Seorang teman menulis di status
fbnya, menceritakan pelangi rasa saat menemukan uban untuk pertama kalinya. Kalau melihat uban mah,
sering. Selama di kepala orang lain, bukan masalah. Namun menyadari helaian
putih itu hadir di kepala kita sendiri?
Hanya anda yang telah mengalaminya yang
bisa memahami campur aduk perasaan itu. Terkejut , agak sedih lalu tersadar, begitulah
kira-kira. Sekalipun saya belum melakukan penelitian, tapi kira-kira apakah ada
yang berjingkrak-jingkak gembira saat menyadari adanya uban di kepalanya sendiri, untuk pertamakali? Sepertinya
mustahil ya.
Baru beberapa hari yang lalu
saat berkomunikasi dengan seorang ibu beranak dua dan kupanggil bu, menjawab:
“Hiii.. dipanggil bu..rasanya gimanaa gitu.. padahal
buntutnya sudah dua”
Sekedar menggambarkan bahwa
perpindahan status dari lajang menjadi istri, lalu menjadi ibu, tidaklah
otomatis juga seseorang langsung merasa siap dipanggil bu. Duluu saya pernah
juga lho agak kaget dipanggil bu...Lalu saya sadari, lah sudah punya anak kok
tidak mau dipanggil bu. Apalagi rekan-rekan yang
masih lajang, lebih gimanaa gitu saat dipanggil bu.
Seorang gadis, ah bukan hanya seseorang, banyak malah, pernah
mengungkapkan kejengkelannya lantaran sering dipanggil bu. Maklum, ia memang
bermutu alias bermuka tua, wajar orang salah memperkirakan statusnya. Eh maaf
ya bagi anda yang bermutu. Saat ia mengungkapkan
kejengkelannya dipanggil bu, saya justru mencandai:
“Kalau bukan dipanggil bu,
trus pengin dipanggil apa? Mas atau pak gitu...?”... dan dia tertawa saja.
“Bukankah banyak bu guru
yang masih lajang dan mereka juga dipanggil bu...bener nggak?”
Peristiwa lain, sekitar
sepuluh tahun yang lalu, teman sebayaku juga pernah mengeluh. Saat itu ia pergi
membeli buah pada pedagang mangga di pinggir trotoar. Ia membawa anak ke4nya
yang masih balita. Tukang mangga itu bertanya:
“Ini cucu yang keberapa
bu...?’
Sepulang dari membali
mangga, ia langsung bercermin dan menggerundel. Merasa belum tua...haha. Lah
umurnya memang belum ada 40 tahun, Saat menceritakan ulang padaku pun, ia masih
marah-marah.
Dan sekarang gantian saya
yang kena skakmat. Kemarin saat dalam penerbangan Johor-Surabaya, seorang anak
kecil usia 3-4 tahun yang duduk dibelakangku, mengajak bercanda. Ia membawa
mainan kuda-kudaan yang kakinya tinggal 3. Kudanya ia gelitikkan agar saya ikut
memainkan. Kulirik emaknya mengantuk, jadi anak ini mencari teman baru. Aku
senang saja dan mulai tertawa-tawa bersamanya. Namun agak tertegun daku saat ia
berteriang gembira memanggilku:
“ Nenek...neneeek....nek...
neneek...!”
Hadeuw, setua itukah daku
dimata anak kecil itu...? Kurenungkan memang usiaku hampir kepala lima, mengapa
saya tidak mau dipanggil nenek? Anak gadisku juga sudah berusia 22 tahun,
layaknya saya memang segera punya cucu... Peristiwa itulah yang
membuat saya menuliskan tema ini. Menjadi tua atau lebih tepatnya menyadari
menjadi tua, memang agak mengejutkan bagi sebagian orang. Apalagi jika dianggap
tua padahal kenyataannya belum. Hmm....
2013 bersama ibuku |
Kalau panggilan dituakan
yang merupakan gelaran, mungkin berbeda ya. Di kampungku ada mas Ngabdul yang
dipanggil dengan Mbah Kaum, lantaran
beliau menjadi tukang doa dan modin desa. Mas Ngabdul baru berusia tiga
puluhan. Ibunya mas Ngabdul pun memanggil anaknya Mbah Kaum. Sepertinya beliau sudah menikmati status dan konsekwensi
panggilannya.
Beberapa paranormal dan
pengobat memanggil dirinya Eyang,
agar dituakan dan memiliki status tertentu kali ya. Ah yang ini out of topik.
Pada sebagian orang,
menjadi tua itu momok menakutkan. Jika mungkin mereka ingin menolak keriput di
wajah. Menolak flek dan uban tanda penuaan. Itulah mungkin sebabnya klinik
kecantikan kulit menjamur dan laris dimana-mana. Semir rambut juga laris manis tersedia aneka jenis rupa.
Saya jadi ingat ungkapan Ratih Sang saat bersama mengisi seminar di UGM sekitar 10 tahun yang lalu.:
"Kalau mengajak berkerudung pada ibu-ibu paruh baya itu lebih mudah mbak...alasan mereka berkerudung itu NU, maksudnya Nutupi Uban..."
Kami memang tertawa saat membicarakannya, namun sisi lain sebenarnya juga mempertanyakan niatan memakai kerudung. NA atau NU, meNutupi Aurat atau meNutupi Uban...?
2011 bersama ibu mertua |
Mengutip kata seorang teman:
menjadi
tua itu kemestian, namun menjadi dewasa itu pilihan. Karena memang ada
yang tak pernah dewasa hingga masa tua menjemputnya.
Saya jadi ingin melakukan
penelitian sederhana tentang respon orang-orang saat pertamakali menemukan
keriput di wajah atau uban di kepalanya sendiri. Mungkin hasilnya akan menarik.
Juga respon saat dipanggil dengan sebutan yang lebih tua, seperti nenek,
padahal belum punya cucu...
Jika anda yang mengalami hal-hal
diatas, apa ya respon anda...?
Boleh dong berbagi disini.
ket: Foto koleksi pribadi.
sy kadang2 ingin jd tua/kelihatan tua bu. saat pingiiiin nasihatin/menegur/mengingatkn org lain. kl muka muda mengingatkn kak ga laku ya?
ReplyDeletehei...kok sama mak, kalau lagi ngumpul dengan para nenek...saya juga pengin tua...makasih sudah berkunjung mak damarojat.
ReplyDeleteMenjadi tua dan dewasa itu sangat indah, makanya say memberanikan diri untuk menjadi tua di usia 20 tahun yang memaksaku dewasa saat itu juga
ReplyDeletemakasih kunjungannya mak, semoga setelah memilih dewasa, kita tak kembali menjadi kanak-kanak...amin
ReplyDeleteHah? Si sulung udah 22 th ya mbak? Wah awet muda ya. Aku sih belum tua2 amat, tp uban sudah banyak aja, gak tau ni. Tapi masih ada yg ganjel kalau dipanggil bu hihihiiii
ReplyDeleteYa mak lusi, doakan segera mamtu dan siap dipanggil nenek...ternyataaa....banyak juga yang punya perasaan sama...
ReplyDeletesaya sempet sebel ketika pertama kali dipanggil bu oleh mahasiswa yg saya bimbing magangnya di kantor...
ReplyDeletetapi bagaimana lagi, sudah prosesnya bahwa suatu saat menua... sebagaimana dalam kisah nabi Lud, bahwa menua adalah salah satu pertanda untuk memberitahu beliau...
kalau pun ada yg usianya sudah layak dipanggil ibu, namun masih dipanggil mbak, itu adalah bonus :)
semoga menua bersama kebijaksanaan :)
salam ukhuwah
@zakianurhadi
http://zakia.griyasantun.com
maaf, bukan kisah nabi Lud, tapi nabi ya'qub
ReplyDeleteafwan
salam ukhuwah
@zakianurhadi
http://zakia.griyasantun.com
Kalau saya ga pake jilbab, keliatan deh rambut depan saya udah mulai beruban hehehe. Tapi ini uban mulai muncul beberapa tahun setelah saya pake jilbab. Kyaaaa, kepala 3, masih lajang (curcolll, mulai deh) udah ubanan. Hihihi....
ReplyDeleteYa mau gimana lagi? Kata adik saya itu bisa disebabkan faktor racun yang ga bisa disaring tubuh. Pola makan saya emang ga bener, sih. :D
makasih kunjungan dan komennya mak Zakia. mak Efi, saya punya adik sudah ubanan sejak klas 2 SMA...mungkin pola makan dan pencemaran lingkungan ngaruh ya...
ReplyDeleteMenyadari udah usia tua memang agak2 mengejutakan tapi harus tetep sadar ya Mbak...Uban ku juga udah ada nih 1 - 2 - 10 muncul di kepala... :)
ReplyDeletemakasih kunjungannya mak Lies...semua pasti menua ya...
ReplyDelete