Sepenggal kenangan di Masjid Nabawi
Selama mukim
di Madinah, inginnya aku setiap hari menyambung sholat ashar hingga isya di
Masjid Nabawi. Jika selepas dhuhur dan makan siang, sempat berbaring istirahat
barang 30 menit, maka segera aku mandi dan bergegas menuju ke masjid mencari
tempat yang nyaman untuk berjama’ah sholat ashar.
Sore itu selepas
sholat, aku duduk bertilawah di dekat rak mushaf Al-Qur’an di sisi kiri dalam
masjid area perempuan. Lalu datang dan duduklah seorang wanita dan membuka
cadarnya. Kemudian seorang nenek dan cucunya yang cantik, berusia sekitar 8
tahun, mengambil meja-meja kecil tempat Al-Qur’an dan mengaturnya melingkar.
Aku bertanya dalam hati, apakah akan ada majelis Al-Qur’an.
Tak lama
datang seorang wanita muda bercadar dan berkulit hitam menyetorkan Al-Qur’an.
Aku melihat dari jarak beberapa shaf jadi tidak mendengar surat apa juz berapa
yang persisnya ia baca. Tak berapa lama datang nenek tua berkerudung putih ikut
mengambil 1 meja dan memperhatikan prosesi itu. Nenek menolak ketika ditawari
untuk memakai Al-Qur’an.
Lalu
bertambah lagi, seorang wanita muda, mungkin dari Pakistan. Ia mengambil tempat
persis di sisi kiri sang ustadzah, yang kemudian kutahu mursyidah hafidzah itu
bernama Khadijah.
Wajahnya
ramah, senyumnya manis, kulitnya hitam, parasnya agak menyerupai bintang film
kulit hitam pemeran cat woman Halle Berry. Setiap ada yang datang
bergabung, ustadzah melihat dengan
ramah, tersenyum sambil terus menyimak setoran hafalan muridnya.
Aku terus
memperhatikan dengan seksama setiap prosesnya. Badanku panas dingin karena
semangat yang meluap ingin bergabung dalam majelis taman Al-Qur’an tersebut.
Ketika
wanita muda dari Pakistan (mungkin) yang kelihatan cerdas dan terpelajar itu
mendapat giliran, ternyata ia minta disimak untuk dibetulkan bacaan tajwidnya.
Ia memilih surat Al-Baqarah.
Maka aku
yakin ia bukanlah murid asli (emang ada yang palsu...?) sang hafidzah. Pastilah
ia hanya satu dari pengunjung masjid Nabawi, seperti aku.
Kuberanikan
diri menghampiri dan bergabung mengambil
satu meja. Aku sudah membawa Al-Qur’an.
Sang
mursyidah tersenyum ramah melihat aku dan
memberikan isyarat surat Al-Baqarah yang dibaca wanita muda itu. Kepada
wanita Pakistan itu, ustadzah
menerangkan tentang Idhar, Ikhfa’, dan idghom.
Ustadzah membuat catatan di secarik kertas kecil dengan menggunakan pensil. Sebelumnya ustadzah meminta kepada gadis kecil cantik itu untuk mengambilkan kertas dari perpustakaan. Dengan lincah gadis itu meninggalkan juz yang sedang ia hafalkan dan memenuhi permintaan sang ustadzah.
Ustadzah membuat catatan di secarik kertas kecil dengan menggunakan pensil. Sebelumnya ustadzah meminta kepada gadis kecil cantik itu untuk mengambilkan kertas dari perpustakaan. Dengan lincah gadis itu meninggalkan juz yang sedang ia hafalkan dan memenuhi permintaan sang ustadzah.
Selesai
dengan murid pakistan, ustadzah memberikan giliran kepada murid yang sepertinya
dari Afrika, menilik fisik dan penampilannya. Wanita ini minta disimak
hafalannya mulai dari surat Al-Mulk hingga al-Hasyr. Ustadzah membaca penggalan
ayat dan meminta sang murid untuk melanjutkan membaca. Aku berusaha menyimak.
Melihat itu sang ustadzah memberikan isyarat kepadaku setiap berganti surat dan
halaman.
Akhirnya
sampai giliranku. Ustadzah bertanya apakah aku akan tahfidz atau tahsin.
Sebenarnya ustadzah bicara dengan bahasa Arab, tapi aku memahami maksud
pertanyaannya demikian. Aku memilih tahsin surat AnNaba’.
Ustadzah
meminta sister dari Pakistan itu menyimak bacaanku. Ustadzah membantu mencarikan posisi surat
anNaba’ untuk sister Pakistan itu.
Paling tidak ada 3 tempat dari bacaanku yang dibetulkan ustadzah. Ada kho
dan ro’ yang kurang tebal. Usai
memberikan catatan kertas kecil untukku,
Ustadzah tersenyum dan mengacungkan jempolnya. Aku senang sekali. Jika
tidak melihat antrian panjang para murid yang lain, ingin rasanya aku menambah
lagi jatahku.
Subhanallah,
Allah berikan kesempatan padaku untuk tahsin bacaan Qur’an pada seorang
mursyidah masjid Nabawi, ustadzah Khadijah. Namanya sama dengan putriku yang
nomer 2.
Entah kapan
kesempatan ini terulang lagi.
Kini giliran
gadis kecil cantik. Ia menyetorkan beberapa surat dari juz 28. Wajahnya yang
bening polos, sungguh mengingatkanku pada putri-putriku. Ya Allah semoga kelak
ada kesempatannya putri-putriku membaca al-Qur’an di masjid Nabawi.
Kemudian
giliran disimak adalah nenek di sebelah gadis kecil itu.
Bergabung
lagi seorang gadis Arab yang cantik di sebelahku. Ia ikut menyimak dengan
al-Qur’anku. Aku tersenyum ramah sebagai ijin bergabungnya di mejaku.
Di kananku,
sepertinya murid asli ustadzah Khadijah. Ia membawa al-Qur’an bersampul
renda-renda pink dan menyerahkannya pada ustadzah. Ustadzah mengetes
hafalannya.
Salah satu
hal yang kuperhatikan adalah, jika seseorang lupa kelanjutan hafalannya,
ustadzah tidak memancing dengan awal ayat, tapi dengan bacaan terakhir yang
disetorkan muridnya, hingga sang murid dapat melanjutkan. Jika murid
menyerah...yaaa dilanjutkan lain kali deeh...
Majelis
tahfidz al-Qur’an ini menurut Ablah Tsurayya , selalu ada setiap sore di masjid
nabawi dibawah bimbingan para hafidzah. Pada musim haji, secara umum libur.
Namun para ustdzah tetap hadir dan melayani para hujaj yang ingin belajar
tahfidz atau tahsin, sebagaimana forum ustadzah Khadijah ini.
Ablah
Tsurayya mengajar sepekan 2x. khusus untuk yang hafalannya sudah mencapai
diatas juz 25, dan tinggal merampungkan hingga juz 30. Lalu beliau bertugas
memberikan sanad atas bacaannya, tersambung sampai Rasulullah SAW.
Subhanallah...
Subhanallah...
Majelis
taman qur’an yang sejuk dan menentramkan, semoga aku bisa hadir lagi. Atau
bahkan menghadirkannya di masjid atau di rumahku di Indonesia, amin.
Wah ngikutin cerita masjid nabawinya termasuk ablah tsurayya, mkn ngebet pgn juga ngalamin sendiri. Smoga Allah memanggil sy jg utk berkunjung k sana
ReplyDeleteAmii semoga Ophi bisa segera berkunjung berhaji dan umrah....amiin
DeleteSubhanallah merinding saya bacanya Bu Haji subhanllah ya allah sampaikan hamba hingga ke Raudah Ya Allah aamiin wah kalo saya udah deg-deg an setengah mati tu dapat jatah setoran hehe , mksih bu ida bikin merinding jelang buka puas...amiin ya Allah moga sampe mekkah
ReplyDeletesemoga segera tercapai, doa orang yang berpuasa insya Allah maqbul...makasih sudah berkunjung
DeleteYa Allaaah..merinding ni umi baca kisahnya... semoga Allah Izinkan duduk melingkar dalam majelis qur'an ustadzah khadijah di Masjid nabawi..saat haji atau Umroh .. sampaikan kami.ke Mekkah Ya Allaah aamiin_Dian
ReplyDelete