Oleh : Ida Nur Laila
Suatu
ketika kami mengantarkan kakak ipar pindah rumah baru. Ini adalah rumah yang
dibangun kakak setelah sekitar 10 tahun pernikahannya. Sebelumnya mereka
menempati rumah dinas SD inpres yang kemudian terasa makin kecil setelah memiliki 2 putra. Rumah baru ini
bahkan dibangun dengan tangan kakak sendiri. Setiap libur sekolah, kaka membuat
batu bata, bersama beberapa orang tetangga. Demikian pula setiap sore sepulang
tugas mengajarnya di sebuiah SD.
Rumah
baru ini nampak indah dimataku yang baru tahun keenam pernikahan. Entah kapan kami akan dapat memiliki rumah sendiri.
“ Waah
alhamdulillah rumahnya bagus...” kata ibuku yang ikut hadir dalam acara pindah
rumah.
“
Kudoakan nanti mbak Ida dan Mas cahyadi, dapat memiliki rumah yang jauh lebih
besar dan lebih bagus...” kata ibu mertuaku menanggapi.
“Amin...amin...!”
jawab ibuku mantap.
Aku
merenung, mampukah kami mewujudkan doa tersebut ? terbersit keraguan dihatiku
mengingat saat itu kami berdua belum lulus kuliah. Betapa berat penghidupan
kami saat itu, kuliah sambil bekerja dan berumah tangga.
Namun
perasaan tersebut segera kutepis. Astaghfirullah...bukankah Allah Maha
Kaya...Allah berkuasa memberi kepada hambanya yang berusaha. Bukankah ridho dan
doa orang tua akan memudahkan jalan hidup kita...
Terima
kasih ibu,
Terimakasih
ibu mertua,
Atas
semua doanya. Atas sikap optimis menatap
masa depan. Tak selayaknya aku meragukan, Allah Sang Penjamin Rizki.
Dan
kini, setelah lima belas tahun menikah, doa itu terwujud sudah. Kami dikarunia
rumah yang lapang dan indah untuk menambah amal ibadah, insya Allah.
No comments:
Post a Comment