Oleh :
Ida Nur Laila
Sekarang
saya ajak anda mengunjungi masjid Qiblatain. Tepatnya, kami berusaha
mengunjunginya, namun karena waktu yang telah beranjak siang, semangat para
jamaah telah menyusut. Jadi kami hanya melewatinya. Aku sedih, sungguh sedih,
lantaran ingin sekali menginjakkan kaki di tempat yang sangat bersejarah itu.
Tapi untuk mengobatinya, kita belajar saja tentang riwayat masjid tersebut.
Masjid Qiblatain (artinya: masjid dua kiblat) adalah
salah satu masjid terkenal di Madinah. Masjid ini mula-mula dikenal dengan nama
Masjid Bani Salamah, karena masjid ini dibangun di atas bekas rumah Bani
Salamah. Letaknya di tepi jalan menuju kampus Universitas Madinah di dekat
Istana Raja ke jurusan Wadi Aqiq atau di atas sebuah bukit kecil di utara
Harrah Wabrah, Madinah.
Masjid Qiblatain di Madinah
Pada
permulaan Islam, orang melakukan salat dengan kiblat ke arah Baitul Maqdis (nama lain Masjidil
Aqsha) di Palestina. Baru belakangan kemudian turun wahyu yang memerintahkan
kepada Rasulullah SAW untuk memindahkan kiblat ke arah Masjidil Haram di Makah.
Peristiwa
itu terjadi pada tahun ke-2 Hijriyah hari Senin bulan Rajab di Masjid Bani
Salamah ini. Pada saat mampir ke kota itu, Nabi
sempat melakukan takziyah ke rumah Ny. Ummitasyar di kampung Salamah. Wanita
itu baru saja berduka lantaran salah satu putranya meninggal dunia. Nabi SAW
bermaksud menyenangkan keluarga Ummitasyar. Pada saat itu juga, keluarga Ny
Ummitsayar menyembelih seekor kambing. Sebagian daging kambing itu dipergunakan
untuk menjamu Baginda Rasul. Jamuan makan itu sendiri bertepatan dengan waktu
Shalat Dzuhur. Pada saat itulah, turun wahyu dari Allah, yang isinya
memerintahkan supaya kiblat Masjid diubah.
Ketika
itu Rasulullah SAW tengah salat dengan menghadap ke arah Masjidil Aqsha. Di
tengah salat, tiba-tiba turunlah wahyu surat Al Baqarah ayat 144, yang artinya:
“Sungguh
Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan
memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah
Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya.
Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Alkitab (Taurat
dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah
benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka
kerjakan.”
Setelah
turunnya ayat tersebut di atas, beliau menghentikan sementara salatnya,
kemudian meneruskannya dengan memindahkan arah kiblat menghadap ke Masjidil
Haram. Merujuk pada peristiwa tersebut, lalu masjid ini dinamakan Masjid
Qiblatain, yang artinya masjid berkiblat dua.
Masjid
Qiblatain telah mengalami beberapa kali pemugaran. Pada 1987 Pemerintah
Kerajaan Arab Saudi di bawah Raja Fahd melakukan perluasan, renovasi dan
pembangunan konstruksi baru, namun tidak menghilangkan ciri khas masjid
tersebut. Sebelumnya Sultan
Sulaiman telah memugarnya di tahun 893 H atau 1543 M.
Masjid
Qiblatain merupakan salah satu tempat ziarah yang biasa dikunjungi jamaah haji
dan umrah dari seluruh dunia. Biasanya, jamaah
hanya berziarah dan shalat dua rakaat di Masjid dua kiblat itu. Yang selalu
ditanyakan jamaah di mana arah kiblat yang lama?
Beberapa tahun lalu, petunjuk qiblat lama tertera di papan dan dinding masjid. Namun belakangan ada yang mengatakan petunjuk itu sudah tak ada lagi. Jika ingin tahu secara persis tinggal bertanya kepada petugas atau askar yang berada di masjid.
Beberapa tahun lalu, petunjuk qiblat lama tertera di papan dan dinding masjid. Namun belakangan ada yang mengatakan petunjuk itu sudah tak ada lagi. Jika ingin tahu secara persis tinggal bertanya kepada petugas atau askar yang berada di masjid.
Di sekitar masjid itu terdapat sebuah sebuah sumur, yang
letaknya di pekarangan milik seorang Yahudi. Karena keberadaan sumber air
sangat penting bagi sebuah masjid, maka Nabi memerintahkan kepada Usman Bin
Afan agar membeli sumur itu dengan harga 20 ribu dirham. Dalam selanjutnya
sumur ini diwakafkan.
Hingga saat ini, masjid dan sumur tersebut masih ada dan
berfungsi. Selain untuk keperluan masjid, seperti untuk bersuci dan keperluan
air minum, air sumur itu juga dipergunakan untuk mengairi tanaman sekitar
masjid. Demikian kisah tentang masjid Qiblatain yang kuhimpun dari berbagai
sumber. Sembari menshoot masjid dari atas bus yang berjalan perlahan melewati
lokasi masjid, tak lupa kupanjatkan doa, agar suatu saat Allah mengizinkan aku
berziyarah ke masjid ini. Amin.
Subhanllah Ya Allah semoga hamba bisa posting juga kayak ibu ida ini Subhanallah
ReplyDeleteamiin.
Delete