Cahaya yang terlalu terang, justru menyilaukan |
Seorang bunda mengeluhkan, suaminya menegurnya dan mengatakan
bahwa ia telah kecanduan medsos, bahkan dianggap agak abai dengan perhatian
kepada anak.
Bunda ini tak terima.
“Coba bu, setiap pagi saya jumpalitan di dapur dan menyiapkan
anak sekolah. Dia mah tidur saja. Saya tahu memang dia lelah oleh banyaknya
pekerjaan. Trus kalau anak sudah berangkat sekolah, apa salahnya saya menengok
medsos sebelum berangkat kerja. Lah malam hari saat dia pulang dan anak saya
tidur, dia lihat saya di depan komputer lagi. Kadang sampai malam saya
mengetik. Dikiranya saya hanya sibuk dengan medsos. Padahal ada banyak hal yang
saya lakukan. Medsos hanya sampingan saja....”
Kulihat dia meradang dengan penjelasannya.
“Kalau memang ibu tak seperti yang dituduhkan, mengapa ibu
harus marah...?”
Komentarku berusaha sekalem mungkin.
“Masalahnya, apa dia tidak berkaca. Lha kalau bersama saya,
matanya saja tak pernah beralih dari HP. Kemanapun ia tak lepas dari HP, saya
merasa diabaikan...”
Hmmm.
***
Tak ada yang salah dengan kesalnya si istri. Dan tak ada yang
salah dengan teguran suami. Suami menegur istri tentu karena cinta dan
sayangnya pada istri. Tentu karena ia ingin mendapat perhatian lebih dari
istrinya, bukan dari perempuan lain. Bisa jadi juga suami telah melihat kadang
istri melalaikan sebagian urusan rumah tangga lantaran sibuk dengan
internetnya.
Istri kesal karena ia merasa telah melakukan apa yang menjadi
tugasnya dan ia menghibur diri dengan medsos. Ia juga merasa bahwa ia telah
menjaga diri agar tidak keterlaluan.
Trus gimana dong?
Kalau saya ditanya, jawaban saya begini.
“Minta maaf saja sama suami, dan berjanji untuk lebih bisa
mengatur waktu ke depannya. Tak perlu menunjuk balik kelalaian suami yang
sebenarnya juga ‘dijajah’ oleh 3 HP pribadinya. Tak ada orang yang suka jika
sedang mengingatkan, tiba-tiba hidungnya ditunjuk balik bahwa ia jauh lebih
menghabiskan waktu dalam berinteraksi dengan gadget-nya....”
Laah sayangnya tidak semua orang suka dengan nasehat saya.
Jadi seringkali tetep ada yang protes.
“Saya gak terima bu...”
“Trus kenapa kalau gak terima?”
“Ya saya akan membela diri ”
“Apa gunanya membela diri?”
“Ya saya kan tidak sepenuhnya salah, jangan sembarangan
menuduh dong. Dia itu juga harus melihat kesalahannya...”
Oo...
Dan anda para pembaca, silahkan memilih sikap yang mana.
Saya memilih untuk tetap menjaga hubungan baik dengan suami
dengan tidak memperpanjang permasalahan. Tidak usah berdebat. Sekalipun kita
merasa benar, kalau suami melihat ada yang tidak benar dari apa yang kita
lakukan, apa salahnya berkaca ulang. Sudah benarkah ’kebenaran’ menurut kita?
Apa beratnya menundukkan ego dan harga diri demi keutuhan
rumah tangga. Bukankah kalau diingatkan suami lantas si istri menurut, itu poin
positif seorang istri di mata suami?
Tentu akan menambah cinta dan sayang suami.
Dari pada ‘ngeyel, membela diri dan balik menuduh. Hasil
akhir apa yang akan dicapai?
Jika ingin mengingatkan suami, ingatkan saja lain kali. Jangan
kaitkan dengan teguran suami pada kita. Dia tidak akan suka. Dan mengapa pula
menegur suami menunggu dia menegur kita.
Marilah menjadi pasangan yang dewasa, berinteraksi dengan
penuh cinta, saling menjaga dan saling percaya. Berprasangka baik, memaafkan dan
memberikan harapan kebaikan.
Eh berbeda pendapat juga boleh kok.
Hehehe saya belum punya pasangan, soalnya baru lulus SMA, tapi biasanya yang kaya gitu kejadian sama temen sepantaran. Kadang kesel juga lagi pengen cerita, mereka malahan sibuk sama smartphone mereka sendiri.
ReplyDeleteMemang ya selalu dibutuhkan instrospeksi dari masing-masing pihak :))
Salam kenal, Bunda :))
salam kenal ashima
DeleteIya bu....sebenarnya menekan ego sendiri yg paling susah. Namanya emak2, emosinya gampang kesulut :( tp syukurnya, suami saya orangnya malah lebih sabar dari saya. Jadi dia dah maklum kl istrinya ini, amat sangat galak :D
ReplyDeleteAnyway....makasih tulisannya bu. Mencerahkan. Harus lbh sering2 naklukin ego....scr dah mau 15 th nikah :)
okee sama-sama alhamdulillah makasih kunjungannya
Deleteyapz,,,benar,,,jangan memperpanjang masalah. lagian nurut pada suami akan ada poin positif dan poin tersendiri dari suami,,so nggak ada salahnya memang jika kita mengalah,,,
ReplyDeletecocok dwi puspita
Deletesetuju banget mak ida....awal2 ego saya juga tinggi, sekarang kalo suami menegur ato bernada tinggi, saya lebih baik diam, kalo sudah reda saya langsungminta maaf....beres....masalah ga berlanjut.....hatipun tentram...
ReplyDeletesiip enci betul banget
Deleteheheheh. kalau saya selalu inget ini bu,
ReplyDelete“Jika seorang wanita menjaga shalat lima waktu, berpuasa pada bulannya, menjaga kehormatannya dan menaati suaminya, niscaya dia masuk surga dari pintu mana saja yang dia inginkan.”(HR. Ahmad nomor 1661, hadits hasan lighairihi).
jadi bikin saya meredam segala emosi kalau ditegur :D
Kereen mak, setujuu
DeleteNasehatnya adem banget mba Ida :)
ReplyDeletenyess makasih ya
DeleteAh,tertampar.ad tips menaklukkan ego ga bu?secara saya dan suami menikah baru seumur jagung (3tahun) dan berusia sebaya pula
ReplyDeleteayuuk saling belajar
Deletewah, nasehat yang baru bisa kupraktekkan jika sudah bersuami nanti mbak hehehe
ReplyDeletesemoga dapat jodoh yang tepat titis
Deletewah, ini masukan buat saya yg sering ngeyel nih mak:)
ReplyDeletewuiih sepertinya bukan potongan ngeyel hihi
DeleteIya iya bener ibu, makasih ya ...
ReplyDeletemakasih kunjungannya puteriamirilis
Deleteiisshh saya juga suka gt mb...ga terima kalau dibilang suka berlebihan online di socmed (krn merasa semua kerjaan sudah beres)...tapi saya berusaha ga memperpanjang masalah...walopun kadang susah hehehe...salam kenal ya mb :)
ReplyDeletesalam kenal juga...makasih sudah berkunjung
Deletesekarang saya jarang online malam hari mbak apalagi ada suamiku dirumah, kecuali sedang kedatangan tamu bulanan saya bisa online malam hari :)
ReplyDeletesiip sama mama Calvin.
DeleteTerima kasih sharingnya Bu...
ReplyDeleteSelama ini saya silent reader aja...
Saya suka tulisan2 Ibu...
Susah ternyata kalau lagi dikasih tau ga ngeles alias membela diri...
Harus belajar lagi menerima kritikan