemanan di dunia maya. 

Ibu cantik ini curhat, suaminya teman kuliahnya sendiri. Tampan dan mempesona. Saking tampannya, hingga sekarang ia selalu was-was karena ada saja perempuan yang menjadi penggemar suaminya, di lingkungan manapun mereka berada. Saat jalan bersama suaminya saja, ia merasakan ada saja perempuan yang melirik atau memandangi suaminya. Banyak teman kantor suaminya yang menurutnya selalu mencari alasan untuk berhubungan dengan suaminya. Ia bertanya bagaimana mengelola rasa cemburunya dan menjaga suaminya. Dia juga berpesan baiknya para lajang jika mencari suami janganlah yang terlalu cakep mempesona, karena bisa makan hati seumur hidup...hehey.

Saya lantas ingat para seleb yang kawin cerai dan selalu dilanda gosip dan isu. Begitulah dunia mereka karena ketenaran dan keelokan menjadi daya tarik utama.Sementara gaya pergaulan sungguh terbuka.

Fans club ini sekalipun tidak diresmikan, ternyata ada ya dimana-mana. Dalam dunia nyata lho. Tak pandang usia, atau miskin kaya. Dulu saya kerja di suatu tempat yang tetanggaan dengan toko jam. Ada karyawan yang putih molek dan seksi. Jika ia lewat mana saja, mau beli makan siang misalnya, maka bisa dipastikan semua mata tertawan olehnya.

Bahkan mata para lelaki yang sudah beristri. Atau lelaki gaek yang ubanan. Yang iseng akan bersuit-suit, misalnya penjaga toko kaca mata dan tukang becak. Dan gadis itu seperti putri tak berdosa, melenggang dan melempar senyum saja kepada para penggemarnya.
Waah bayangkan saja jika ia telah bersuami, betapa makan hati suaminya.

Saya punya pengalaman pribadi tentang penggemar ini. Ada kurun waktu dimana saya rutin menulis untuk sebuah majalah keislaman yang cukup berjaya pada masanya. Saya akhirnya berhenti karena alasan penggemar. Suatu ketika datang surat penggemar, seorang yang mengirimkan biodata, foto, foto kopi KTP, Kartu Keluarga,  dan terang-terangan melamar saya. Ia adalah pelanggan majalah yang tertarik dengan tulisan saya.

Saat itu tahun 90-an, internet sepertinya belum mewabah di Indonesia, maka ia bahkan belum melihat foto saya, usia saya atau apapun informasi tentang saya. Atau bahkan ia tak tahu bahwa saya telah bersuami dan beranak dua! 

Walau Cuma seorang saja penggemar, demi menjaga keutuhan rumah tangga, saya purtuskan berhenti menulis di media itu. Surat penggemar itu, tak pernah saya jawab. Sekarang dengan dumay, mudah untuk melihat informasi tentang seseorang, jati diri dan fotonya. Tentu semua punya plus minusnya.

Apa sih tujuan menulis kisah-kisah di atas?
Sebagai konsultan keluarga, cukup banyak kasus goyahnya rumah tangga karena urusan penggemar ini. Lebih banyak dari kasus ekonomi menurut pengamatan saya. Saya tak ingin lebih banyak lagi terjadi. Begitulah alasan saya.

Dari mana memulai agar rumah tangga kokoh tak tergoyahkan?
1.   Mulai dari kekokohan internal.
Hmm jadi ingat jargon iklan vitamin, health inside fresh out side.Saya ganti saja ya, sehat di dalam, aman di luar.

Rumah tangga yang sehat di dalam, kokoh di dalam, sekuat apapun gempuran dari luar, insya Allah tak akan mempan. Keguncangan itu wajar terjadi, namun akan segera menemukan kesimbangannya kembali, tanpa jatuh tersungkur, apalagi terpuruk. Namun jika lemah di dalam, hembusan ringan, atau bahkan tanpa guncangan dari luar, tetap saja akan ambruk.
Kekokohan ini diawalai dengan visi yang jelas dan komitmen diantara pasangan itu. Dua hal ini menjadi garansi selesainya persoalan penting diantara suami istri.
Itu prinsip pertama.

Prinsip ke 2?

Ah bersambung saja ya...biar penasaran...hihi maaf. 

Monday, August 4, 2014

Kebohongan Vs Kejujuran Suami Istri



 “Bu bagaimana jika seorang suami terlalu apa adanya?”
“Maksudnya?”
“Dia terlalu terbuka dalam semua hal...”
“Kepada istri atau orang lain?”
“Kepada istri...”
“Terlalu jujur maksudnya?”
“Iya...”

***
Ehm, bukankah jujur itu baik...? Bukankah saling terbuka itu baik...?
Memang baik, tapi ada kok pengecualiannya untuk tidak selalu terbuka antara pasangan suami istri.
Lhoh bener nih?
Ya, jika kenyataan itu hanya akan menyakitkan diantara mereka, atau menjadi duri dalam hubungan selanjutnya.

Contoh dalam kasus di atas, ternyata sang suami sangat terbuka pada istrinya termasuk dalam hal ketertarikan atau godaan wanita lain. Istrinya makan hati.
“Saya tak ingin kejadian seperti orang-orang, mereka selingkuh atau punya simpanan, lalu istrinya tidak tahu...jika ketahuan mereka berbohong. Saya tidak mau seperti itu, maka jika ada sesuatu saya ceritan pada istri, biar pahitnya di awal, saya tapi baik di kemudian hari...” begitu dalih suami yang ingin menjaga diri ini.

Tidak. Itu bukan alasan yang tepat.
Ada contoh ekstrim sebuah kasus. Seorang lelaki pernah banyak berbuat masiyat saat berpacaran dengan para perempuan lalu bertaubat dan menikah dengan perempuan solihah yang selalu menjaga kesucian.
Pada malam pertama saat keduanya saling membuka diri dengan cerita, lelaki ini menceritakan masa lalunya apa adanya. Yang terjadi adalah istrinya menjadi jijik dan tidak mau disentuh olehnya. Bahtera rumah tangga mereka menjadi berantakan sejak malam pertama!
Jadi apa dong yang seharusnya menjadi rahasia diantara suami istri?
Ada dalilnya...

Dari Ummu Kultsum binti Uqbah mengabarkan bahwa dia mendengar Rasulullah
SAW bersabda: “Bukanlah pendusta orang yang mendamaikan antara manusia (yang bertikai) kemudian dia melebih-lebihka­n kebaikan atau berkata baik”. [Muttafaqun 'Alaih]
Di dalam riwayat Al Imam Muslim ada tambahan:
Artinya:
“Dan aku (Ummu Kultsum) tidak mendengar bahwa beliau memberikan rukhsah (keringanan) dari dusta yang dikatakan oleh manusia kecuali dalam perang, mendamaikan antara manusia, pembicaraan seorang suami pada istrinya dan pembicaraan istri pada suaminya“.

Jelas deh...dan ini contoh konkritnya:
1.     Masa lalu yang buruk. Saat seseorang telah bertaubat nasuha, maka tak perlu ia menceritakan pada pasangannya apa yang telah dilakukannya di masa lalu. Bahkan sekedar menyebut dan menunjuk deretan mantan pacarnya. Taubat artinya tidak lagi mengingat, apa lagi membanggakannya.

2.     Saat ia memiliki lintasan pikiran pada orang lain yang bukan mahramnya. Tak perlu seorang suami memuji perempuan lain di hadapan istrinya. Atau seorang istri memuji lelaki lain di hadapan suaminya. Sekalipun hanya sebatas kekaguman. Apalagi jika itu seseorang yang selalu rutin berada di sekitar pergaulan sehari-hari.Bahkan jika di suatu tempat ia tertarik pada perempuan lain, maka perintahnya adalah pulang dan mendatangi istrinya, karena yang ada pada perempuan itu juga ada pada istrinya. Pulang untuk menyalurkan hasrat pada istrinya, bukan justru menceritakan perempuan lain pada istrinya.

3.     Jika ada masalah diantara pasangan dengan keluarga besar janganlah saling membuka aib. Seorang istri yang sedang marah pada ibu mertuanya, tidak mau diajak silaturahmi ke rumah mertua, maka sebagai suami janganlah menceritakan apa adanya. Jika mertua tahu akan sakit hati dan berefek jangka panjang yang buruk. Jangan pernah ceritakan kekurangan pasangan anda pada orang tua anda maupun orang tua pasangan anda. Termasuk sebaliknya, ketidak sukaan orang tua kita atau keluarga, jangan diceritakan apa adanya pada pasangan.

4.     Secara umum informasi dan peristiwa yang jika diketahui atau disampaikan hanya akan memperkeruh situasi, baiknya tidak disampaikan atau menunggu saat yang tepat. Contoh, seorang istri yang sakit berat, divonis dokter bahwa usianya tak akan bertahan lama. Ada baiknya suami tidak menyampaikan apa adanya pada istrinya untuk tetap menjaga semangat hidup dan upaya kesembuhan dari istrinya.Kisah Ummu Salamah yang menunda kabar kematian anaknya sepulang suaminya datang dari perjalanan jauh, adalah contohnya.

5.     Perasaan negatif jangan selalu diungkapkan pada pasangan. Misal saat sedang kehilangan rasa cinta pada pasangan, janganlah berterus-terang dengan mengatakan“ Aku tidak mencintaimu lagi...” dalam penikahan, bukan hanya masalah perasaan, tapi tanggung jawab syariat dan nashab harus dipertimbangkan untuk merawat keutuhan rumah tangga. Rasa cinta yang menyusut bisa dirajut ulang. Tapi luka hati karena merasa tidak dicintai akan berbekas lama.

Sebagian ulama lain berkata, di antaranya Ath-Thabari, “Tidak boleh berbohong, apa pun bentuknya”. Lanjut mereka. “Riwayat yang membolehkan dusta di sini, maksudnya adalah tauriyah (menyamarkan) dan penggunaan kata-kata sindiran. Bukan bohong benar-benar bohong.

Dan tujuan menyamarkan tadi untuk tujuan kebaikan dan bukanlah untuk menutupi tindakan maksiyat, perbuatan buruk tetaplah buruk. Jika tidak taubat, cepat atau lambat akan dibuka oleh Allah.

Apakah anda bisa menangkap maksud tulisan ini?

Silahkan berbagi pengalaman bagi yang punya pengalaman jujur vs menyamarkan ini.

Anda yang suka menangis, mungkin anda meminati : 
http://ida-nurlaila.blogspot.com/2014/01/saat-istri-diam-diam-menangis-dibalik.html

Anda yang benci perselingkuhan:
http://ida-nurlaila.blogspot.com/2013/11/selingkuhnya-para-hp.html

Sunday, July 13, 2014

Mengusir Cinta Terlarang


Ini kasus yang unik. Tentang seseorang yang menyimpan cinta tersembunyi dalam hati. Kadang lebih buruk lagi  karena bersambut. Dua orang yang tidak selayaknya, menjalin cinta. Cinta haram yang tersembunyi dalam gadget.


Mungkin antar dua kekasih lama jaman SMA atau teman kuliah. Mungkin dua orang sekantor atau teman kerja satu atap. Mungkin sekedar kenalan di dumay.


“Mengapa kamu melakukan itu?”


“Dia yang selalu menyemangati saya, sedangkan suami saya sendiri tidak peduli,” kata seorang perempuan bersuami yang menjalin hubungan gelap dengan seorang lelaki beristri.


“Yang penting kami tidak pernah berduaan. Tidak berkencan. Kami hanya berhubungan via wa, via FB. Kalau ngumpul bersama teman-teman yang lain. Bukankah saya tidak berzina?”


Huff.


“Mungkin ini yang terbaik yang bisa kami lakukan, karena cinta kami tidak mungkin bersatu. Kami masing-masing punya keluarga dan punya anak-anak. Tapi perasaan kami terlalu spesial untuk dihapuskan.”


Yang terbaik? Yang benar saja.

Baik menurut siapa?


Tapi konon ada rumor beredar yang entah benar entah tidak. Tentang dua golongan yang tak dapat mendengar nasehat. Pertama adalah orang yang sedang jatuh cinta. Kedua pendukung fanatik capres....#halah.


Pernahkah Anda menemui kasus yang demikian?


Atau mungkin Anda sendiri pernah tergelincir simpati atau bahkan jatuh cinta atau menyepakati suatu rahasia dengan orang yang terlarang. Atau mengetahui pasangan Anda diam-diam mengagumi orang lain atau malah sudah menjalin hubungan?


Ah tidak. Saya doakan anda jauh dari semua itu. Naudzubillah.


Tapi ... tapi bagaimana jika itu memang terjadi? Bagaimana mencegah agar tidak terjadi?


Baiklah saya bahas biar gak kayak layangan putus.
Berikut tips 10 mencegah atau mengusir cinta terlarang


1. Ingat larangan untuk mendekati zina.
Belum sampai ke zina memang, tapi mendekatinya sudah dilarang. Apa itu? Zina dengan hati, dengan mata, dengan telinga, dengan dengan chatting ....

Jika berkomunikasi bukan dengan mahram, semestinya berlaku rambu-rambu adab pergaulan dengan non mahram.


2. Setiap orang akan menuai apapun yang dilakukan. Barang siapa melakukan perbuatan baik sebesar dzarah maka ia akan mendapatkan. Demikian pula semua perbuatan tercela, sekecil apapun, akan membawa dampak dan balasan. Bukankah Tuhan Maha Mengetahui.


3. Bayangkan jika suami atau istri mengetahui jika pasangannya telah menggadaikan kesetiaannya. Sekalipun hanya selingkuh hati ... tetap menyakitkan bahkan bisa meretakkan dua rumah tangga.

Bagaimana pula dengan jiwa anak-anak, saat tahu konflik orang tau yang penyebabnya adalah ketidak setiaan orang tuanya?


4. Hentikan. Putuskan. Lupakan.

Bukan berarti telah memutus tali silaturahmi. Tidak. Jika dengan berhenti berhubungan itu bisa menutup atau menjauhkan dari fitnah yang lebih besar, maka itu yang seharusnya dilakukan. Hapus semua jejak, barang pemberian, record chatting, email dan apapun yang bisa memanggil kenangan.


5. Lah bagaimana jika satu atap?

Jika pekerjaan tidak permanen, atau belum mapan, pindah saja cari kerjaan baru. Jika memang telah permanen. Mintalah mutasi atau pindah ruangan. Jika tidak, terus berjuang keras menetralkan hati dan perasaan. Lebih banyak ibadah, berdoa dan menjaga adab pergaulan. Semoga Allah berikan jalan keluar.


6. Diantara pencegahan agar tergelincir adalah membatasi agenda komunikasi hanya di wilayah pekerjaan. Tak perlu menanyakan hal-hal yang sifatnya pribadi. Juga lakukan komunikasi sekalipun via sms, BBM atau WA pada jam-jam yang wajar, seperti layaknya orang bertamu. Gunakan bahasa baku dan standar untuk menunjukkan tak ada perhatian secara personal.


7.  Yang sangat penting adalah bertaubat, menyesali dan terus mendekat pada pasangannya sendiri. Bangun komunikasi penuh cinta pada pasangan agar kualitas hubungan dengan pasangan semakin mesra. Rumah tangga adalah prioritas pertama.


8.  Jika sedang memiliki masalah dengan pasangan, jangan pernah curhat pada orang lain yang bukan mahram. Curhatlah pada sesama perempuan atau sesama lelaki yang bisa dipercaya dan sekiranya membantu mencari solusi. Curhat pada non mahram sama dengan membuka peluang masalah baru.


9. Jangan mau dicurhati orang yang memiliki masalah keluarga jika anda bukan konselor. Apalagi bukan mahram anda. Itu akan mempengaruhi perasaan anda atau akan menimbulkan peluang masalah baru.


10. Hindarkan hubungan atau komunikasi yang intens dalam waktu yang lama, karena akan berpeluang jatuh pada pepatah ” witing tresno jalaran saka kulina” (munculnya perasaan jatuh cinta karena terbiasa).


Tulisan ini terinspirasi dari kisah cinta terlarang yang kudengar dari seorang teman. Jika anda ingin menambahkan tips, silahkan di kolom komentar.



Tentang etika berhubungan via dumay atau sms lihat di sini. 
Untuk mengenali apakah pasangan telah berselingkuh, ada di sini. 
Mencegah perselingkuhan ada di sini.