Sunday, June 16, 2019

Menjadi Insan Terbaik

Berusaha menjadi Manusia terbaik
By. Ida Nurlaila

Manteman, selamat menikmati ujung ramadhan. Semoga Allah izinkan kita menggapai kemuliaan terbaik di sisi Allah, yakni insan bertaqwa atau muttaqiin.
Tak ada khilaf dalam hal ini, sebab informasinya langsung dari Allah dalam Qs Alhujurot ayat 13 yang artinya:

"Sesungguhnya yang paling mulia disisi Allah ialah yang paling taqwa diantara kalian."

Dalam hadits juga disebutkan tentang ciri sebaik-baik manusia.
Hadits shahih tentang sebaik-baik manusia ini diriwayatkan dari Jabir.

عن جابر قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « المؤمن يألف ويؤلف ، ولا خير فيمن لا يألف ، ولا يؤلف، وخير الناس أنفعهم للناس »

Dari Jabir, ia berkata, ”Rasulullah Saw bersabda,’Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Thabrani dan Daruquthni).

Dalam riwayat lain,
Dari Ibnu Umar, bahwa seorang lelaki mendatangi Nabi saw dan berkata, ”Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling diicintai Allah dan amal apakah yang paling dicintai Allah Swt?”

Rasulullah Saw menjawab, ”Orang yang paling dicintai Allah adalah orang yang paling bermanfaat buat manusia dan amal yang paling dicintai Allah adalah kebahagiaan yang engkau masukkan kedalam diri seorang muslim atau engkau menghilangkan suatu kesulitan atau engkau melunasi utang atau menghilangkan kelaparan."
MasyaAllah, orang yang mendapatkan kecintaan Allah.

Saya teringat acara bersama rombongan ibu-ibu pengajian sebelum bulan Ramadhan. Kami mengunjungi sebuah masjid yang indah di kawasan Sleman, Yogyakarta, masjid Suciati Saliman. Masjid ini adalah wakaf dari ibu Suciati Saliman. Bukan hanya indah, tetapi dikelola untuk banyak kegiatan yang bagus dengan manajemen modern. Tak jarang menjadi tujuan perjalanan umat Islam.

Ibu-ibu yang saya ajak berkunjung senangnya bukan main. Melihat ornamen dan pintu yang menyerupai pintu masjid Nabawi, seakan menjadi penambal rindu sementara waktu. Kami bahagia bisa berkunjung, sholat di dalamnya dan mengikuti kajian yang mencerahkan.

Bayangkan jika para pengunjung dan penikmatnya senang, apalagi yang berwakaf. Saya menangis membayangkan kegembiraan di dunia dan di akhirat ibu Suciati wanita gigih yang menjadi pengusaha memulai dengan menjual 5 ekor ayam. Kini perusahannya memiliki lebih dari 1300 karyawan. Dengan hartanya beliau memberikan kemanfaatan yang banyak.

Hari ini, jika lebih banyak lagi orang kaya, baik dari muslimin atau muslimat, yang mencurahkan hartanya untuk kepentingan dakwah Islam, betapa akan sangat bermanfaat.
Di Palestina dan negeri-negeri Islam yang masih tertindas, sangat membutuhkan uluran tangan umat Islam yang berkecukupan. Dalam aktivitas penggalangan dana Palestina , saya bertemu dengan banyak muslimah yang dengan mudah mengeluarkan harta dari dompetnya.
"Titip sejuta bu."
"Titip dua puluh juta"
"Titip lima puluh juta"
"Doakan saya bisa sedekah semilyar, Mi!"
Mereka melakukannya seijin suami, sepengetahuan suami walaupun dari penghasilan mereka sendiri.

Maka wahai muslimah, mari luruskan niat ketika bekerja dan melakukan amal apapun. Bisnis bukanlah untuk eksistensi diri, agar menjadi pengusahawati yang dihormati. Bukan untuk mandiri dan bersaing dengan suami. Bukan untuk mengambil alih tanggungjawab suami. Apalagi buruk sangka urusan rejeki. Bukan!
Bisnis dan menjadi berkelimpahan rejeki agar bisa memberikan kemanfaatan optimal untuk keluarga, masyarat dan agama.
Dakwah membutuhkan banyak biaya. Jihad membutuhkan banyak biaya. Amal solih membutuhkan banyak biaya. Jika umat Islam mampu membeli tanah lebih banyak dan mewakafkan untuk umat, maka tak ada tempat untuk musuh Islam.

Duuh penginnya para suami mendukung istri untuk berusaha menjadi kaya bersama suami. Berdua membangun peradaban Islam, bukan menjadi beban.

Mampukan kami ya Allah, menegakkan risalah dari saku kami sendiri. Saku umat Islam. Amiin.

Friday, June 14, 2019

Selesaikan Urusan

Selesaikan Urusan

By. Ida Nurlaila

"Kata ibu, aku harus meletakkan sendiri piringku ke tempat cuci sekalipun makan di rumah orang!"
Terkejut saya mendengar kalimat tersebut dari tamu kecil usia delapan tahun. Ia menolak ketika aku bilang, tinggalkan saja di meja makan, nanti saya (selaku tuan rumah) yang akan membereskan. Kuperhatikan ia menuju dapur dan meletakkan piring dan gelas kotor. Aku melarang ia mencuci sendiri.

Bagaimana pesan orang tua dapat begitu masuk ke dalam diri anak? Tentu karena berulang hingga menjadi habbit.
Menarik kebiasaan untuk menuntaskan suatu urusan sebelum berpindah ke urusan yang lain. Ini sikap mental yang mendasar wujud tanggung jawab dan adab.

Dari hal sederhana seperti saat bangun tidur, jangan meninggalkan tempat tidur kecuali setelah merapikannya. Menarik sprei hingga kencang, menyusun bantal, melipat selimut dan mematikan lampu.

Saat meninggalkan meja makan pastikan mengangkut peralatan kotor, mengelap meja, menutup sisa makanan, merapikan kursi bahkan menyapu remah yang tercecer.  Saat memasak jangan lupa mencuci peralatan segera, membersihkan kompor dan tentu mematikan api kompor. Menutup makanan, menyimpan sesuai tempat penyimpanan.

Meninggalkan kamar mandi, pastikan tidak meninggalkan pakaian kotor, sampah dan 'jejak' peninggalan di closet. Bahkan pastikan tidak ada bau pesing atau bau tak enak. Siram semua hingga bersih dan wangi. Matikan kran dan lampu. Jika perlu jangan merendam gayung yang akan membuatnya berlumut atau bernoda. Perilaku ini di kamar mandi manapun yang anda kunjungi. Saya bahkan menyempatkan menggosok lantai yang kotor jika ada alat untuk melakukannya.

Jika bertamu, jangan meninggalkan sampah di rumah yang dikunjungi. Apakah gelas air mineral, tisu, bungkus makanan atau apapun yang akan mengotori. Jika mungkin bawalah kantung plastik dalam tas harian untuk tempat sampah darurat.

Suatu ketika kami ceck out hotel di Berlin. Ketika kami meninggalkan kamar, panitia melongok dan berkata:
"Terimakasih telah meninggalkan kamar yang rapi!"
"Istri saya selalu begitu!" jawab suami saya.
"Saya sedih jika melihat tamu meninggalkan kamar hotel dalam keadaan berantakan. Alhamdulillah bapak ibu tidak demikian," pujinya.
Kami tersenyum saja.

Begitulah saya berusaha mengembalikan keadaan kamar persis seperti ketika masuk pertama kali. Tata letak barang, sprei yang licin dan kamar mandi yang bersih. Rasanya malu sendiri jika meninggalkan jejak acak- acakan, padahal tentu sprei akan diganti tempat akan dibersihkan dst.

Lihatlah betapa buruk adab saat selesai suatu pertemuan, ruangan yang semula rapi indah menjadi penuh sampah berceceran, tisu kotor dan makanan tumpah. Memang bukan kewajiban tamu membersihkan, akan tetapi apa beratnya membawa bungkus makanan sendiri dan membuangnya ke tempat sampah.

Saat makan di rumah makan, lakukan kebaikan kecil. Seperti merapikan piring gelas kotor, mengumpulkan sampah dan mengelap meja seperlunya. Tak lupa kembalikan posisi kursi seperti semula.

Dalam skala yang lebih besar, seorang yang mengontrak rumah, masuk dalam keadaan rumah rapi bersih selesai dicat ulang. Dan seringkali mereka pindah meninggalkan lantai yang kotor, dinding penuh coretan serta barang yang rusak. Kami minta ijin mengecat setelah pindahan. Tak enak melihat 'lukisan' anak-anak menghiasi dinding yang semula mulus. Kadang tuan rumah tak mengizinkan, dan menganggap hal tersebut kewajiban tuan rumah.

Selesaikan suatu urusan secara tuntas, itu juga bermakna jangan meninggalkan hutang. Berjihadlah untuk membayar hutang agar saat Allah memanggil namamu maka bebas dadi  hutang.

Yuuk menelisik diri, adakah telah menyelesaikan urusan?

Thursday, June 13, 2019

Bermain Peran

Bermain Peran

Oleh: Ida Nurlaila

Sepertinya saya belum move on dengan tema adab. Kali ini permainan yang sering saya lakukan dengan anak-anak waktu mereka masih kecil: bermain peran.
Menghabiskan waktu bersama anak tidak melulu dengan mengikuti apa mau mereka. Bagus sekali jika ortu punya agenda tema permainan. Bermain peran termasuk agenda penting mengajarkan adab.

Apa saja tema permainan?
Anda dapat membuat list tema, misal:
Bertamu
Berjual beli
Sekolah
Arisan
Pengajian
Rapat
Pertunjukan
Lomba melawak
Lomba puisi
Konser musik
Pegawai kantor
Keluarga
Piknik
Memancing
Memasak
Berkemah
....

Gimana tuuh cara bermain peran?
Daftar permainan bisa ditulis dan dimasukkan ke kotak kocokan, kita kocok dan lakukan jenis permainan yang keluar. Atau tanpa kocokan pilih saja sesuai mood dan suasana. Siapkan tempat dan kostum jika perlu serta properti pendukung.

Misal niih, memilih permainan tamu-tamuan. Orang tua dan anak bisa gantian jadi tuan rumah atau tamu. Beneran pura-pura ketuk pintu, mempersilahkan duduk, mengobrol, mengeluarkan hidangan, mempersilahkan, hingga nanti pamitan.

Menjadi tamu bisa disepakati misalnya pura-pura tamunya kerabat, dari desa. Nanti obrolannya juga tentang suasana di desa. Atau tamunya seorang pedagang obrolannya tentang pasar dan jualan. Biarkan imajinasi anak berkembang sesuai pengetahuan mereka.

"Assalamualaikum... Tok...tok...tok"
Anak belajar mengetuk pintu yang sopan seperti apa. Bukan menggedor, tidak keras dan tidak pelan. Frekwensinya seperti apa dan maksimal mengucap salam tiga kali dengan jeda.
Dimana posisi berdiri yang sopan, tidak mengintip ke dalam rumah dan menanti dengan sabar. Masuk ruangan dengan sopan dan duduk saat dipersilahkan.

Kondisi jika kita duduk di kursi berbeda jika lesehan. Kursi mana yang diduduki tamu, mana yang untuk tuan rumah, anak-anak perlu tahu. Bagaimana jika lesehan, cara berjalan melewati orang lain, cara duduk saat lesehan, seru lho kalau dipraktekkan.

Tidak memulai pembicaraan penting sebelum tuan rumah selesai basa-basi. Ajari basa-basi prolog seperti pertanyaan:
"Dari mana bapak ibu ini?"
"Dari sana jam berapa?"
"Tadi mengendarai apa? Apakah perjalanan lancar? "
"Cuaca panas atau dingin, hujan atau tidak?"
Dst.....

Anak belajar membuat teh, menyajikan makanan minuman, mempersilahkan tamu, cara mengambil hidangan jika dengan piring atau mana yang boleh diambil dengan tangan. Hidangan bisa pura-puraan atau betulan sesuai kondisi saja. Demikian terus lakukannya hingga runutan pamitan pulang
"Hati-hati di jalan!"
"Sampai ketemu lagi!"
"Besok main lagi ya!"

Biarkan kegembiraan mendominasi. Kadang kesalahan menjadi kelucuan bersama. Jangan terlalu kaku untuk harus betul. Anak-anak senang bermain peran, merasakan kebersamaan dengan orang tua, berpura-pura menjadi orang dewasa dengan profesi tertentu.

Kami juga menggelar 'permainan' rapat keluarga sejak undangan hingga acara rapat, lengkap dengan hidangan. Rapatnya sih seakan permainan tapi temanya beneran lho, bahas sesuatu yang kami anggap penting. Misal program liburan, program ramadhan atau aturan gadget dan televisi di rumah. Tak lupa semua berbagi menjadi petugas rapat seperti ketua, notulen, anggota , seksi konsumsi. Istilah kerennya learning by doing.

Konon faktor pembentuk ingatan anak itu jika ucapan hanya 30%, jika contoh dan anak melihat akan menyumbang ingatan 40%, jika anak diteladankan oleh orang tua. Dan 60% jika mereka terlibat melakukan. Dasyatnya, jika ketiga hal itu dilakukan, maka anak terlibat dan membentuk ingatan hingga 90%.

Selain ketrampilan sosial, bermainan peran juga membentuk rasa percaya diri, ketrampilan verbal, dan kemampuan menyesuaikan pun membawakan diri.
Mengajari adab pada anak bukan hanya saat event bertamu, akan tetapi bisa kita persiapkan sejak dini, di rumah kita sendiri.

Selamat mencoba.

Nilai

Pesan kelulusan dari bu Unik Ambar Wati ini layak kita tiru. Sungguh mendalam mengajak anak bukan hanya mengejar yang tersurat, tetapi yang tersirat dari sebuah nilai. Pesan yang juga mengingatkan orang tua untuk intropseksi, bahwa membentuk karakter jauh lebih penting dari pada mengejar kedudukan dari selembar ijazah. Jangan sampai pula ada terbersit merendahkan mereka yang belum beruntung mendapat nilai bagus di hasil UN atau UAS. Membanggakan pencapaian anak sendiri dan merendahkan orang lain hanyalah cermin sikap kekurangan adab.

Selengkapnya berikut pesan yang indah itu:
"Sebesar nilai PAI mu tak bermakna jika tak diiringi indahnya akhlakmu
Setinggi nilai Pknmu tak berguna jika kau tak mampu menunaikan  hak&kewajibanmu
Sebagus nilai Bahasa Indonesiamu tak akan bernas jika tak disertai manis tutur katamu
Secemerlang nilai Matematikamu tak berfaedah jika tak mampu memecahkan masalah disekitarmu
Secakap nilai IPAmu tak bermanfaat jika tak ada rasa ingin tahu terhadap ilmu
Sekeren nilai IPSmu tak layak jika tak ada kepedulian pada lingkunganmu"

Dan saya tambahkan: sebanyak apapun hafalanmu, tidak akan berguna jika tidak membuatmu terinspirasi berbuat kebaikan.

#pesan emak pada anaknya 😊