Ada yang masih menjadi rejekiku |
Siang itu aku terkejut mendapati
satu kresek plastik warna kuning berisi apokat tergeletak di teras rumahku.
Kulongok isinya ada 18 butir. Hampir
semuanya berwarna hitam kehijauan. Sepertinya ada banyak yang busuk dan
kematangan.
Cepat otakku berputar, kira-kira
dari mana asal muasal apokat ini.
Yang paling masuk akal adalah
apokat ini dari mobil suamiku. Aku jarang melongok dan menyentuh mobil putih
besar itu kecuali saat bepergian dengan suamiku. Sepekan yang lalu suamiku
pergi mengunjungi saudara sepupunya di daerah Karanganyar, Kemungkinan beliau
dibawain apokat dan lupa tertinggal di mobil. Tadi pagi jam 4 suamiku diantar
sopirnya tergesa berangkat keluar kota, mungkin sang sopir menemukan kresek
apokat ini dan menaruhnya saja di teras rumah.
Kupikir aneh juga, bukankah
setelah kepergian ke Karanganyar itu, supir sempat mencuci dan membersihkan
mobil...apakah ia tidak melihat kresek itu ?
Dengan asal-usul yang
kuperkirakan itu, kubawa masuk dan kukeluarkan apokat untuk melihat mana yang
bisa diselamatkan. Dengan perasaan sedih teriris-iris aku membuka satu persatu,
mengiris dan mengambil yang masih layak makan.
Wah kok lebay amat ...!
Memang begitu adanya. Aku sungguh
sedih karena apokat adalah buah kesukaanku. Melebihi buah-buah yang lain. Akhirnya
kudapat sekitar 500 gram buah apokat lunak yang lalu kublender menjadi 6 gelas
jus. Alhamdulillah. Aku konfirmasi suamiku, memang betul itu apokat dibawakan
oleh saudara tapi beliau suamiku lupa.
Yang bisa diselamatkan |
Ya sudah, tak usah kecewa.
Janji Allah pasti bahwa kita
masing-masing punya takaran rejeki. Hanya saja ada yang mengambil jatahnya, ada
yang membiarkannya tetap tersimpan. Selain menyediakan rejeki tersebut, Allah
melengkapi dengan petunjuk cara membuka pintu-pintunya. Tinggal kita apakah mau
mencari jalan menuju pintu, mencari anak kunci dan membukanya. Niat ikhlas.
Usaha, usaha dan doa diantara pembukanya. Dan ada pembuka yang lain seperti
silaturahmi, shodaqoh, istighfar dan perbanyak terus amal sholih.
Sesuatu yang sudah di tangan saja
bisa jadi belum menjadi rejeki. Ada orang yang mendapat gaji bulanan, sudah
berusaha dengan cara yang halal, pulang dari ambil gaji kecopetan. Uang sudah
di tangan belum tentu menjadi rejekinya.
Ada yang sudah di bawa pulang,
untuk membangun rumah dengan susah payah, ternyata rumah yang sedang dibangun
runtuh, seperti yang dialami bapakku. Jadi sampai jadi rumah juga belum tentu
menjadi rejeki.
Ada juga yang membeli makanan,
dengan uang yang halal, makanan yang halal, dan jatuh sebelum masuk ke mulut.
Menjadi rejeki semut dan cacing. Bahkan ada yang sudah dikunyah, masuk ke
perut.....eeh malah muntah-muntah layaknya ibu hamil yang hyperemesis...kan
belum jadi rejekinya juga.
Kembali ke apokatku, sekalipun
agak sedih, tak perlu kusesali. Takkan ada yang luput sesuatupun jika memang
telah menjadi jatahku.
Jadi kureguk saja pelan-pelan jus
apokat yang ada. Penuh kesyukuran, berdoa menjadi berkah kesehatan bagi tubuhku dan
mendapat gratisan lagi lain kali.
Apokat terasa lezat di lidah, siapa
yang mau...?
iya bener juga mak, yg ditangan pun blom tentu rejeki kita ya mak. TFS mak, mau donk alpukatnya
ReplyDeleteuntungnya masih ada yg bs diselamatkan, ya :)
ReplyDeletesama Mak, suka juga juz alpokat, aduuuh manisnya hehhhe
ReplyDeleteWah,alhamdulillah msh terselamatkan ya mak. Enak bgt itu jusnya mak,mau donk :D
Deletemakasih kunjungan paginya untuk Emak-emak :
ReplyDeleteNathalia Cornelis
myra anastasia
Eddelweiss - Naqiyyah Syam
Khusnul Dwi Tyasari
Alhamdulillah masih ada yang sehat dan enaak...semoga semua kebagian satu-satu...glek-glek-glek.
Suka banget baca tulisannya *rejeki itu adalah bagaimana Allah yang mengaturnya. Alhamdulillah ya Mak, masih bisa dibuat jus dan menyegarkan...Hm....
ReplyDelete