Adakah orang
yang belum pernah merasakan nyeri?
Ah kukira
tidak ada.
Rasa nyeri
adalah bagian dari sistem pertahanan tubuh. Manusia dikarunia saraf nyeri
sebagai peringatan atas sesuatu yang tidak biasa yang mengancam keselamatan
tubuh.
Sejak lahir,
manusia akrab dengan rasa nyeri, sekalipun konon selama 24 jam pertama bayi
belum begitu peka dengan rasa nyeri. Wallahu a’lam karena kita sudah tidak bisa
mengingat tahun pertama kita.
Terkadang ketakutan
terhadap rasa nyeri telah membuat seseorang tertekan. Misal orang yang akan
menghadapi operasi, khawatir akan merasakan rasa sakit yang sangat. Ah tidak
usah perumpamaan yang besar, mau cabut gigi saja menimbulkan kecemasan.
Ilmu
pengobatan menciptakan dan menemukan banyak obat anti nyeri, obat penghilang
rasa sakit untuk mengurangi penderitaan.
Sebagai
orang tua, jangan ajari anak untuk takut dengan rasa nyeri. Biarlah anak
memiliki persepsi yang proposional.
Eh apakah
ada orang tua yang menakuti anak dengan rasa nyeri? Mungkin secara tidak
sengaja ada.
Misal nih,
kata-kata:
“Jangan
lari-lari ntar kalau jatuh sakit...!”
Kata-kata
itu kurang tepat, karena kadang rasa sakit itu sengaja diundang untuk menuju
pada keadaan yang lebih baik.
Contoh tentang cabut gigi tadi. Banyak orang datang ke apotek untuk membeli obat sakit gigi. Biasanya keluhannya rasa nyeri, pusing yang amat sangat dan gusi yang bengkak.
Contoh tentang cabut gigi tadi. Banyak orang datang ke apotek untuk membeli obat sakit gigi. Biasanya keluhannya rasa nyeri, pusing yang amat sangat dan gusi yang bengkak.
Seringkali
saya menyarankan untuk memeriksakan ke dokter terutama setelah bengkaknya
hilang dan sakitnya reda. Saat gusi masih bengkak, dokter tidak akan membuat
tindakan berarti, seperti cabut gigi atau operasi ringan. Apa jawaban
orang-orang?
“Kalau sudah
sembuh ya lupa bu...”
“Ntar kalau
sembuh, dicabut malah sakit lagi...”
Yaah tentu
berbeda, karena sakit yang disengaja ini untuk kebaikan jangka panjang, untuk
tidak merasa sakit lagi kelak. Seperti bisul yang harus dipecah dengan sengaja
untuk menyegerakan kesembuhan.
Rasa sakit ada
yang disengaja seperti para perempuan yang rela dipencet hidungnya untuk
mengeluarkan komedo saat melakukan facial. Kadang sampai berurai air mata, tapi
demi mendapatkan wajah mulus bebas komedo, tetap berkata petugas salon:
“Lanjutkan
saja mbak...hiks...”
Anakku
pernah jatuh dan terlambat diobati hingga lukanya sudah agak kering padahal ada
yang harus dijahit. Perawat membuat luka baru di atas luka lama, agar acara menjahit berefek menyambungkan bagian yang
seharusnya tersambung.
Bayangkan saja
bagaimana aku membujuk agar ia mau dilukai dengan sengaja....
Anak-anak
lelaki yang dikhitan juga merasakan sakit, untuk kesehatan alat reproduksinya
seumur hidup dan untuk melaksanakan tuntunan ibadah.
Siapapun yang
ingin merapikan giginya rela memasang kawat gigi yang konon menimbulkan rasa
ngilu. Bayi yang akan tumbuh gigi juga merasakan nyeri saat permukaan gigi
membelah gusi.
Apalagi ibu
melahirkan, nyerinya tak terkatakan.
Begitulah,
rasa nyeri kadang menjadi kemestian suatu proses. So jangan terlalu takut pada
nyeri. (Ehm jangan menyindir deh).
Apalagi
nyeri karena cinta dan cemburu, yang terasa sampai ujung rambut dan ujung jari
kaki.
Tetapi juga
jangan menyepelekan nyeri. Ada ambang yang harus menjadi perhatian untuk
menentukan kapan saatnya tak tertanggungkan dan harus minum obat atau
menghentikan penyebab nyeri.
Hidup adalah
rangkaian rasa. Menjadi nikmat jika pelangi rasa itu berwarna sempurna bersama
hari-hari kita. Kita bersabar dan bersukur saja.
wadduhhh.. aku pling takut sakit mak.... soalnya pualing muales kalo minum obat... hehhe alhamdulillahnya allah kasih sehat hehehe
ReplyDeleteAlhamdulillah moga mak Icha sehat selalu...
DeleteAnakku kalau kejedot aku ketawain, Mak (walaupun gak tega). Tujuannya memberi tau dia, ga papa merasa sakit, tapi nanti juga hlang :)
ReplyDeletemengajarkan ketabahan mak dan menikmati rasa sakit...
Deletedari kecil malah dibiasain endure my own pain... salah satunya...dikerokin....pernah ampe lari nyebur sngai (barat rumah ada sungai lumayan lebar)... tapi lama2 bisa mengatasi...
ReplyDeletewaah seru ya...untung sungainya dekat ruymah haha
DeleteSejak kecil hingga sekarang sering nyeri. Penyebabnya bermacam-macam antara lain jatuh waktu bermain, tulang kering kena pinggiranya bak kamar mandi, kejepit pintu, kepukul palu saat maku tembok ,dll
ReplyDeleteKalau nyeri biasa ya dibiarkan saja entar hilang sendiri. Kalau nyeri karena tulang suah tua ya saya obati.
Nyari di hati juga dibiarkan saja, entar sembuh sendiri he he he
Terima kasih tipsnya
Salam hangat dari Surabaya
iya pakdhe, maturnuwun sudah mampir. kita makin tua makin bisa berdamai dengan nyeri...
Deleteaku pernah nyeri hati mak,,,obatnya apa mak kalo nyeri hati,,,???mak ida salam hormat yah,,,soalnya aku bawa-bawa nama emak disini http://tweetysaya.blogspot.com/2014/04/mengintip-jiwa-kartini-ida-nur-laila.html
ReplyDeletemakasih ya mak,,semoga berkenan namanya aku bawa-bawa,,,hehehe
aduh berasa tersanjung. terimakasih, saya jauh banget ya dari kartini.
Deletenyeri fisik lebih mudah di tahan mak daripada nyeri hati heheh, atau mungkin karena saya terlalu sensitif ya
ReplyDeleteya mbak rina ambang nyeri beda-beda pada masing-masing orang
Deletebetul sekali ibu, belajar menikmati setiap rasa yang ada.. terutama untuk nyeri hati,, tidak merasakan sesuatu secara berlebihan (senang berlebihan dan sedih berlebihan) saya rasa bisa membantu memanage nyeri hati yang ada..
ReplyDeletesalam hormat dari kendal
siip setuju banget Utari
DeleteAnakku kalo jatoh gak pernah nangis. Waktu jatoh sampe giginya berdarah pun gak nangis, padahal aku nya udah kalang kabut. Karena sejak lahir, aku gak pernah mengajarkan dia konsep sakit. Pun pengasuhnya, aku didik untuk gak mengajarkan dia konsep sakit atau nyeri.
ReplyDeleteTapi, ya gitu, jadi kebablasan. Kadang sampe giginya berdarah atau kepalanya benjol, tetep gak nangis. Kan kalo ada apa-apa, jadi gak tau :/
siapa dulu emaknya...haha kan emaknya juga tahan banting. makasih kunjungannya mak Kandi
Delete