Duluuu saya
pernah menulis tentang rekam jejak. Beberapa waktu yang lalu ada hal-hal yang
membuat saya ingin menuliskan lagi.
Suatu ketika
saya berpesan pada karyawan saya, bahwa ruang pertemuan ( alias garasi) kami,
akan dipakai untuk suatu acara, dengan panitia ibu x.
Berhubung
saya sedang pergi keluar kota, maka saya minta karyawan tersebut untuk
menyiapkan tempat.
Ternyata
pada waktu yang ditentukan, orang yang saya beri pesan sedang tidak di rumah.Jadi
panitia menghubungi seorang karyawan lain.
Esoknya saya
mendapat laporan dari karyawan tersebut :
" Bu,
kemarin ibu x datang hendak meminjam tempat, katanya sudah ijin sama ibu, jadi
saya bukakan saja. tapi saya gak mau membantu menyiapkan tikar dan meja. Jadi
dia menyapu dan mempersiapkan sendiri...."
" Kenapa
pak, kok tidak mau membantu ?"
" Habis
ibu x ini orangnya pelit, waktu saya disuruh nukang di rumahnya, tidak pernah memberi
saya minum. Jadi saya kehausan dan harus keluar beli minum sendiri..."
OOO...begitu
rupanya. Aku tidak menegurnya karena situasinya tidak tepat.
" Gak
papa pak, makasih sudah dibukakan pintu. Memang sudah ada kok panitia seksi
tempat acara..."
Jawabku
ringan saja.
Namun
peristiwa itu membuat aku ingat pada kisah lain.
Kami biasa
meminjamkan mobil yang ada di rumah. Toh beberapa mobil itu juga bukan punya
kami. Hanya titipan orang-orang baik yang kebanyakan mobil dan ingin mobilnya
lebih memiliki kemanfaatan pada dakwah. Kami bahkan menawarkan peminjaman
gratis untuk kalangan sendiri.
Karena
seringnya kami pergi keluar kota, maka urusan pijam meminjam kadangkala kami
serahkan pada driver untuk kemudahan teknisnya.
Disinilah
masalahnya..
Suatu
ketika, seorang kawan meminta ijin untuk meminjam selama beberapa hari dan
sudah kami sepakati. Namun saat kami pulang dari luar kota, mobil tersebut
masih nongkrong di garasi. Maka kami tanyakan pada driver, mengapa rekan kami
tidak jadi pinjam.
" Lha
dia minta saya antar ke rumahnya bu, katanya karena dia kesulitan teknis. Saya
bilang, kalau mau pinjam ya ambil sendiri ki rumah...dia bilang tidak bisa
ambil, jadi tidak jadi pinjam..."
" Kenapa
tidak diantar ke rumahnya pak ? "
" Habis
waktu dia minta tolong itu, saya sedang kerja bakti. Kalau saya tidak berangkat
kerja bakti, saya akan didenda Rp. 50.000. Begitu kesepakatan kampung.
Sementara orang yang pinjam ini pelit sekali bu. Mana mungkin dia akan membayar
denda saya. Uang parkir saja dia habiskan,
tidak pernah dia ganti. Kalau dipulangkan, mobil pasti dalam keadaan yang
sangat kotor dan bensinnya kosong blong..."
Speechless
deh. Aku mau ngomong apa. Driver ini sangat menyayangi mobil, bahkan lebih dari
ketaatanya padaku. Tiap hari ia yang mencuci dan mengelus-elus mobilku. Jadi ia
tidak terima jika ada orang yang berlaku kurang baik pada si mobil.
Bagiku tidak
apa-apa orang pinjam kendaraan dan pulang dalam keadaan kotor, nanti bisa
kucucikan ke tukang cuci. Karena kadang memang betul-betul kotor, bau muntahan,
ompol dan sebagainya. Kalau bensin
kosong blong padahal saat dipinjam berisi penuh, Allah yang akan memampukan kami
untuk mengisinya kembali. Kalau pulang salah satu barang ada yang hilang
seperti spion, atau tutup velg, atau bahkan pernah logo asli, Allah juga yang
akan memampukan kami untuk mengganti. Termasuk jika persediaan uang parkir
habis. Sebagian orang yang meminjam mungkin betul-betul tidak punya uang untuk
mengganti semua itu.
Namun
driverku tidak terima dengan semua itu. Jadi dia cenderung mempersulit jika ada
peminjam yang rekam jejak peminjamannya kurang bagus.
" Bapak
yang itu, kalau memulangkan mobil, pasti ada yang rusak bu..." katanya
memberikan laporan padaku.
Di satu sisi
alhamdulillah, bersyukur aku punya karyawan yang teliti, bertanggung jawab dan
mencintai amanahnya. Namun di sisi yang lain, aku sedikit menyesali beberapa
rekan yang kurang merawat saat meminjam sesuatu.
Toh kalau
kemudian dia kesulitan untuk meminjam lagi, itu adalah hasil dari perbuatannya
sendiri.
Aku jadi
ingat saat di sebuah kota, ada training untuk keluarga yang pakai acara
menginap di villa.
Banyak
peserta yang membawa anak. Namanya anak orang banyak, yang terjadi adalah betapa
berantakannya vila tersebut. kamar mandi menjadi sangat jorok. tempat sampah
apalagi, banyak pampers kotor yang memenuhi sampah tanpa dibungkus atau
dibersoihkan dari babnya. Tanaman bunga juga ada yang rusak. Tak lupa beberapa
coretan di dinding hasil lukisan anak-anak yang lalai diawasi oleh orang
tuanya.
Si pemilik villa
menyumpahi bahwa dia tidak akan mengijinkan lagi orang-orang tersebut meminjam
vilanya....
Memelihara
fasilitas umum, atau barang pinjaman, kadang lalai dilakukan. Yang terjadi adalah
merugikan diri sendiri. Yakinlah itu.
Demikian
pula semua harta dan rizki yang Allah karuniakan pada kita, sebenarnya adalah
barang titipan yang harus kita rawat dan gunakan sebagaimana mestinya.
Pinjaman itu
berupa badan atau fisik kita, ruhani kita, jiwa kita, mental kita, harta kita,
anak-anak bahkan ilmu yang kita miliki. Juga jabatan, tanggung jawab dan kepercayaan yang diberikan kepada kita. Memelihara
pinjaman, bukan hanya sesuatu yang kita pinjam dari orang lain, melainkan yang
dari Allah juga.
Jadi mari
kita rawat semua itu sebagaimana mestinya. Tak akan merugi, insya Allah akan
ditambahkan lagi karena merawat adalah bentuk kesyukuran kita.
Rekam jejak
kesyukuran kita adalah merawat semua yang sedang bersama kita dan di tangan
kita.
Apakah Anda membutuhkan pinjaman jika ya maka hubungi kami sekarang melalui email: am.credito@blumail.org
ReplyDelete