Mobil di sebelah kami |
Hari ini sungguh ajaib
bagiku. Semua peristiwa berjalan penuh haru dan liku. Hingga sore ini aku
terpaku, menatap pengumuman #SB2014...dan aku tak percayaaa...
Bangun jam 04.00 kurasakan
sesak di dada. Ini tidak biasa. Kulirik AC mati dan suamiku di kamar mandi. Jadi
kuhidupkan lagi barangkali bisa mengusir rasa sesak ini.
Jalan Berkabut debu |
Ternyata tidak. Dan kabar
mendadak sepulang suamiku dari sholat berjamaah shubuh di masjid, sungguh
mengagetkan. Hujan abu!!
Apakah Merapi meletus?
Segera aku googling dan
mendapat kabar yang meletus adalah gunung Kelud. Sepertinya mustahil, gunung Kelud
itu jaraknya sekitar 300km dari Jogja, mengapa separah ini? Lebih parah dari
yang kami alami saat letusan merapi, padahal jarak rumah kami dari Merapi hanya
30km.
Pagi ini, kuisi dengan
berkeliling kampung membagi masker yang kebetulan memang ada satu dos di rumah.
Desaku seperti kuburan, warga memilih menutup pintu. Ibu Wandi tetangga
dekatku, mengeluhkan dagangan sarapan paginya yang tak laku. Aku ikut pilu.
Dari sekolah anak-anak
dipastikan bahwa semua diliburkan. Gadis nomer duaku semalam barusan pulang
dari Bandung, dan si sulung juga sedang TA, jadi rumah ini lengkap formasi kami
setengah lusin anakku, satu ponakan dan ibuku.
Kami isi dengan
bersenang-senang. Tadinya mengantar kakak pertama berkeliling mencari obyek
foto. Lalu kami OL bersama.
Dan jreng-jreng hujan turun
rinai. Semua lupa dengan OLnya. Heboh kami menengok bagaimana curahan air hujan layaknya kopi susu. Air
memercik mengotori dinding. Hujan air campur abu vulkanik.
Hanya sebentar, segera
selesai dan kembali berganti hujan abu tipis.
Pet.
Jam 09.30 listrik mati..ti.
Kesempatan untuk menggiring anak-anak membersihkan halaman yang berlapis lumpur
vulkanik. Senang melihat semua bersemangat membersihkan rumah. Suasana meriah
walau memakai masker dibawah rinai abu vulkanik.
Jam 13 kami start untuk
berangkat ke Semarang. Nanti malam ada forum untuk suamiku dan besok pagi ada
Seminar Parenting untukku. Sekalian mengajak si no 5 untuk menengok calon sekolah
SMPnya.
Dengan semangat ‘45, kami
berangkat aku, suamiku, supir dan 3 anak. Si nomer 1,3 dan 4 memilih di rumah
karena esok belum tentu libur sekolah.
Jalan raya sungguh
mengerikan. Tak kelihatan warna lain, semua didominasi putih abu. Bahkan pepohonan
dan wajah para caleg di poster-poster. Jika ada kendaraan melintas, tiba-tiba
jarak pandang hanya 1m. Setelah 30 menit perjalanan merayap. Kami memutuskan putar
haluan. Sekedar mencari tempat makan sambil berkoordinasi dengan panitia di
Semarang. Diperkirakan hingga Muntilan, Magelang dan Ambarawa, keadaan tidak
jauh berbeda. Konon Semarang hanya hujan abu tipis.
Dengan berat hati, kami mencari warung makan mengisi perut yang mulai berontak.
Diwakili oleh Revo yang sudah merengek bahkan sejak sampai di ring road. Perjuangan
mencari warung makan ternyata tidak mudah karena banyak yang tutup. Yang buka
diserbu pembeli hingga antriannya membuat frustrasi.
Batal ke Semarang, jadinya acara makan |
Dan di sinilah kami, makan
di Ayam B u Tini, membungkus dan pulang lagi. Perjalanan pulang adalah
perjuangan menembus debu vulkanik dan jalanan yang licin. Bagaimanapun kami
bersyukur karena mengendarai mobil. Sungguh kasihan mereka yang berjalan kaki
atau mengendarai motor. Tubuh, wajah, helm, motor berlapis debu, sudah mirip
korban erupsi Merapi.
Adzan ashar menyambut
kepulangan kami saat membongkar kembali bekal muatan perjalanan gagal. Suamiku
langsung start ke Purbalingga karena esok pagi jadwal Seminar dan kampanye.
Saat hendak rehat, tiba-tiba
ingat...pengumuman 10 finalis SB2014 jam 16 tepat!
Bergegas aku meminjam PC,
dan tarra....aku melongo. Ada namaku di sini.
Rasanya tak percaya. Bahkan hingga
menuliskan ini. Masak sih aku masuk...masak? Hmmm....menggelengkan kepala. Mengucak
mata. Tetap saja, ada namaku.
Alhamdulillah saja deh
semoga makjur gak salah pilih. Rasanya pengin jongkok saja lihat penampilan blog
dan perkenalan #50FinalisSB2014 yang keren-keren. Tapi kupercaya saja ini
taqdir agar aku makin giat belajar, giat menulis dan memberi arti dalam dunia
yang kutekuni.
Terimakasih untuk semua
Makpan, Makjur, Makpon, dan seluruh emak anggota KEB yang menginspirasi. Tanpa KEB
entah bagaimana denyut nadi blog-ku karena pernah mengalami aritmia. Itu istilah untuk denyut
jantung yang tidak beraturan.
Semoga
aktif di KEB dan masuknya saya menjadi 10 Finalis
Calon Srikandi Blogger 2014 makin bermanfaat bagi diri saya sendiri dunia
akhirat, dan juga bagi semua masyarakat.
Jujur saja, tanpa menjadi calon SB2014 pun saya sudah sangat bersyukur bahwa
dalam usia setengah baya ini saya mengenal KEB. Bisa belajar banyak pada para
emak dan selalu menyimak setiap ilmu yang terserak di grup para emak.
Maafkan saya jika belum banyak berkiprah. Semoga ke depan ada banyak hal
yang bisa dilakukan bersama KEB. Dan tentu ada banyak hal yang harus kukejar
agar sukses meletakkan gelar yang kubuat untuk diriku sendiri: gelar Emak Gaptek.
Teriring doa untuk semua
warga seputar Gunung Kelud, dan semua masyarakat yang terdampak erupsi baik
gunung kelud maupun G Sinabung. Semoga Allah segera menyudahi ujian ini dan
semua menyadari dan mengambil hikmah dari setiap kejadian.
Balai Belajar
masyarakat (BBM) membuka kantung donasi bertajuk: “Dari warga Merapi Peduli
warga Sinabung”. Silahkan yang ingin menyumbang bisa transfer ke rekening saya
BCA Ida Nur Laela no rek 456 056 9535. Saya bercita-cita menyapa warga
Kelud dan menyalurkan bantuan sesegera mungkin.
Assalamu alaykum.. Salam kenal mbak Idaa...
ReplyDeleteSelamat ya sudah masuk 10 besar, ikut berbahagia, saya selalu kagum sama emak-emak para srikandi ini.. Semoga jadi pemicu semangat untuk menulis ...
Sekali lagi selamat ya mbaak ...^_^
makasih mak dewi. doakan mendapat yang terbaik dunia akhirat.Amin
ReplyDeleteMembaca nama 50 besar dan kmd dilanjut berkunjung ke blog ini, saya sepakat dg Mak Jur.
ReplyDeleteBarakallah, smg kebaikan yang Mba Ida sebarkan makin luas wilayah dan pengaruhnya. Amiin
makasih doanya mak Titi Esti.Senang dikunjungi...
ReplyDeleteSemoga semua baik-baik saja ya Bu.. Saya di sini tidak merasakan abu sedikitpun, tetapi bisa sedikit membayangkan situasinya lebih dari Merapi 2010. Btw, congrat ya bu sudah masuk 10 finalis:)
ReplyDeleteabunya sampai ke bandung jg..
ReplyDeleteselamat ya mba udah masuk 10 besar :)
makasih mak Erlina, tahun depan ikutan ya...biar terpacu makin produktif. Nathalia makasih juga. luar biasa Kelud ini ya, membagi debu ke se;luruh jawa hingga NTB.
ReplyDelete