Masa kecil Sushi imut |
Dua kucing kami, Sushi dan Max.
Penampilan mereka sungguh menipu, Sushi si kucing cewek usia 9,5 bulan, berbulu
abu-kuning layaknya kucing kebanyakan. Namun wajah imut dan bulu panjangnya
yang indah menjadikannya istimewa. Sushi sangat lincah, berlarian kesana kemari
dan suka melompat. Beberapa kali punya riwayat kabur, menjelajah genting
tetangga.
Adapun Max adalah kucing cowok dengan usia yang sebaya Sushi. Penampilannya
justru kalem dan anggun dengan bulu putih mulus yang indah. Ekornya panjang dan
lebat. Max cukup malas sebagai kucing jantan. Kerjanya duduk duduk dan lebih
sering tidur mendengkur. Orang yang tidak mengenal mereka seringkali mengira
Max sebagi Sushi dan Sushi sebagai Max.
SEnin, tanggal 14 Oktober 2013.
“ Sushi sepertinya sudah ingin
nikahan nih...” kataku pada Azka sebagai owner 2 kucing.
Hari itu Sushi menampakkan tanda-tanda
sudah siap kawin. Tiba-tiba saja ia tidak seperti biasanya yang suka berlarian.
Ia hanya mengeong lirih sambil mendekam dan menungging. Dua hari sudah perilaku
Sushi demikian, namun si Max sepertinya tidak faham juga. Ia tetap cuek dan
melanjutkan hobi tidurnya. Tentu saja kami tidak bisa memaksa Max untuk segera
menikahi Sushi...heheh...
“ Gimana kalau kita carikan
pejantan yang siap ?” kata Azka.
Max malas-malasan |
Sampai di rumah bu Tintin, kami
bawa Sushi dan melepasnya ketika telah tenang. Ichiro si calon pengantin cowok,
adalah kucing putih serupa Max. Ichiro juga seperti Max, sedang tidur di bawah
kursi saat kami datang.
Pertama didekatkan, Sushi langsung mendatangi Ichiro. Namun setelah dekat, tiba-tiba ia mendesis marah dan berlari menjauh. Mungkin ia takut mengenali bahwa kucing putih itu bukan Max. Sushi masuk ke kolong sofa dan tidak mau keluar lagi hingga kami pulang.
Adapun ichiro, mengetahui ada pendatang baru, ia segera mendatangi keranjang dan tempat makan Sushi. Setelah puas membaui, ia menandai keranjang dengan kencingnya. Kemudian itu ia mendatangi Sushi, menunggui dengan sabar dibelakang sofa, berharap Sushi mau keluar berkenalan dengannya.
Pertama didekatkan, Sushi langsung mendatangi Ichiro. Namun setelah dekat, tiba-tiba ia mendesis marah dan berlari menjauh. Mungkin ia takut mengenali bahwa kucing putih itu bukan Max. Sushi masuk ke kolong sofa dan tidak mau keluar lagi hingga kami pulang.
Adapun ichiro, mengetahui ada pendatang baru, ia segera mendatangi keranjang dan tempat makan Sushi. Setelah puas membaui, ia menandai keranjang dengan kencingnya. Kemudian itu ia mendatangi Sushi, menunggui dengan sabar dibelakang sofa, berharap Sushi mau keluar berkenalan dengannya.
Sore harinya kami meng-up date data
tentang Sushi. Konon Sushi sudah mau keluar, tapi belum mau makan. Esoknya Sushi
sudah baik, bermain biasa, tapi masih galak kalau didekati Ichiro. Mereka hanya
berpandangan dalam jarak yang aman. Menurut bu Tintin, sepertinya masa kawin Sushi
sudah lewat. Mengengar kabar itu, kami memutuskan untuk mengambil Sushi pada
hari ke tiga.
Apalagi melihat bagaimana Max panik, tidak mau tidur-tidur tapi sibuk menjelajah seluruh pelosok rumah untuk membaui keberadaan Sushi. Max juga sering mengeong dan mogok makan. Aneh ya...padahal jika ada Sushi, ia hanya cuek dan tidur saja. Oleh banyak alasan itu, kami janjian untuk menjemput Sushi di siang atau sore hari. Mungkin begitulah prilaku para bapak, sepertinya cuek pada istri, tapi jika tidak ada akan dicari sampai ke pelosok bumi.
Apalagi melihat bagaimana Max panik, tidak mau tidur-tidur tapi sibuk menjelajah seluruh pelosok rumah untuk membaui keberadaan Sushi. Max juga sering mengeong dan mogok makan. Aneh ya...padahal jika ada Sushi, ia hanya cuek dan tidur saja. Oleh banyak alasan itu, kami janjian untuk menjemput Sushi di siang atau sore hari. Mungkin begitulah prilaku para bapak, sepertinya cuek pada istri, tapi jika tidak ada akan dicari sampai ke pelosok bumi.
Hari ke tiga, jam 6 pagi. Bu
Tintin telepon dengan panik.
“ Sushi kabur.....!”
Anak-anak segera melesat ke TKP
yang jarak tempuhnya sekitar 30 menit dari rumah kami. Azka, Dija dan Hamda tidak sabar untuk segera terlibat dalam
pengejaran pelarian sushi. Mereka membawa beberapa mainan kesukaan Sushi.
“ Kalian tidak usah cemas, Sushi
pasti ditemukan...” pesanku pada Azka yang akan menyetir. Jam padat melintasi Jogja,
aku khawatir jika ia menyetir dalam keadaan panik.
Kami menyusul setengah jam
kemudian untuk membantu pencarian. Sepanjang perjalanan aku membaca dzikr
maktsurat dan banyak bersalawat. Kupikir boleh gak ya aku bersalawat agar
kucing kami ditemukan....ah Allah Maha Tahu.
Sampai di TKP kami mendengar
kronologi ulang. Lalu berpencar. Aku menyambangi pekarangan kosong persis di
sebelah kanan rumah ibu Tintin. Pekarangan itu hanya berisi semak belukar.
Kupanggil Sushi dan kusisir pekarangan, tapi hasilnya nihil.
Mulailah aku menisir memutari komplek perumahan. Bahkan hingga ke kebun kosong di sebelah perumahan yang menghubungkan dengan kampung. Kutemukan empat ekor kucing dan bukan Sushi.
Mulailah aku menisir memutari komplek perumahan. Bahkan hingga ke kebun kosong di sebelah perumahan yang menghubungkan dengan kampung. Kutemukan empat ekor kucing dan bukan Sushi.
Kembali ke rumah bu Tintin. Kami
berkumpul dan mengevaluasi.
“ Sushi tak mungkin pergi jauh.
Biasanya jika lari keluar rumah, ia hanya makan rumput lalu sembunyi di
semak-semak...” kataku. Bersepakatlah kami untuk menempuh jalur jalur pencarian
dengan kertas pengumuman. Azka, Dija dan Hamda pergi ke warnet untuk membuat
pengumuman kehilangan yang akan kami tempel di beberapa tempat. Warung soto,
seperti pesan bu Tintin, karena 3 kali Ichiro kabur, ditemukan melalui pengumuman
di warung soto. Dan beberapa tempat lain.
“ Bang Difa...” tiba-tiba
driverku berseru dari di pekarangan kosong samping rumah bu Tintin. Difa
melesat ke sana.
“ Ini ada kucing besar seperti
Max...Max apa bukan ya ?” kata Darojat bercanda. Ternyata...
“ Sushii...” teriak Difa sambil
menggendong Sushi. Kami semua berkerumun dan berteriak senang. Darojat melongo.
“ Kukira Sushi itu yang bulunya
putih, dan ini si Max yang abu-abu!” katanya polos.
Oalah...jadi tadi ikut
muter-muter tapi dia tidak juga mengerti yang mana yang dicari. Bahkan saat
meilhat Sushi, ia tidak tahu bahwa itu adalah Sushi. Makanya ia bercanda memanggil
Difa dan bertanya apakah Max mungkin sampai ke situ. Tentu saja tak mungkin
lantaran Max aman nun jauh di rumah kita. Tapi alhamdulillah dia punya selera humor.
Seandainya ia menganggap yang mendekam di bawah semak itu adalah kucing lain,
dan tidak memanggil Difa, mungkin Sushi tak kita temukan.
Tidurr....purr...purrr |
Akhirnya kami bawa pulang Sushi
dengan kelegaan dan kegembiraan. Walaupun perjodohan dengan Ichiro gagal,
namun kami senang karena Sushi telah ditemukan. Kini kami melihat Shusi dan
Max berbaring baring berdua. Makan berdua. Jika Sushi sedang menjelajah, Max
segera mencari. Saat telah melihat dan memastikan posisi Sushi, Max akan
berbaring dan tidur lagi dengan tenang.
Kehidupan telah kembali seperti semula. Semoga jika besok Sushi siap nikah, Max juga telah siap melamarnya. Semoga ya, agar tak perlu ada cerita kawin paksa di jaman modern ini.
Kehidupan telah kembali seperti semula. Semoga jika besok Sushi siap nikah, Max juga telah siap melamarnya. Semoga ya, agar tak perlu ada cerita kawin paksa di jaman modern ini.
hahaha... aduh kasian sushi disuruh menikah dngn pria yg tidak dia cinta #runaway bride :D
ReplyDeletehehe...tuan punya rencana...ternyata kucing yang menentukan...makasih ya sudah mampir....rita dewi
ReplyDeleteahaha...lucu, kucing juga punya perasaan, hehe
ReplyDeleteternyata juga punya selera, Sushi nggak mau dengan yang tua bangka
DeleteYa ampun Ibu, saya ketawa ngakak baca tulisan ini,,,, lucuk...:)
ReplyDeletesaya yang nulis juga ketawa. now sushi dan max sangat akurr.
ReplyDeletehihihihi...kisah cinta yang lucuuu...kucingnya cakep=cakep maaak :D...
ReplyDeleteIya mak...tunggu seri selanjutnya tentang cinta segitiga
Deletehihihihi...kisah cinta yang lucuuu...kucingnya cakep=cakep maaak :D...
ReplyDeleteYa mak indah...setelah acara melarikan diri itu...sushi lari sekali lagi...hehe "gadis binal" julukan untuk sushi...
ReplyDeleteHihi lucu sekali....seperti siti nurbaya yg mau dijodohkan dg datuk maringgih ya mak....hihi...mesam mesem mbacanya mak Ida....
ReplyDeleteiya ternyata kami juga pelaku kawin paksa...
Delete