oleh: Kuni Hamda Abida (11thn)
Siang itu, Cesa sedang berada di
sekolah. Saat ini sedang pelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam), pak Alan sedang
menerangkan tentang “Global Warming”. Anak-anak sangat serius mendengar
penjelasan pak Alan, mereka takut jika ozon berlubang.
“Anak-anak,
saat ini ozon sudah sangaaat tipis, sehingga gampang berlubang. Bayangkan jika
ozon kita berlubang, apa yang terjadi?” jelas sekaligus tanya pak Alan.
“Kita
akan mati pak!” jawab anak yang berambut pirang, itulah Cesa.
“haha...betul
akhirnya bisa demikian. Lalu, apa yang
harus kita lakukan agar ozon tidak berlubang?” tanya pak Alan.
“Kalo’
berangkat sekolah naik sepeda ontel!” seru anak yang cantik itu lagi.
“Hahahahahahaha,”
anak-anak tertawa semua.
“Iya,
itu betul, tapi tidak harus sepeda, Boleh kendaraan apa saja asalkan tidak
menyebabkan polusi,” jelas pak Alan.
“
Selain itu, kita harus banyak menanam pohon. Penghijauan akan mempertebal
lapisan ozon”.
Bel
pulang berbunyi. Anak-anak masih ingin mendengar penjelasan tentang ozon, tapi
bel telah berbunyi, jadi mereka harus segera pulang.
“besok
kita lanjutkan...”kata pak Alan.
Cesa
dan anak-anak lainnya membaca do’a dan pulang. Cesa pulang dengan sahabatnya,
Sari. Mereka pulang dengan berjalan kaki, walaupun rumah mereka agak jauh dengan
sekolah.
Sampai
di rumah, Cesa berganti baju, iapun segera menata buku dan belajar. Lalu,
seseorang mengetuk pintu.
“
Sayang, bolehkah ibu masuk?” tanya ibu.
“
Boleh, bu,” jawab Cesa. Ibu masuk, ia melihat anaknya sedang belajar. Ibu
tersenyum.
“
Nak, bolehkah ibu minta waktu sebentar untuk berbicara denganmu?” tanya ibu
dengan baik hati.
“Tentu
saja boleh,” jawab Cesa dengan senang hati.
“Ayah
dan Ibu akan berkebun di halaman belakang, kamu mau membantu tidak?” tanya ibu.
“Aku
mau! Aku mau! Tapi, aku kerjakan pr ini dulu ya...” jawab Cesa.
“Oke!
Ayah dan Ibu tunggu di halaman belakang ya...” kata Ibu.
“Iya
bu,” kata Cesa. Ibupun menutup pintu kamar Cesa dan kembali berkebun. Sedangkan
Cesa masih kesusahan mengerjakan pr matematika.
“Aduuuh...
masih 10 nomer lagi, aku berkebun dulu aja, baru aku kerjain lagi,” batin Cesa.
Cesa pun pergi ke halaman belakang. Disana Cesa sudah melihat ayah dan ibu
sedang menanam tanaman. Ayah menanam pohon, Ibu menanam buah yang merambat seperti
semangka, dan melon. Kalau Cesa dapat tugas menanam aneka sayur mayur. Nanti
kalau ayah dan ibu selesai, mereka akan membantu Cesa menanam sayur.
“
Berkebunnya seru ya yah “ kata Cesa.
“
Iya, ini namanya penghijauan untuk masa depan “ jawab ayah.
“
Sekalian melawan pemanasan global ya...” kata ibu.
“
Wah kok ibu tahu juga, itu pelajaran pak Alan kemarin “kata Cesa.
Mereka
berkebun hingga sore. Sayur terakhir ditanam oleh Cesa. Cesa baru teringat, pr
matematikanya belum selesai. Ia langsung mandi dan mengerjakan pr.
“Ibu!
Ibu! Sini!” panggil Cesa.
“Ada
apa nak, kok teriak-teriak, kelihatannya penting banget,” kata ibu.
“Bantuin
Cesa mengerjakan pr,” kata Cesa. Lalu Cesa dan ibu belajar bersama, maksudnya
mengerjakan pr sambil belajar bersama. Akhirnya pr dapat diselesaikan. Cesa,
ayah, dan ibu makan bersama sambil berbincang-bincang.
“Cesa,
bagaimana jika kamu setiap hari berangkat naik sepeda, bukan diantar naik
sepeda motor?” tanya ayah.
“Memangnya
kenapa?” tanya Cesa.
“Ya...kamu
kan sudah besar,” jawab ayah.
“
O iya, sekalian mengurangi polusi ya yah” kata cesa ingat pelajaran pak Alan.
“Boleh
aja, tapi beliin Cesa sepeda baru ya...” kata Cesa lagi.
“
Yang lama kan sudah kekecilan “
“Oke,
besok saja beli sepedanya,” jawab ayah.
***
Sang penulis cilik |
Esoknya sepulang Cesa sekolah...
“Ayo
kita berangkat sekarang!” seru ayah. Maka keluarga itupun berangkat untuk
membeli sepeda baru. Mereka berangkat dengan sepeda ontel milik ibu. Ayah duduk
di depan yang menyetir, ibu duduk di belakang yang membonceng, dan Cesa duduk
di depannya ayah.
Sampai
di sana, Cesa langsung memilih-milih sepeda. Dia melihat berbagai macam warna
sepeda, motif sepeda, dan keunikan-keunikan lainnya. Akhirnya, Cesa mendapatkan
sepeda yang sangat ia inginkan. Sepeda itu berwarna oren polos, nanti ia yang
melukis gambarnya sendiri. Setelah mantap Cesa akan membeli sepeda itu, ayah
membayarnya. Lalu ayah pulang membonceng ibu, sedangkan Cesa pulang dengan
sepeda barunya.
Keesokan
harinya, Cesa bercerita pada Sari tentang pengalaman kemarin. Tentang berkebun,
belajar sama ibu, dan membeli sepeda.
Sari pun tertarik dengan apa yang di ceritakan oleh Cesa. Sari juga
ingin berangkat bersama Cesa menggunakan sepeda ke sekolah.
Hari
ini pelajaran IPA pelajaran pertama. Pak Alan masuk kelas. Dia membaca salam
dan memimpin berdo’a. Pak Alan membawa berita baru, murid-murid mulai besok
diusahakan pergi ke sekolah menggunakan sepeda. Memang awalnya sudah ada yang
menggunakan sepeda karena sadar lebih duluan tentang keadaan ozon kita,
termasuk Cesa. Cesa pun merasa beruntung sudah memakai sepada sebelum pak Alan
memberitahukan pengumuman ini. Pelajaran dimulai. Murid-murid meminta pak Alan
untuk meneruskan pelajaran tentang ozon. Akhirnya pak Alan pun menyerah. Ia
mengikuti apa yang murid-muridnya inginkan.
Pulangnya,
ia menaiki sepeda barunya. Sampai di rumah, Cesa baru melukisi sepedanya. Dia
menulis “Save Or Broken Earth” di sepedanya, agar kemanapun ia pergi,
orang-orang bisa membaca tulisannya dan mulai menyadari pentingnya merawat
bumi.
Setelah
selesai melukis sepedanya, Cesa menonton tv. Ia melihat berita, iapun melihat
pak Presiden menyuruh agar masyarakat menggunakan sepeda daripada kendaraan
yang menyebabkan polusi. Ada beberapa masyarakat yang mengerti keadaan bumi dan
ozon, ada pula yang tak peduli.
Padahal
kalau gara-gara sebagian orang yang menyebabkan polusi seperti asap pabrik,
pemakaian freon dan kendaraan yang berlebihan, lalu ozonpun bolong, maka yang
yang terkena akibatnya juga seluruh umat manusia. Jadi jangan ragukan lagi,
kurangi polusi, banyakkan udara sehat. Meskipun ini tidak akan menambah tebal
ozon kita, tapi ini tidak akan membuat ozon kita berlubang.
So, up to you,
Save Or Broken?
Wow, keren bgt mak baru kelas 5 SD tulisannya udah bagus :D
ReplyDeleteSemoga suatu saat nanti jadi penulis hebat yah :)
sekarang hamda sudah 15 tahun mak. sudah gak sempat menulis cerita. kumpulan cerpennya saya bongkar dari arsip mana saat ia masiih kelas 5-6 sd.
ReplyDeletemakasih doanyanya...
wah,,kelas 5 sd bikin cerpen kyk bgini,,wow,,skrg msh hobi nulis jg ngga mak,,tmbah bagus pasti ya,,
ReplyDeletehebat anaknya mbak..., semoga gedenya jadi penulis beneran dan cinta lingkunagan....
ReplyDeleteaamiin....
Mak tita kurniawan dan mak Nova Novili...makasih kunjungan dan doanya. sekarang juga masih suka tapi tidak segiat dulu.
ReplyDeletekereen sekali masih kecil sudah jago bikin cerita, top deh...semangat terus ya hamda :)
ReplyDelete