Boneka Beruang Salju |
Kemarin ayah mengajakku pergi berbelanja ke toko Cahaya.
Toko itu begitu besar dan megah berlantai tiga. Ayah mengajakku masuk ke dalam
toko itu. Di dalam ada berbagai macam barang yang dijual. Ada alat rumah
tangga, alat tulis, sepatu, tas, dan aneka mainan yang bagus-bagus. Bonekanya
juga banyak sekali macamnya.
Selama ini aku belum pernah diberi boneka dari ayah. Aku
ingin sekali boneka. Di rak bagian timur ada boneka yang sangat lucu, aku ingin
memilikinya. Kuraih dan kupeluk boneka beruang warna putih, terasa lembut enak sekali. Tapi ayah
mengajakku ke toko Cahaya bukan untuk membeli boneka, maka aku tidak membeli
boneka itu. Dengan enggan kukembalikan boneka itu ke tempatnya. Sampai beberasa
saat aku masih memandanginya, aku sedikit kecewa.
Kemudian ayah mengajakku ke tempat peralatan rumah.
Rupanya ayah ingin membeli peralatan rumah, entah apa saja yang ingin ayah beli,
pokoknya banyak sekali. Aku membeli beberapa makanan kecil untuk teman belajar.
Setelah membayar di kasir, ayah mengajakku makan siang.
Di toko itu ada foodcourt tempat para
penjual makanan berjualan. Kami memilih kursi di sudut yang nyaman. Setelah
menghabiskan makan siang dengan cepat, ayah berkata ingin pergi ke toilet. Aku
menunggu ayah sambil menikmati makan siangku, steak dan juice apokat yang
lezat.
Saat
makananku sudah habis ayah tak kunjung kembali. Aku takut sendirian di
keramaian. Tapi aku mencoba untuk tetap tenang. Berkali-kali aku mencoba
menghubungi hp ayah, tetapi tidak ada jawaban. Kucoba pergi ke toilet,
barangkali ayah terkunci di sana, ah ternyata ayah tidak ada. Aku kembali ke
tempat duduk dengan sedikit cemas.
Untunglah beberapa saat kemudian ayah datang. Aku ingin
bertanya kenapa ayah lama sekali, tapi sudahlah, yang penting ayah tidak
meninggalkan aku.
Belum sempat aku berkata, ayah mengelus kepalaku dan
berkata, ”Maaf ya, ayah lama.”
“Iya, tidak apa-apa, yah,” jawabku tak mempermasalahkan,
aku malu kalau menceritakan kecemasanku. Yang penting ayah sudah ada disisiku.
Ayah mengajakku pulang. Sebenarnya aku masih bingung dan
bertanya-tanya, apa yang tadi ayah lakukan. Ayah seperti menyembunyikan
sesuatu. Tapi apa yang ayah sembunyikan dariku? Apa aku belum cukup dewasa di
usiaku yang ke-9 ini? Yah, mungkin memang benar usiaku belum cukup dewasa, tapi
kenapa ayah menyembunyikan itu dariku? Mungkin ayah tidak menyembunyikan
sesuatu, kenapa aku bisa berpikir seperti itu? Sudahlah, dari pada bingung, mungkin
aku memang tidak perlu tahu urusan itu.
Saat di rumah, aku masuk ke kamar dan membaringkan
tubuhku yang lelah. Aku terlalu lelah setelah belanja seharian, sehingga aku tertidur.
Aku
bermimpi aku diajak ke toko itu, ya, memang toko yang mirip. Aku diajak ke
tempat peralatan rumah, kemudian aku diajak makan, dan ada satu yang lagi... aku
dibelikan boneka itu. Ah, senangnya.
Tiba-tiba aku dibangunkan ibu, aku diajak makan malam bersama.
Wah mimpi indah berakhir sudah.
Aku
melihat ayah makan dengan tak biasa. Sepertinya ayah makan dengan tergesa-gesa.
. Aku melihat ibu, sepertinya ibu berpikiran sama denganku. Setelah ayah
selesai makan ayah pergi ke kamar. Sekembalinya dari kamar, ayah membawa kotak
besar berbungkus kado. Aku semakin heran. Untukku kah?
Ayah menyodorkan kotak besar itu.
Dengan penasaran, kubuka kotak itu dan ternyata itu boneka yang kuinginkan.
“Ayah tadi melihat Sena sangat suka dengan boneka itu.
Jadi, Ayah belikan,” kata ayah sambil memandangku penuh kasih sayang.
Alhamdulillah,
ternyata mimpiku jadi kenyataan. Aku senang sekali, aku memeluk ayah dan
mengucapkan terima kasih kepada ayah. Rupanya ayah mempersiapkan kejutan itu
tadi ketika pergi denganku. Sekali lagi, terima kasih ayah, inilah hadiah
terbaik yang pernah kuterima di usiaku yang 9 tahun.
Terharu mak... pasti senang banget ya dapat kejutan dari Ayah
ReplyDelete*Duh ceritanya bikin saya makin kangen sama bapak saya :(
sukaaa mak.. tulisannya jujur banget, hehe
ReplyDeleteTulisan anak2 itu sederhana dan jujur, selalu meninggalkan simpul senyum disudut bibir. Teruslah menulis ya nak :))
ReplyDeleteterimasih kunjungannya mak, Tinanic, mak Istiana dan Mak Lusiana. sya sedang menggelitik lagi untuk dia lebih produktif. sekarang saat masuk dunia remaja, dia menginginkan yang lebih tinggi dalam kualitas tulisan dan topik, jadinya malah pada mangkrak...
ReplyDeleteselalu kagum dengan karya2 anak kecil yg jago nulis sejak kecil, rahasiannya apa mak??
ReplyDeleteHamda ini kutu buku sejak bisa membaca mak, jadi usia 7 tahun sudah suka menulis cerita dan surat untuk ortunya. kami turuti saja 'jajan' bukunya yang rutin seminggu sekali dua-tiga buku. makin banyak baca, kayaknya anak-anak makin berwarna kata-katanya.mungkin juga lihat emak sama bapaknya tiap hari ngadep komputer...
ReplyDeletesenangnya bisa menulis sejak kecil ya bu Ida. Hamda top buanget deh !
ReplyDeletemakasih kunjungannya mak agustini ninin...doakan ya mak agar jadi penulis yang sholihah, amin
ReplyDelete