Pengalaman
serem ini dialami oleh salah satu teman rombongan hajiku.
Kami berhaji
tahun 2011 melalui salah satu travel haji plus. Berhubung dari banyak titik
kota di Indonesia, memang kami belum begitu mengenal jamaah satu rombongan. Kami
hanya akrab dengan yang berasal dari satu kota saja.
Hari pertama
sampai di Mekkah, kami segera menunaikan Umrah wajib. Berasa amat istimewa
menginjakkan kaki di Masjidil Haram dalam sekian tahun usiaku. Rupanya sebagian
besar jamaah juga baru pertama kali mengunjungi Mekkah dan menunaikan haji. Kecuali
para pembimbing tentunya, yang setiap tahun selalu membimbing.
Prosesi
Umrah berjalan lancar. Kami telah mengambil miqat saat masih di perjalanan, di
atas pesawat. Thowaf, sholat dua rekaat di area multazam, sa’i dan bertahalul.
Lalu kami
duduk-duduk beristifahat di area bukit marwa. Melepas lelah, berfoto dan
memperhatikan jamaah lain.
Saat akan
pulang ke apartemen dan berada dalam bus, terjadi sedikit keributan.
“Bapak X belum
ketemu...”
Semua saling
krocek untuk mencari tahu. Teman-teman satu daerahnya juga ikut pusing.
Pasalnya beredar kabar bapak X ini tidak bisa bahasa Indonesia, tidak bisa bahasa
Jawa, apalagi bahasa Arab.
Ia hanya
mahir bahasa daerah asalnya....oow!
Setelah
menunggu cukup lama diputuskan rombongan lima bus ini pulang duluan. Beberapa pembimbing
dan panitia tinggal di masjid untuk melanjutkan pencarian.
Esoknya
masih belum ada kabar. Berbagai jalan telah ditempuh oleh fihak KBIH. Sudah pula
melapor ke pihak berwenang.
Kami semua
setiap usai sholat selalu mendoakan keselamatan bapak X. Berdoa agar segera
ditemukan atau menemukan kami. Beberapa kali kami ziyarah lagi ke Masjidil Haram,
sambil celingukan mencari di lautan manusia yang memadati halaman
masjid...susah banget menemukannya.
Ibarat
mencari jarum dalam tumpukan jerami. Kami belum tahu wajah ybs. Hanya memelototi
tanda pengenal yang sekiranya mirip dengan yang kami kenakan.
Hari kedua
belum ketemu juga.
Hari ketiga
juga.
Kami sampai
bertangisan sembari mendoakannya. Tidak tahu apakah bapak ini menjadi korban
kejahatan atau bagaimana. Kesedihan meliputi seluruh jamaah. Tak ada canda tawa
lagi. Mendung seakan memenuhi hati kami semua.
Lewat tengah
malam hari keempat, kami terbangun oleh suara gaduh. Lalu raungan tangisan yang
menyayat.
Saya
terbangun dengan bingung. Apakah saya tengah bermimpi horor? Atau ini semacam
godaan setan?
“ Ada apa?’
kami yang terbangun saling bertanya dengan teman sekamar.
Ternyata ada
kabar bapak X telah ditemukan. Senang sekali. Tapi ada sedihnya. Bapak X ini
seperti tak sadar. Seperti linglung. Ia tak mengenali kami semua, tak mengenali
teman sekampungnya dan juga tak mengenali pembimbing.
Kami
bergegas ke lantai 1 tempat bapak X dirawat.
Kulihat
lelaki paruh baya itu dengan sedih. Keadaannya sungguh memprihatinkan. Ia hanya
mengenakan kain ihram bagian bawah. Bagian atas telah hilang entah kamana. Ia meringkuk
sambil menangis bak anak kecil.
Saat ada
yang mendekati, ia meradang. Bahkan tangan temannya digigitnya. Matanya merah
entah karena kurang tidur atau kebanyakan menangis. Nanar menatap kami semua.
Pembimbing terus
membaca doa di sebelahnya. Temannya menjaganya. Dan seorang dokter juga mendampingin.
Ia diberi air minum yang telah didoakan oleh ustadz. Alhamdulillah ia mau minum
walau sedikit. Tapi masih saja menangis.
Kami semua
diminta menyingkir untuk membuat suasana yang lebih kondusif.
Sayapun
kembali ke kamar bersama teman-teman.
Esoknya
cerita menjadi lebih lengkap.
Alkisah
bapak ini telah berangkat berhaji dengan menjual warisan tanpa ijin ibunya dan
saudara-saudaranya. Entah ada cerita apa sehingga terjadi hal demikian. Maka tadi
malam ustadz pembimbing meminta untuk menelepon ibunya, memohonkan maaf dan
ridho untuk bapak X.
Alhamdulillah
setelah bapak X menelepon ibunya meminta
maaf dan saling bertangisan, ia menjadi sadar. Ia tak tak lagi menangis dan
mulai bisa berkomunikasi. Ia bisa menceritakan sedikit demi sedikit apa yang ia
alami.
Saat
melakukan umrah, ia terpisah dari rombongan. Ia tak tahu persisnya kapan. Namun
ia terus berputar-putar di masjid dan akhirnya kelelahan. Ia berdiam saja dan
entah bagaimana barang-barangnya hilang. Tas paspor beserta semua isinya. Juga
pakaian ihramnya bagian atas.
Apakah ia
makan atau tidak selama berharihari itu tak diketahui juga. Yang jelas ia bisa
minum air zam-zam. Setelahnya ia tak ingat apa-apa dan ditemukan oleh para
pencari tengah meringkuk di halaman masjid dalam keadaan kehilangan akal.
Terjawab
sudah.
Kami semua
bersyukur atas pulihnya bapak X dan juga mengambil banyak pelajaran. Memang seharusnya
berhaji berbekal harta yang baik. Harta yang halal dan dengan keridhoan orang
tua. Cukuplah apa yang dialami bapak X menjadi pelajaran bagi kita semua.
Hingga beberapa
hari bapak X masih sedikit bicara dan menarik diri. Kami semua bersama-sama
berusaha memaklumi dan membantu dengan doa.
Alhamdulillah
saat prosesi haji dimulai, ia telah jauh lebih baik. Telah pulih kesehatan
fisiknya dan semoga juga kesehatan jiwanya. Ustadz pembimbing selalu
menggandengnya.
Khawatir berulang
peristiwa hilangnya.
Anda jangan
sampai hilang juga ya.
Subhanallah Ya Allah semoga hamba engkau sampaikand alam Mihrab yg dekat denganmu di masjdiil haram inid engan harta yg baik darimu Ya Allah aamiin...
ReplyDeleteamin ya Allah, sampaikan ya Allah.
Deletebanyak pelajaran yg bisa diambil. TFS bu ida
ReplyDeletesama-sama mbak nana. makasih udah kunjung
DeleteHmmm memang banyak yang melakukan apapun demi status haji, padahal prosesnya sangat penting ya mak, termasuk bagaimana mengumpulkan biaya hajinya. Thanks kisahnya :))
ReplyDeletemakasih kunjungannya mak Lusi. bener banget semua prosesnya harus baik
DeleteMak Ida memang begitu banyak cerita tentang berhaji ini, salah satunya cerita di atas...iya memang benar dalam berhajipun segala yang berkaitan haruslah sesuai aturanNya..proses pengumpulan uangnyam sikap dan tingkah laku kita dalam kesehariannya...makasih Mak sharingnya,,,tentu ini sangat bermanfaat bagi kita semua untuk selalu mengoreksi diri sendiri..dalam hal apapun.
ReplyDeleteterimakasih mak Lies. semoga mak Lies segera dapat berhaji dan berumrah amiin
Deleteterkait warisan mak..hmm..memang cukup pelik. apalagi kalau ada yg "curang". Tetapi si curang pasti dapat balasannya ya seperti di cerita mak Ida di atas:)
ReplyDeletebener pak. semua kecurangan akan mendapat balasan. hihi apalagi saat beribadah ya. sukses buat mak erlina.
DeleteKatanya, kalo berhaji, semua perbuatan jahat / dosa yang belum termaafkan akan "diperlihatkan" oleh Allah di sana. Wallahu'alam
ReplyDeleteiya mak. masalahnya ada yang merasa dan ada yang tidak. makasih kunjungannya mak uwie.
DeleteMbak Ida Jazakillah share tulisan ttg haji yang diatas ....tiada habisnya cerita haji. Pesan seorang teman kepada saya agar banyak melakukan istighfar dan sabar saat disana. Dan hendaknya sebelum berangkat minta maaf pada ortu,saudara,tetangga dan kerabat.
ReplyDeleteiya mbak. makasih tambahan nasehatnya. makasih juga sudah mampir
Delete