Gambar dari sini |
Belum lama
kita semua prihatin dengan bencana Nasional kabut asap di Riau dan sekitarnya. Kabut
asap yang membawa kerugian hingga puluhan trilyun rupiah ini murni ulah
manusia. Ini yang mengenaskan.
Konon
kebiasaan membakar, membakar apa saja telah ada di masyarakat setempat. Mungkin
kalau di kampungku, orang membakar batu bata, membakar sampah atau yang paling
luas membakar ladang tebu yang akan ditanami lagi.
Masalah
menjadi besar saat pembakaran dilakukan di ladang atau hutan yang luas dan
akhirnya tak terkendali lagi.
Gambar dari sini |
Duuh mengapa
bisa demikian ya...?
Mengapa
banyak pengusaha yang berfikiran praktis dan pragmatis tanpa mengingat akibat
jangka panjang?
Kukira
jawabannya adalah tipisnya kepedulian pada lingkungan dan mau enak atau
untungnya sendiri. Huh menurutku pengusaha yang membakar ladangnya seperti
koruptor yang mencuri uang rakyat. Kalau ini lebih jahat karena mengusir udara
segar dan meracuni jutaan orang dengan udara tercemar zat berbahaya.
Naah kapan
persoalan ini akan selesai? Karena senyatanya setiap tahun berulang. Jika
ditangkap hanyalah aktor lapangan, bukan aktor intelektual.
Blogger urun
rembug nih, menurut saya, problem penyelamatan lingkungan ini harus dimulai
dari semua sisi. Okee diurai satu persatu ya...
Pertama,
dimulai dari keluarga.
Keluarga memegang
peran penting untuk menanamkan cinta bumi, cinta lingkungan kepada anak-anak
melalui pembiasaan prilaku. Misal seorang ayah atau bunda, membiasakan untuk
menggunakan peralatan yang bisa dipakai ulang dalam operasional rumah tangga.
Contoh sederhana
memilih menggunakan serbet, lap atau sapu tangan dibandingkan tisu. Memilah
sampah sesuai dengan kategori untuk memudahkan proses daur ulang. Membeli barang
kebutuhan dalam kemasan besar atau refill
untuk mengurangi limbah kemasan. Sukur lagi pilih produk dari produsen atau
perusahaan yang mengampanyekan peduli lingkungan.
Kami biasa
mengumpulkan sampah plastik dan kertas secara terpisah dari sampah organik,
agar bisa di’sedekahkan’ kepada yang membutuhkan.
Prilaku
mencintai pohon misalnya, tiap keluarga dapat melatih anaknya dengan hadiah
pohon. Anak-anak mulai usia balita, dapat diberi pohon sebagai hadiah ulang
tahunnya. Pohon ini nantinya akan dirawat dan menjadi sahabat bagi anak. Dari
waktu ke waktu dapat difoto anak bersama pohonnya untuk melihat perbandingan
tinggi mereka dan ini akan menanamkan kecintaan pada pohon.
Gambar koleksi pribadi
Lah kalau
orang kota tak memiliki lahan bagaimana?
Sekarang kan
banyak teknologi untuk membuat tabulampot. Selama ada kemauan, pasti ada jalan.
Percayalah menanam pohon yang relatif lama pertumbuhannya, akan membuat anak
menyadari bahwa setiap batang pohon itu sangat berharga. Menanti sebuah pohon
menjadi tinggi menjulang butuh belasan tahun, sementara menebangnya hanya
membutuhkan tak kurang dari satu jam.
Orang tua
juga mencontohkan dan membiasakan anak untuk menggunakan transportasi masal dan
sepeda. Menggunakan mobil pribadi hanya saat dibutuhkan. Anak akan belajar
untuk hemat energi. Juga dalam pemakaian listrik seperti penggunaan lampu, mematikan
alat elektronik, mematikan kran air dalam keseharian.
Sebenarnya
masih banyak ya, tentang pendidikan cinta lingkungan yang bisa dilakukan oleh
masing-masing keluarga. Tinggal bagaimana kitanya melakukan banyak penyadaran
kepada orang tua sebagai teladan utama anak-anaknya.
Kedua,
pendidikan cinta lingkungan melalui sekolah.
Guru dan
sekolah memegang peranan penting dalam pembentukan karakter anak. Sekarang
banyak sekolah yang mencanangkan diri menjadi Greenschool. Bagus ya...jika memang terpadu antar kurikulum,
program dan pembiasaan prilaku.
Gambar koleksi pribadi |
Di sekolah
anakku, dalam acara parenting school,
salah satu materinya adalah pencanangan dan sosialisasi green school. Setelah itu pada pekan berikutnya dilanjutkan dengan
aksi penanaman pohon dan taman sekolah. Subhanallah, pengaruhnya sungguh nyata.
Orang tua semua terlibat dan belajar tentang cara menanam yang tepat, jenis tumbuhan
yang disarankan dan anak-anak juga belajar keanekaragaman kekayaan alam kita.
Hingga kini,
kita masih melihat aneka tanaman di sekolah putraku, ada yang dalam pot seperti
belimbing wuluh, terong, tomat, kedondong, jambu air, jambu biji, dll. Seringkali
nampak buahnya yang ranum menggoda dan bisa menjadi bahan pembelajaran.
Ada pula
yang ditanam di kebun dan halaman sekolah seperti mangga, rambutan, jeruk,
alpokat, belimbing dan tanaman seperti akasia dan sono keling. Sejak kelas satu ada journey to schoolyard dimana anak-anak
akan mencatat tanaman apa saja yang ada di sekolah. Halaman sekolah menjadi
lebih rindang dan sejuk dengan berlimpahnya oksigen.
gambar koleksi pribadi |
Sekolah
anakku juga melakukan pengelolaan sampah dengan tertib. Para siswa sudah
diajarkan untuk memilah sampah dengan baik. Selain itu pada acara market day tiap hari Jumat, anak-anak
hanya boleh berjualan dengan kemasan yang non plastik atau menggunakan wadah
yang bisa dipakai kembali. Kantin sekolah juga memberlakukan hal serupa.
Alhamdulillah semoga kelak anak-anak terbiasa dengan paperless dan no plastic.
Foto lukisan di sekolah anakku-koleksi pribadi |
Ketiga,
melakukan penyadaran di masyarakat.
Sekarang
telah banyak desa percontohan yang melakukan pengelolaan sampah secara mandiri.
Sampah ini bahkan bisa menjadi salah satu sumber pendapatan untuk pribadi
maupun kas desa. Kami berlangganan membuang sampah pada desa sebelah yang telah
menjadi desa percontohan pengelolaan sampah mandiri. Mereka juga menerima
kunjungan dari banyak kelompok masyarakat atau instansi yang ingin studi
banding.
Gambar dari sini |
Masyarakat
penting untuk dilibatkan. Merekalah salah satu pengaman sosial untuk tidak
terjadinya bencana lingkungan yang lebih besar. Contoh di desaku, adalah desa
pengrajin batu bata. Beberapa orang menjadi pengusaha kecil, menggunakan
tanahnya sendiri sebagai bahan baku batu bata. Setelah tanah sawahnya sendiri
telah tergali cukup dalam mulailah mereka mengontrak tanah di sekitarnya dengan
membeli lapisan teratas hingga sedalam 1m. Akibatnya banyak lahan sawah yang
disewakan untuk dibuat batu bata. Bisa dibayangkan, setelah habis masa kontrak,
tanah yang sudah tergali sedalam 1 m ini akan sulit ditanami. Akhirnya banyak
yang dijual dan menjadi lahan perumahan.
Belum lagi
betapa kacaunya sawah sebelah menyebelah dari tanah yang telah digali itu,
lantaran salah irigasi yang sering bocor. Air tak mau dibohongi, mereka terus
mencari yang lebih rendah dan tanah persawahan yang lebih tinggi, kekurangan
air. Sedih ya membayangkan sebagian lahan desa menjadi kubangan air di saat
hujan, dan kekeringan di musim kemarau. Produktifitas jauh menurun.
Gambar dari sini |
Dengan
beberapa edukasi, sebagian pengusaha batu-bata ini mengubah usahanya menjadi
pembuatan batako dan buis beton berbahan semen dan pasir. Ada juga yang beralih
profesi.
Banyak hal
bisa dilakukan dengan edukasi dan keterlibatan masyarakat ini, misal melalui
dasa wisma atau PKK untuk kalangan ibu-ibu. Melalui pertemuan RT untuk
bapak-bapak atau karang taruna. Bisa juga dengan sosialisasi melalui pelatihan,
pengajian bahkan khotbah jumat. Tema seperti pengelolaan sampah, penanaman
pohon sangat relevan apalagi jika dikaitkan dengan sumber pendapatan untuk
menaikkan kualitas hidup.
Salut untuk WWF-Indonesia
yang telah melakukan banyak hal dalam upaya penyelamatan lingkungan ini.
Apa sih WWF-Indonesia?
WWF-Indonesia
merupakan LSM konservasi alam terbesar dan tertua di Indonesia yang telah
memulai kegiatannya sejak tahun 1962. Hingga saat ini, WWF-Indonesia bekerja di
28 kantor wilayah dari Aceh dan Papua dan memiliki lebih dari 400 staf.
Sejak tahun
2006, organisasi ini didukung oleh lebih dari 54,000 supporter dari seluruh
Nusantara. Pengin tahu lebih jauh? Info lebih lanjut, silakan kunjungi www.wwf.or.id
Keempat,
penyelamatan lingkungan melalui regulasi dari pemerintah.
Seandainya
para kepala daerah dan politisi eh anggota Dewan yang terhormat, memiliki political will untuk isu lingkungan,
sesungguhnya cukup menjadi harapan untuk menyelesaikan problem lingkungan dalam
jangka panjang.
Buat
program, kampanye dan ada alokasi dana yang memadai, rekrut relawan dari
kalangan masyarakat, pelajar, mahasiswa dan libatkan ibu rumah tangga. Wuiih
kita bisa melongo melihat hasil yang mencengangkan jika semua tergerak untuk
mengangkat isu ini.
Sayangnya para Caleg, bakal calon politisi, sedikit sekali yang menawarkan isu penyelamatan
lingkungan. Takut kali ya dengan para pengusaha yang bisa terdampak
dari isu itu. Biasanya nih mereka mengangkat isu ekonomi dan fasilitas pembangunan.
Apakah isu lingkungan tidak layak jual untuk menaikkan suara? Waah adakah Caleg
atau C apres yang mau mencoba?
Gambar pinjam dari sini |
Mirisnya,
dari cara kampanye saja sudah nampak betapa tipisnya rasa peduli lingkungan
dari para caleg. Itu terlihat dari banyaknya poster dan bendera yang ‘menyakiti’
pohon dan menjadi sampah pemandangan.
Belum lagi
arak-arakan kampanye yang memboroskan bbm untuk sekedar show force. Yuuk para
blogger yang punya pena keyboard setajam silet, serukan pada para Caleg dan Capres
untuk lebih peduli pada lingkungan.
Serukan pada
masyarakat untuk memilih partai dan Caleg apalagi Capres yang mau selamatkan
bumi Indonesia dalam skala yang lebih luas. Agar tak ada Presiden yang nantinya
menjual tanah air, bahan tambang dan pasir laut
untuk memperkaya diri sendiri, kelompok, dan para pengusaha hitam.
Yuhuu saatnya
blogger beraksi, dengan menulis tema lingkungan, ada atau pun
tidak ada lomba blog karena ini masalah tanggungjawab kepada Allah dan anak cucu nanti.
tidak ada lomba blog karena ini masalah tanggungjawab kepada Allah dan anak cucu nanti.
ayo kita jaga lingkungan mak...bersama pasti bisa...
ReplyDeletesukses untuk lombanya ^_^
makasih doanya mak. Uuuk jaga lingkungan ocee
DeleteKonsep greenschool bagus juga tuh bu. Investasi jangka panjang buat lingkungan kita. :) nice post
ReplyDeleteiya...bagusnya semua sekolah mencanangkan ini mulai dari edukasi ke guru dan komite sekolah, lanjut ke siswa dan ortu.
Deletesukses ya mak lombanya:)
ReplyDeletemakasih mak
DeleteUntuk menciptakan lingkungan yang ramah, go green, memang perlu dukungan dan kerjasama yg baik ya, Ibu. Keluarga, sekolah, Desa sampai tingkatan tinggi.
ReplyDeleteEh, itu pohon kepel bukan si, Bu?.
betul mak IdAh, revo sangat berminat pada alam.
Deletekalau bukan kita siapa lagi yang peduli lingkungan ya mbak
ReplyDeleteBetul mak Lidya...mulai dari diri sendiri...
Deletepeduli lingkungan harus dimulai dari diri sendiri ya mak....ada banyak cara untuk mewujudkannya
ReplyDeleteSemoga caleg yang terpilih memang benar-benar wakil rakyat yang sanggup menampung segala aspirasi rakyat termasuk kepedulian pada lingkungan kita yang makin hari tambah rusak
Semoga sukses lombanya ya mak
Salam
makasih kunjungannya juga doanya...yuuk selalu ingat untuk peduli
Deletedetik-detik terakhir #IngatLingkungan..saya juga ikutan Bu Ida..
ReplyDeletesemoga sukses pak.amin.
Deletebener banget, mak.. tips nomor satu jitu: dimulai dr keluarga :)
ReplyDeleteiya mak, btw ditunggu alamat dan no hpnya ya mak. DM tweet saja
DeleteAyoooo kita cinta bumi Maakk..
ReplyDeleteSukses lombanya ya Mak.. :)
ikutan gak mak?
Delete10 Kata Kata Inspiratif Pengusaha
ReplyDeleteMenarik mbak, mari wujudkan secara nyata, mari menanam pohon ! Sekarang semakin menarik karena ada program revolusioner, "MENANAM POHON SEKALIGUS MENDAPATKAN MANFAAT EKONOMOMI DALAM PENANAMAN DAN KAMPANYENYA"
ReplyDeleteCari Tahu caranya di : http://www.greenwarriorindonesia.com