DIALOG KEBAIKAN

Air adalah ' habitat' Revo

Ini cerita menjumput hikmah dari obrolan ringan dengan Revo bungsuku.

" Umii...umi itu baik ?" tanya Revo tadi pagi saat kumandikan. Itu adalah pertanyaan dan pernyataan yang sering dia ungkapkan saat aku menolong dia dalam banyak hal. Misal memakaikan baju, menemani belajar, menggorengkan telur atau menemaninya bermain.
" Iyaa umi baik kan ...?"
" Kalau aku...aku tidak tahu nanti kalau aku jadi bapak-bapak mau seperti apa...biar jadi bapak yang baik..." kata-katanya menggantung dan membuatku tersenyum lebar. yaah jauh amat mikirnya...Revo baru 6 tahun.
" Mikirnya jadi bapak besok saja...sekarang jadi anak baik saja, rajin sekolah, nurut sama umii..."
Revo terus saja berfikir.
" Aku tahu, kalau jadi bapak, aku mau membelikan mainan anakku setiap hari..."
Wow...!
" ...Emang kenapa kok membelikan mainan setiap hari...?'
"Biar anakku senang...dan sayang sama kuu...kan aku bapak yang baik " katanya sambil tertawa lebar!
Ntar...aku mikir mau komen apa.
" Mmm senang ya kalau bisa beli mainan tiap hari...tapi kan anaknya juga butuh beli susu, bayar sekolah, beli bensin untuk antar sekolah...nanti kalau beli mainan terus...buat beli yang lain... ?"
" Kan uangnya buanyaak..." weleh...weleh...tidak kehabisan jawaban.
" Ok...sekarang Revo sekolah yang pinter dan ngaji biar sholeh biar besok rejekinya banyak dan bisa belikan anaknya mainan...Ok ? Ayo mandinya sudah...kita berangkat sekolah"

Suka peluk umi 

Revo sangat verbal dan suka mengungkapkan keinginannya. Dari itu aku tahu tentang perkembangan pemikirannya.
Namun tidak selalu aku langsung mematahkan beberapa pemikiran yang lucu seperti 'membeli mainan setiap hari', 'membeli mainan ke Jepang'...
Dunianya sekarang dunia bermain...kegembiraannya saat bermain dan memiliki mainan. Jika itu bisa memotivasinya untuk berbuat baik, sementara kubiarkan saja. Biasanya dalam 'dialog bantal ' sebelum tidur kutanamkan orientasi yang lebih besar dari sekedar kehidupan sehari-hari. Seperti misalnya dialog berikut:
" Cita-cita umi apa?" aku belum faham arah pertanyaannya.
" Cita-cita ? Umi cita-citanya jadi ibu yang baik untuk anak-anak umi...termasuk Revo..."
" Bukan itu cita-cita... tapi tujuan sejati...kalau aku pengin masuk surga..."
Wow..keren...!
" Umi tujuan sejatinya juga ingin masuik surga. Kita-bareng-bareng ya di surga...? Nah biar masuk surga umi jadi ibu yang baik...kalau Revo biar masuk surga jadi apa ?"
...
...( obrolan masih berlanjut)
Kunikmati setiap obrolan dengan anak. Meladeni pertanyaan mereka sekalipun menyita waktu dan mengerutkan kening untuk menemukan jawaban yang tepat. Ada banyak yang bisa dipelajari dari mengobrol dengan anak-anak. Kita jadi tahu persepsi baik menurut anak. Cita-cita dan harapan anak, perkembangan perasaannya...dsb.
Juga bisa menggali persepsi anak atas apa yang telah kita lakukan. Tidak selalu anak bisa memaknai yang dilakukan orang tuanya adalah kebaikan. Sebagian mungkin menganggap aturan dan keteraturan dari orang tua sesuatu yang tidak menyenangkan dan mengekang. Dengan dialog, kita bisa meluruskan persepsi dan bias pemahaman.

Semua ada waktunya, jika bukan hal yang maksiyat, tak harus seketika kita mematahklan. Kedekatan dan timing yang pas juga bahasa yang sesuai akan menjadi kunci masuk atau tidaknya dialog kebaikan
Mari meluangkan waktu menobrol dengan anak, selagi mereka juga punya waktu untuk mengobrol dengan kita. Ada nanti masanya saat anak sibuk atau membuat jarak psikologis yang menjadikan orang tua harus mencari celah untuk bisa mengobrol dengan anak.

Mari berbagi pengalaman...