Ada lagu dalam bahasa Jawa
tembang pangkur yang masih kuingat :
Jam pitu mangkat sekolah,
kaya ngene rasane wong dadi murid,
wira-wiri saben esuk,
nedya nggolek kepinteran,
durung mundur yen durung entuk kursus,
kursus saking pamulangan,
minangka jagaking urip.
(terjemahan
bebas : jam tujuh berangkat sekolah, seperti ini rasanya jadi murid,
mondar-mandir tiap pagi, mencari kepandaian, belum kembali jika belum dapat
ilmu, ilmu dari sekolah, sebagai sandaran untuk hidup)
Lagu itu terngiang lagi setiap pagi melihat
siswa-siswa sekolah berbagai jenjang yang berangkat sekolah. Sekalipun
menurutku ketika dinyanyikan dengan tembang pangkur lebih terkesan mengeluh....
sebenarnya tentu tidak demikian yang dimaksudkan oleh penggubahnya.
Kulihat anak-anakku sendiri. Tahun ini adalah
tahun perjuangan bagi si nomer 3, nomer 4 dan nomer 5. Masing-masing menempati
jenjang kelas 3 SMA, 3 SMP dan 6 SD. Kuperhatikan si nomer 3, berangkat 6.30,
memacu motornya dengan jaket, masker dan helm. Jika jadwal olah raga, ia
berangkat jam 05.45 dengan memakai kostum olah raga dan membawa sekalian ganti
bajunya.
Ia akan pulang kembali ke rumah terkadang jam 16.00, kadang jam 17.30 jika ada pratikum. Lantas sepekan 3 kali ia akan berangkat lagi ke sekolah jam 19.00 untuk mengikuti bimbel yang diadakan oleh sekolah bekerjasama dengan sebuah lembaga bimbel. Hanya hari Sabtu ia pulang jam 13, sorenya ia akan berangkat mengaji mengisi akhir pekannya. Hari Ahad, atas keinginannya sendiri, ia mengikuti bimbel lagi. jam 08.00-12.00. Kadang aku kasihan melihat tubuh kurusnya yang tinggi menjulang. Tapi nampaknya ia tak pernah mengeluh...
Ia akan pulang kembali ke rumah terkadang jam 16.00, kadang jam 17.30 jika ada pratikum. Lantas sepekan 3 kali ia akan berangkat lagi ke sekolah jam 19.00 untuk mengikuti bimbel yang diadakan oleh sekolah bekerjasama dengan sebuah lembaga bimbel. Hanya hari Sabtu ia pulang jam 13, sorenya ia akan berangkat mengaji mengisi akhir pekannya. Hari Ahad, atas keinginannya sendiri, ia mengikuti bimbel lagi. jam 08.00-12.00. Kadang aku kasihan melihat tubuh kurusnya yang tinggi menjulang. Tapi nampaknya ia tak pernah mengeluh...
Biasanya pulang sekolah sampai di rumah sekitar
pukul 16.15, ia akan genjrang-genjreng main gitar dengan berpedoman not balok yang
dia down load melalui ipodnya. Kubiarkan saja cara dia melakukan relaksasi yang
disukainya. Mulai hari Jumat sore, ia boleh bermain game dengan PC yang ada di
rumah. Game time ini berakhir pada Ahad sore.
Kisah si nomer 4 lebih heroik lagi. Jam
berangkatnya sama, jam 06.30. namun ia masih diantar ke sekolah. Senin hingga Jumat pelajaran selalu berakhir jam 17.00 lantaran adanya tambahan bimbel oleh
sekolah. Namun atas keinginannya sendiri, ia mengikuti bimbel di luar sekolah
sepekan 3 kali jam 18.00 hingga jam 19.30. Jadi biasanya ia sudah menyiapkan
tas berisi peralatan bimbelnya dan baju ganti di mobil, yang akan mengantarnya
dari sekolah langsung ke tempat kursus.
Jika sempat, kutitipkan kue melalui supir yang
mengantarnya ke tempat kursus. Saat jam 20.00 ia sampai di rumah, aku segera
menawarinya menu-menu kesukaannya untuk makan malam. Sebagai gadis rapi,
biasanya ia akan segera ke kamar mandi, mandi berganti baju dan lalu membawa
tasnya untuk menjadwal. Barulah ia akan meminta makan malam.
Kadang melihat aku sudah kecapekan, ia menyiapkan sendiri makan malamnya. Lalu mengunyah nasi sambil nonton TV. Si nomer 4 ini tak perlu diingatkan kapan dan bagaimana ia harus belajar. Ia punya cara sendiri dan punya disiplin diri yang luar biasa. Aku hanya mengingatkannya untuk makan dan minum saja. Hari Ahad kadang ia mengambil kursus bahasa Perancis dengan guru privat yang datang ke rumah. Ia sangat ingin pergi ke Perancis suatu saat kelak. Cita-citanya sendiri sangat banyak, ingin menjadi psikolog, arkeolog, penulis dan keliling dunia. Semoga Allah memberi jalan kebaikan untuknya.
Kadang melihat aku sudah kecapekan, ia menyiapkan sendiri makan malamnya. Lalu mengunyah nasi sambil nonton TV. Si nomer 4 ini tak perlu diingatkan kapan dan bagaimana ia harus belajar. Ia punya cara sendiri dan punya disiplin diri yang luar biasa. Aku hanya mengingatkannya untuk makan dan minum saja. Hari Ahad kadang ia mengambil kursus bahasa Perancis dengan guru privat yang datang ke rumah. Ia sangat ingin pergi ke Perancis suatu saat kelak. Cita-citanya sendiri sangat banyak, ingin menjadi psikolog, arkeolog, penulis dan keliling dunia. Semoga Allah memberi jalan kebaikan untuknya.
Selepas bulan Syawal kemarin, ia ingin puasa
Senin Kamis.
"Umi aku mau ikut umi puasa Senin Kamis,
cuma kalau Kamis aku olah raga, jadi gimana kalau puasanya Senin Rabu...?"
Ehm sesungguhnya aku tidak tahu persisnya harus
menjawab apa. Memang jadinya puasa apa kalau Senin- Rabu...
" Kamu puasanya tiap Senin saja. Nanti
kalau jadwal olah raganya sudah ganti, baru puasa Senin Kamis..." begitu
jawabku, karena kasihan dengan segudang waktu belajarnya.
" Atau kalau masih punya hutang, tidak apa
Senin Rabu, niatnya untuk membayar hutang..." ralatku.
Begitulah jadinya ia menjadi teman makan
sahurku tiap hari Senin.
Aku tak tega menawari puasa Senin Kamis pada si
nomer 3. Ia termasuk memiliki fisik yang ringkih. Alhamdulillah sudah beberapa
bulan ini tak lagi kambuh asmanya. Berat badannya yang hanya sama dengan
adiknya si nomer 5, membuatnya nampak sangat kurus. Kutawarkan untuk sholat
malam dan sholat dhuha sebagai tambahan amal ibadah agar keinginannya masuk
Fakultas Kedokteran UGM dapat terwujud.
Adapun si nomer 5. Juga sudah tambah rajin dan
menunjukkan tanggungjawabnya. Tiap hari start juga jam 06.30. Berangkat bersama
siapapun yang siap. Kadang bonceng si nomer 3. Kadang bersama nomer 4, kadang
diantar pakai motor, kadang juga bareng si nomer 6, karena sebenarnya satu
sekolah.
Pulang sekolah jam 16.00, kecuali jika ada eskul, ia pulang jam 17.30. sampai di rumah sudah lelah, biasanya ia berbaring sejenak menonton kartun, lalu makan hingga menjelang maghrib. Ia makan sambung menyambung berbagai makanan yang bisa dimakannya. Makanya badannya paling gembul untuk usia 12 tahun kurang, berat badan 43,5 kg membuatnya terlihat berisi.
Pulang sekolah jam 16.00, kecuali jika ada eskul, ia pulang jam 17.30. sampai di rumah sudah lelah, biasanya ia berbaring sejenak menonton kartun, lalu makan hingga menjelang maghrib. Ia makan sambung menyambung berbagai makanan yang bisa dimakannya. Makanya badannya paling gembul untuk usia 12 tahun kurang, berat badan 43,5 kg membuatnya terlihat berisi.
Terkadang berangkat jama'ah sholat maghrib ke
masjid masih memakai seragam SD lantaran belum sempat ganti baju dan mandi
sore. Kubiarkan saja. Aku tak ingin menggesanya. Sepulang dari masjid, ia akan
mengambil ganti dan berangkat mandi. Mengerjakan PR dan tugas lalu sholat dan
tidur sebelum pukul 21.00. kadang berusaha lembur sambil mengantuk ...tapi aku
tak tega, maka kubangunkan lebih awal esok hari untuk melanjutkan tugasnya.
Hari Sabtu ia mengikuti program persiapan ujian
dari jam 08.00-11.00. Hari Ahad ia lebih santai, hanya mengikuti les gitar
untuk mengembangkan hobbynya. Jika sempat ia mengantri juga bermain game saat
game time Jumat sore hingga Ahad sore.
Melihat kegigihan anak-anak, aku hanya bisa
berdoa dan menyajikan yang terbaik untuk mereka. Aku berusaha hadir saat golden
time..ciee...waktu emas bersama mereka, yakni ketika mereka bangun di pagi hari
hingga mereka berangkat sekolah. Juga saat mereka pulang sekolah hingga
memejamkan mata, kuminimalkan aktivitasku di luar rumah. Semua permintaan
taklim pagi tak kuturuti. Bagiku sekarang pagi menjadi prioritas untuk
menjadikan mereka memulai hari dengan semangat kegembiraan dan kebahagiaan.
Sore hari hingga maghrib menjelang, aku
seringkali masih disibukkan dengan berbagai aktivitas dakwah. Maka tetap
kuberikan porsi sore juga untuk mereka. Terutama di hari Sabtu dan Ahad, saat
mereka berada di rumah lebih awal.
Jika anak-anak berjuang untuk masa depan mereka, maka sebagai orang tua, semestinya kita juga berjuang. Berjihad memberikan makanan jiwa, makanan ruhiyah dan makanan fisik yang memadai untuk mereka dapat tumbuh berkembang jiwa raga dan karakternya.
Jika anak-anak berjuang untuk masa depan mereka, maka sebagai orang tua, semestinya kita juga berjuang. Berjihad memberikan makanan jiwa, makanan ruhiyah dan makanan fisik yang memadai untuk mereka dapat tumbuh berkembang jiwa raga dan karakternya.
Berikut
beberapa kicauanku yang semoga selalu menjadi pengingat terutama bagi diriku
sendiri.
· Bahagianya
anak jika sarapan jiwanya adalah senyuman indah dan sapaan lembut orang tuanya
saat membuka mata di pagi hari.
· Dan
sempurnakan kebahagiaan dengan menjadikan cerita, doa dan nasehat orang tua
sebagai kalimat terakhir pengantar lelap jiwa anak di malam hari.
· Memulai
hari dengan sapaan sayang membangunkan sholat malam atau sholat shubuh. Lebih
indah ditambah segelas susu hangat yg diracik dengan cinta.
· Menyuguhkan
sarapan pagi yg dimasak dg sepenuh hati ditabur bumbu doa,agar keberkahan
berkumpul dalam hidangan cinta yg menyehatkan jiwaraga.
· Jadikan
anak prioritas saat bersama mereka. Karena ada orang tua yang bersama
anak tapi tidak bersama anak. Yaitu fisiknya bersama anak tapi perhatiannya
disibukkan hp, BB, laptop, ipad dll.
·
· Merawat
jiwa anak akan berhasil jika orang tua memulai dengan merawat
jiwanya sendiri. Bermunajatlah kepada Sang Pemilik Jiwa anak-anak kita, agar
kita diberi petunjuk mengemban amanah sebagai orang tua.
Mari para
ayah bunda, berjuang untuk masa depan terbaik bagi generasi penerus kita !
uaaa, luar biasa bunda, anak2nya...tentu bangga sekali yaa punya anak2 yg bertanggungjawab dan tahu keinginannya sejak dini...^_^
ReplyDeletekan yang diceritain kabar gembiranya...jatuh bangunnya juga ada...saling mendoakan ya mak, semoga diberi petunjuk jadi orang tua yang baik.
ReplyDelete