Jika saya ABG, pasti berteriak ampun...ampuuun...seperti
Candace dalam serial Phineas and Ferb
yang stress karena hpnya terlindas mobil.
Kenyataannya saya emak-emak paruh baya yang (hanya)
berjiwa muda. So, sehari tanpa gadget ...? it’s okey!
Jika ada hari tanpa gadget , saya akan lakukan hal
yang jauh berbeda dengan dunia saya saat ini. Saya akan melakoni seperti artis
di televisi: jika aku menjadi...
Hmmm petualangan menjadi apa yang ingin kujalani?
Menjadi pemulung!
Alasan:
1. Pemulung
adalah pekerjaan mulia. Mereka membantu memilah dan memilih sampah agar bisa di
daur ulang. Jadi mengurangi pekerjaan pemerintah dan juga membantu selamatkan
bumi...hebat kan?
2. Ketika
jadi pemulung, bener-bener nggak pantes bawa gadget: laptop, hp, ipad, BB jadi
sekalian totalitas!
3. Saya
ingin masuk dan mendalami kehidupan pemulung dengan pendekatan yang ‘setara’.
Maksudnya kalau datang dengan perlente...(hey sok perlente), mungkin berbeda
hasil pengamatan dan wawancaranya.
4. Saya
ingin berempati, seperti apa dinamika dan perasaan menjadi pemulung, bargaul
dengan banyak masyarakat yang terpinggirkan dan hidup di atas tumpukan sampah
yang bauuuk (sambil pijit hidung).
5. Dengan
menjadi pemulung, saya bisa menyamar dengan sempurna memakai kostum pemulung.
Saya pakai caping buntut, tutup muka jelek (yang jelek tutupnya), agar tidak
ketahuan wajahku yang kinclong ini...uhuk-uhuk! Jadi siapapun yang bertemu tak
akan mengenali dan membuka kedok penyamaran saya. Memangnya saya terkenal?
6. Naah,
hasilnya adalah tulisan reportase langsung terjun ke TKP...so pasti hasilnya
oke!
Apa yang harus dipersiapkan untuk acara penyamaran ini?
1. Survei
dulu, lokasi mana tempat mangkal para pemulung yang paling seru.
2. Memberi
tahu orang terdekat, suami dan anak tentang rencana besar penyamaran ini, biar
mendapat dukungan moril dan materiil.
3. Menyiapkan
kostum dan sarpras: atasan lengan panjang, celana gombrang yang pudar warnanya,
kerudung lepek, caping butut, sepatu kets yang juelek tapi masih nyaman
dipakai. Tidak lupa tas gendong, mukena juga yang sesuai, keranjang pemulung
dan pengait untuk mengambil plastik. Sleyer butut untuk penutup muka. Ehm apa
lagi ya? Oya makanan bekal yang bisa dibagi-bagi untuk pdkt ke sesama pemulung.
4. Yang
tidak kalah penting adalah: persiapan akting. Aku harus menyiapkan rencana
percakapan dengan para kenalan baru, dan mengarang sedikit cerita tentang
asal-usulku...Ooh sepertinya tidak mudah. Untuk itu, saya menyiapkan beberapa
naskah percakapan dengan tema-tema yang umum dan tidak terkesan mengintrogasi.
5. Oya
jangan lupa wajah dicemong-cemong dikit biar pantes...
Ini dia daftar rencana percakapan saat saya mendekat ke seorang ibu pemulung.:
· "Ketoke arep udan yo mak...?! "(sepertinya
akan hujan ya mak?) kalau cuaca mendung. Kalau panas ya kalimatnya diganti: "ketoke arep panas yo mak....?!"
· "Wingi tekan jam piro mak? Aku wingi ra
mangkat".(kemarin sampai jam berapa mak, saya kemarin tidak berangkat). Nanti
kalau si emak jawab sampai sore, saya lanjutkan tanya.
· "Waah entuk ake no mak ? Entuk piro mak? "( waah dapat banyak dong mak...? dapat berapa mak?)
· "Asale sampeyan ngendi je mak?" (kamu
asalnya dari mak?)
Bla-bla-bla. Intinya saya menginginkan data dari
beberapa narasumber: asal, nama, umur, keluarganya, penghasilan perhari, alasan
mengapa memilih profesi ini.
Adapun dari selayang pandang, saya bisa menghitung
jumlah pemulung dan kategori jenis kelamin berapa yang laki-laki, yang
perempuan, apa ada yang banci.... Kemudian menurut kategori usia seperti
anak-anak, dewasa, orang tua.
Mungkin saya bisa tahu dimana mereka tinggal, berapa
penghasilan rata-rata, kemana mereka setor dan seterusnya....siapa tahu dapat
cerita hikmah dari para pemulung.
Seru kan?!
Hayo siapa berani terima tantangan petualangan ini?
Hayo siapa berani terima tantangan petualangan ini?
Begitulah jika sehari tanpa gadget , bagiku tak ada
kiamat, malah seruu!
Tapi sehari saja lho...kalau keterusan, bisa karatan
atau meledak kepala ini lantaran nggak bisa mengeluarkan ide-ide.
ket:
- 599 kata.
- foto koleksi pribadi.
kaget lihat foto terkahir Mak.. itu sapi - sapi memang sengaja ditaruh di situ? cari makan berasal dari situ? :o
ReplyDeleteinteresting....tanpa gadget jadi bisa berpetualang ya mak...fotonya mantap deh..koleksi pribadi ya mak,...lokasi di mana kalau boleh tau? sukses ya GAnya..
ReplyDeletemak,,survei langsung ke tekapeh ni mak,,wah,,keren,,totalitas,,semangat mak ida :)
ReplyDeletemak sari widiarti itu lokasi di TPA piyungan bantul. Sekita 10 km dari rumahku
ReplyDeleteMak Indah nuria Savitri, sekarang tren memelihara sapi di TPA. sebenarnya mengerikan sapi-sapi itu makan sampah bahkan juga plastik. nantinya dagingnya juga dikonsumsi.
Bunda aisykha, surveinya belum menyamar...
hi hi hi idenya bagus bu, goodluck ya
ReplyDeletefitri anita...berani terima tantangannya? makasih sudah berkunjung mak.
ReplyDeletekl sy gak berani, Mak :D
ReplyDeleteyee ya iyah mak Myra anastasia...kalau di jkt ngeri kali ya...di jogja masih ramah2 nih...
ReplyDeleteLha, sekarang pengemis aja pake HP mbak? Btw salut buat mbak pake usaha menyamar segala :)
ReplyDeleteLha, sekarang pengemis aja pake HP mbak? Btw salut buat mbak pake usaha menyamar segala :)
ReplyDeletemakasih sudah mampir mak Novi
ReplyDeleteMet sore mak Ida. Juri berkunjung ^_^
ReplyDeletemakasih kunjungannya mak juri Niken Kusumowardhani...
ReplyDelete