Saturday, December 3, 2011

Yang Kualami di Tanah Suci (5)

Sakit - 3
Oleh : Ida Nur Laila



Tentang bertemu orang banyak, bagaimanapun kita tidak mungkin tidak berinteraksi dengan jamaah lain. Tidak ada karantina untuk penyakit ringan. Berinteraksi dengan teman sekamar, teman satu regu, satu rombongan, bertemu orang di ruang makan, dalam lift, saat belanja, dalam bus, saat ziyaroh dan dalam masjid. 
Biasanya dimanapun ada orang batuk pilek. Kalau sakit yang lain kan tidak begitu kelihatan gejalanya. Batuk pilek itu nampak nyata. Dalam bus, di ruang makan atau saat sholat jamaah ada koor batuk atau sahut menyahut. Seolah seisi masjid sedang batuk. Bahkan pernah sholat jumat di masjid Nabawi, muadzinnya sakit leher dan adzan dengan suara tercekik yang mengenaskan. Jadi muadzin juga bisa batuk.
Teman saya bilang “ Aku sakit batuk ini kan cuma ketularan. Habis saat sholat jamaah di masjid kiri kanan depan belakang batuk parah. Jadi saya ketularan deh..”
Saya bilang, semua orang yang batuk itu juga cuma ketularan...hehe jadi tidak ada yang bisa jadi sumber utama. Karena yang pernah batuk, juga bisa batuk lagi...ah berputar-putar.

Mengantisipasi tular menular ini diantaranya dengan rajin memakai masker. Baik jika masker dibasahi dengan air. Kemanapun anda pergi, rajinlah memakai masker. Setiap keluar kamar, mau makan, mau sholat, mau ziyaroh, mau belanja, mau ke masjid, mau jalan-jalan, mau pengajian, atau bahkan antri toilet. Alhamdulillah juga tidak akan dipandang aneh walau memakai masker kemanapun. Bahkan menurut saya pribadi, lebih aman juga bagi perempuan, karena tidak mudah dikenali.
Walaupun kalau sedang berfoto dan masker tidak dibuka, mirip korban dan relawan letusan gunung merapi di akhir tahun 2010. Semua pakai masker.
Jadi berbekalah masker yang banyak. Bersedekahlah masker bagi orang yang membutuhkan. Insya Allah baik untuk anda dan berpahala.
Ada yang mengatakan, karpet di masjid, dipakai oleh banyak orang. Dan kita tidak pernah tahu, apakah orang sebelum kita batuk atau tidak saat sujud...hehe. Jadi berbekallah sajadah pribadi, agar anda mencium kain yang jelas bersihnya. Tentu jika anda rajin mencuci sajadah anda.
Jika sakit batuk, ibu2 banyak mengeluh. Sebab jika batuk, kadang langsung berhadats. Sungguh berat keadaan ini jika saat melakukan thawaf. Saat thawaf kita harus suci dari hadats kecil maupun besar. Jika hanya buang angin, ada tempat-tempat wudhu, yang disediakan. Biasanya menggunakan air pribadi yang dibawa, atau air zam-zam. Ini ada di masjidil haram. (Tapi jangan sekali-kali anda berwudhlu menggunakan air zam-zam di masjid nabawi, karena anda pasti ditegur oleh para asykar atau murotib).
Namun jika berhadatsnya buang air, waah harus ke toilet  untuk mengganti pakaian dalam. Padahal untuk thowof, hitungan satu putaran adalah ketika memulai dari sudut hajar aswad, hingga sampai hajar aswad lagi. Jadi jika berhadats ditengah proses putaran, maka harus mengulang dari awal...hehe tentu setelah bersuci. Jadi berdoalah sekali lagi dan berulang kali, agar tidak kena batuk. Kalau harus batuk, tidak usah pakai  lama, setengah hari saja.
Sebaiknya anda membawa stok obat-obatan pribadi yang biasa dikonsumsi saat anda sakit di tanah air. Stok obat dari dokter resmi belum tentu cocok untuk kita, demikian pula jika membeli obat di apotek yang banyak tersebar di tanah suci.
Pengalaman teman, karena keterbatasan bahasa, membelinya pun dengan bahasa tarzan, dengan memperagakan penyakitnya. Yang sesak nafas dan membeli obat astma, harus pura2 tersengal-sengal agar penjualnya faham obat yang dimaksud. Yang batuk menunjukkan batuknya. Teman saya mencari obat gosok yang bisa membuat mamp[et hidungnya hilang, juga memperagakan caranya. Begitulah seninya.Semoga saja pharmasys nya cerdas dan pernah belajar panthomim....
Kembali tentang sakit saya pada hari Rabu. Akhirnya saya memilih menganggap penyakit saya ringan, dan saya tetapkan kitra-kira sebabnya adalah tensi yang sedang naik. Maka saya mengganti menu makan dengan roti dan mie tanpa garam. Bukan memboikot menu catering hotel lho. Lalu tidur dan banyak makan buah. Tentu juga minum obat.  Dan bershodaqoh. Banyak beramal sholih ( lho kan tidur terus? Ah walaupun sambil tidur, saya pindah kamar menemani jamaah dari kamar lain yang takut tidur sendirian) dan bertaubat serta istighfar.
Saya putuskan sakitnya sehari saja, dan besok sudah sembuh dengan izin Allah tentunya. Dan Alhamdulillah, Kamis dini hari, H-1 kepulangan saya sudah sembuh. Bersamaan dengan suci dari tamu bulanan. Saya mandi dan berangkat ke masjid untuk sholat malam, thawaf wada dengan gembira dan penuh semangat.
Semangat dan kegembiraan hati juga akan berpengaruh pada kesehatan. Orang yang pesimis dan banyak mengeluh, banyak khawatir dan mudah stress dengan hal-hal yang ringan. Akan repot sendiri. Jadi mari menikmati saja setiap proses dengan gembira. Insya Allah lebih sehat bagi jiwa dan raga. Banyak tersenyum dengan rumus 2-2-5. Ini rumus dari DR.dr. Ahmad Hamim Sadewa. Entah beliau mengutip dari mana dalam kultumnya saat di pesantren Syauqiyah. Maksudnya 2 cm ke kanan, 2 cm kekiri dan minimal 5 detik. 2 cm kanan kirinya harus bersamaan selama 5 detik itu, tidak boleh bergantian. Lah menurut saya 5 detik kurang lama. Yah 10 detiklah, sama teman sendiri jangan hemat senyum.
Dan yang lebih penting, saat tersenyum, pastikan ada teman yang diajak tersenyum. Karena jika banyak tersenyum sendirian, akan ada yang mempertanyakan kesehatan jiwa anda.

BERSAMBUNG

14 comments: