Tak banyak anak kecil yang saya
temukan eh saya lihat di Singapura. Tak seperti
di Indonesia. Memang sih di Indonesia pertumbuhan penduduk makin tak terkendali
sejak jaman reformasi. Konon ada 5 juta kelahiran pertahun...dan itu setara
dengan jumlah penduduk Singapura hari ini ahai!
Pertumbuhan penduduk Singapura
mengalami titik terendah dalam 4 tahun terakhir, hanya 1,6%. Padahal Singapura
membutuhkan angka pertumbuhan 2,10% saja. Memang warga Singapura 26% adalah
warga non penduduk alias pekerja asing. Lha berapa pertumbuhan penduduk di
Indonesia? Data Desember 2013 ini mencapai 3,1%. Pantesan ya banyak anak kecil
dimana-mana. Acara posyandu juga ramai dan TK-TK masih terus bertumbuh.
Kembali ke judul. Hanif kecil
adalah satu-satunya anak kecil yang kutemui secara dekat. Hanif baru berusia 21
bulan namun sungguh anak yang mandiri. Dia tidak suka digendong, suka berjalan
sendiri dengan langkah kaki kecilnya. Pandai memijit tombol lift dari lantai 9,
membuka dan menutup pintu, lalu berdiri dengan manis untuk keluar dari lift.
Hanif suka berdiri di bus kota atau MRT. Jika digendong, ia ingin berpegangan
pada pegangan tangan yang menggantung di atas.
Hanif sungguh mandiri dan tidak rewel. Ia terkadang
tak mau disuapi oleh orang tuanya. Lucunya jika disuapi oleh tamu seperti saya,
Hanif sangat suka. Sayangnya masih menangis jika saya gendong.
Kata bundanya, Hanif tidak punya
teman kecil kecuali beberapa anak teman pengajian bundanya yang datang sepekan
sekali. Di komplek apartemen sebesar itu, Hanif hanya punya satu teman sebaya
yang saling menyapa saat bersamaan di play ground atau berpapasan di lorong.
Kasihan ya, Hanif yang kesepian.
Mungkin itu pula sebabnya Hanif
belum bisa mengucapkan kosa kata dengan jelas. Ia sungguh cerewet, tapi hanya
orang tuanya yang memahami maksudnya, itupun kadang-kadang. Sekalipun demikian
ia sungguh cerdas dan memahami perkataan orang. Informasi dari bundanya,
standar perkembangan verbal anak yang dikatakan normal di Singapura diantaranya
adalah dapat mengucapkan 5 kata saja. Waah berbeda sekali ya dengan di
Indonesia. Kebanyakan anak-anak sungguh cerewet. Anakku sangat verbal sejak
usia setahun. Artinya orang Indonesia memang lebih ‘ramai’ ya?
Memang Singapura tergolong negeri
yang ‘sunyi’ ditengah kesibukannya yang efisien. Bisa jadi saya salah
menyimpulkan, bukankah saya hanya sebentar mampir di sana. Saat berada di bus
kota atau di MRT, nyaris tak ada suara. Saya hitung 9 dari 10 penumpang
disibukkan dengan ipad atau BB atau smart phone. Lucunya tak ada dering telepon
yang terdengar. Apalagi yang sedang berkomunikasi dengan suara keras seperti di
negeri kita. Kebanyakan mereka menggunakan earphone atau headphone. Wajahnya
rata-rata dingin tanpa ekspresi, jadi saya juga tak bisa memperkirakan apa yang
mereka dengarkan. Kalau ditempat kita, sering saya perhatikan pengguna earphone
akan menggoyang-goyangkan kepalanya atau bahkan menyanyi menirukan apa yang
didengarnya. Haha...
Kembali ke Hanif kecil, hanya dua
orang tuanya tumpuan untuk Hanif banyak belajar bicara dan bersosialisasi.
Begitu yang situasi dunia anak bagi mahasiswa Indonesia yang tinggal di
apartemen. Hingga kini saya masih merindukan Hanif. Tawa kecilnya, senyumnya
yang cool. Minatnya untuk ikut memencet tombal saat ayahnya mengambil uang atau
mengisi kartu prabayar untuk naik bus...
Teruslah belajar Hanif kecil,
semoga kelak saya bisa menyambangimu lagi di Singapura atau di Australia saat Bundamu
mendapatkan beasiswa S3nya. Tentulah engkau telah menjadi bocah kecil yang
cakap. Aku merindukanmu Hanif....
سبحان الله
ReplyDeleteTerharuuus sekali
insya Allah Hanif tumbuh jadi anak soleh yang pinter...at least, sistem pendidikan yang kelak akan dienyamkan mudah-mudahan bisa mengasahnya...cheers...
ReplyDeletehanif lucu bangettt....jadi anak yg soleh dan pintar ya ^^
ReplyDeleteHaniff lucu sekali..
ReplyDeletemakasih kunjungan dan doanya Mak Fitri Anita, Mak Hana, Mak Indah Nuria dan Mak Titik Suswati. Saya juga berdoa dan berharap demikian melihat pintar dan baiknya ayah bunda Hanif.
ReplyDelete