Anak usia
2-3 tahun kadang menunjukkan prilaku
agresifitas seperti memukul, menggigit, melempar atau mencakar.
Kejadian tak
enak pernah kualami saat anakku masih duduk di kelompok bermain. Hari Jumat
sore saya mendapat telepon dari ibu Kepada Sekolah, bahwa saat menjelang
pulang, Revo terlibat pertengkaran dengan temannya.
Po dan luka cakarnya |
Bu guru lengah untuk
mengetahui sebabnya apa, tiba-tiba kedua jagoan kecil itu sudah saling
mencakar. Bu guru berpesan bahwa jika orang tua siswa ada yang yang menelepon,
bilang minta maaf saja dan semua sudah diurus oleh sekolah.
Kukira
masalahnya biasa saja, kulihat memang ada beberapa luka cakaran di wajah revo,
namun tidak parah. Akupun berasumsi, teman bertengkarnya juga serupa
kondisinya. Hanya insiden kecil saja.
Ternyata
dugaan saya salah.
Ahad malam
ada seorang ibu yang menelepon dan marah-marah besar. Rupanya beliau adalah
ibunda dari siswa teman perang cakar Revo.
“Saya
menunggu telepon dari Ibu, barangkali ibu mau minta maaf, ternyata tidak. Apa sekolah
takut sama Ibu karena Ibu pakar parenting? Jangan-jangan anak Ibu itu
hiperaktif...bla-bla-bla...”
Jantung saya
seolah meloncat keluar. Saya dengarkan semua tumpahan kemarahan itu yang
intinya, seharusnya saya ‘ngaruhke’
atau bertanya tentang keadaan anaknya dan meminta maaf. Dua hari beliau
menunggu dan saya tidak menelepon atau datang menengok anaknya yang katanya
luka parah. Beliau konon mencari tahu ke beberapa wali dan membenarkan bahwa
anakku pernah mencakar beberapa anak yang lain.
Hmm kok gak ada laporan dari
gurunya ya, benarkah?
Eh saya tak
membantah semua tuduhannya melalui telepon itu, saya hanya meminta maaf dan
menawarkan untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis anak atau spesialis
kulit jika memang memerlukan operasi plastik. Beliau melunak.
Esok pagi
kami bertemu di RS yang kami sepakati. Kupeluk ibu itu dan meminta maaf atas
keterlambatan saya merespon, karena tidak menduga bahwa jejak cakaran Revo di
wajah anaknya jauh lebih banyak. Dokter spesialis anak menganggap hanya luka
luar yang akan sembuh dan kering tanpa bekas dalam 2-3 pekan, tak perlu operasi
plastik. Dan memang demikian kenyataannya.
Memang menurut
bundanya, luka cakaran baru, terlihat cukup memilukan pada hari pertama
terjadi, namun pada hari Senin itu sebagian sudah mengering. Salah saya bahwa
hari Jumat itu belum sempat memotong kuku Revo.
Saya tak
habis fikir. Biasanya Revo tidak pernah berlaku demikian, jadi sungguh
mengagetkan bahwa ia menjadi seagresif itu. Dari pengamatanku selama beberapa
hari kemudian kepada teman ‘perang cakar’ itu, aku sampai pada kesimpulan bahwa
teman kecil ini memang usil dan suka menggoda. Mungkin siang itu mood Revo sedang kurang baik dan dengan
beberapa kali godaan ia meradang dan terjadilah aksi cakar-mencakar.
Beberapa
hari kemudian temannya sudah berangkat sekolah. Revo sudah meminta maaf dan mereka
juga sudah berteman baik. Sengaja kubuatkan kado selamat datang berupa mainan
dan crayon untuk memperbaiki hubungan diantara mereka. Sekaligus bukti maaf
yang tulus.
Ibundanya
juga sudah sangat baik padaku, bahkan meminta maaf atas sikap agak kasarnya
padaku saat menelepon dan juga tuduhannya bahwa mungkin anakku mengalami
gangguan prilaku. Hingga kini, kami masih saling bersapa lewat telepon atau
saling mengunjungi layaknya kakak dan adik.
Kesimpulanku,
untuk menghadapi pertengkaran antar anak, sebaiknya orang tua menahan diri
untuk tidak cepat menyimpulkan. Berlapang dada, bersikap lembut dan kooperatif,
akan cepat memulihkan hubungan baik jangka panjang.
Eh satu
lagi, jangan lupa rajin memotong kuku anak ya, karena dalam situasi darurat
bisa menjadi “senjata’ yang luar biasa. (Walaupun sejak kejadian itu Revo tak
pernah ‘menggunakan’ kuku lagi).
Po dan kakak-kakak |
Adapun
tentang agresifitas pada anak, orang tua dapat mencoba tips berikut untuk
mencegah dan mengelolanya.
1. Fahami bahwa anak memang memiliki
emosi positif dan negatif, hargai dan akui ada pada anak. Janganlah orang tua
mengabaikan atau menafikan. Misal kita katakan : “kamu marah ya? Memang wajar
kamu marah karena mainanmu dirusak, tapi begini lho sikap yang baik kalau lagi
marah...bla..bla...”
2. Ajari anak untuk menyalurkannya
dengan cara yang baik, misal dengan mengambil nafas sambil memejamkan mata dan
menghitung 10 kali, berdoa, mencoret di kertas, memukul bantal atau kalau
pengin teriak bisa di kamar mandi.
3. Dialogkan pengalaman tidak enak
dengan sebagai pelajaran pembentukan karakter, misal: ”Jengkel banget ya kalau
ada teman yang merusak mainanmu, maka jangan sampai ya kamu merusakkan mainan
anak lain. Kalau merusakkan tanpa sengaja sekalipun kita minta maaf ya, kalau
perlu memang kita mengganti mainan yang kita rusakkan. Trus karena temanmu
tidak minta maaf, ya udah kita maafin saja ya, memaafkan itu mulia lhoh,
membuat kamu jadi merasa enak dan masuk surga...”
4. Beritahukan pada anak batasan untuk
melampiaskan kemarahan, jika ia masih saja marah. Misalnya tidak menyakiti
orang lain, tidak menyakiti diri sendiri dan tidak merusak barang.
5. Lakukan permainan peran tentang
sebuah peristiwa negatif yang mungkin dialami anak dan apa tindakan atau ucapan
yang sebaiknya dilakukan.
6. Jika anak kita yang menyakiti anak
lain, ajak untuk meminta maaf secara sportif dan untuk tidak lagi mengulagi
perbuatannya.
Jika
mengalami kejadian tak terduga pada si kecil...semoga bunda dapat bersikap
dengan tepat ya. Manajemen konflik orang tua akan berpengaruh pada ketrampilan
anak kelak menghadapi konflik.
Cerita ini
dalam versi yang lain juga dimuat di sini.
Untuk perkembangan
anak dibawah satu tahun cek di sini.
Yang sabar, ya, Mak.
ReplyDeleteya mas makasih doanya...
DeleteSama-sama. Saling mendoakan.
DeleteSemoga mas luthfi juga selalu sabar dan syukur amiin
DeleteMakasih sharenya mak..anak pertama ku juga jago an. Kalo di rumah main nya tinju2an tapi Kalo di luar rumah justru kadang ga terlalu berani. Ya mudah2an sih ga sampai seperti Revo ya mak..:)
ReplyDeleteya, konflik kecil antar anak-anak sesungguhnya bagian dari proses pembelajaran.
DeleteJadi emak dadanya harus lebar ya mbak, ihiks ...
ReplyDeleteya lebar mak Fenny...harus lebaaar memang...
Deletewah mak,,selain membaca,,ilmu di dapat, dan bisa diaplikasikan buat ntar kalo udah punya anak,,makasih ya mak Ida :)
ReplyDeleteiya...sama-sama...
Deletebelajar terus ya untuk pengasuhan anak, banayk belajar sama mbak ida
ReplyDeleteSaling belajar mak Lidya, terimaksih telah menjadi pengunjung setia...
Deletemakasih mak ida sharingnya,sangat bermanfaat sekali,untuk bekal saya nanti kalo sudah diberi rizki anak :D
ReplyDeleteSemoga mak Hanna diberi rizki anak sholih dan sholihah...amiin ya Allah
Deletesaya setuju mba, bahwa kita selaku ortu harus bisa berlaku kooperatif dlm menghadapi tingkah laku anaknya.
ReplyDeletebetul banget mak Santi....makasih telah berkunjung
DeleteHehe jadi ingat adikku yang super galak dan suka mencakar juga menggigit temannya..Ibu kadang kewalahan menghadapinya. untung anaknya sekarang ngga punya sifat sepert itu.
ReplyDeleteYa maak, ada usianya kok. jika tepat menanganinya akan segera berakhir
DeleteThanks mak tipsnya, Thifa juga kalo marah atau ngga suka, dia suka dorong temennya gitu, bisa coba kupraktekan nih
ReplyDeletehehe iya maak. dipeluk dan didoakan tangannya dengan doa kebaikan yang didengarnya
DeleteKalo untuk anak usia 1thn gimana? Anakku kalo kesel suka mukul kepala/gigit org terdekatnya. Cara ngatasiny gimana ya bun :(
ReplyDeleteDiberi tahu, lalu diajarai mengusap, mencium dan meminta maaf bunda
DeleteAlhamdulillah dapat pencerahan mengenai Parenting, nanti sering2 ah main ke sini! salam kenal dari Cianjur mak Ida cantik!
ReplyDeletesalam kenal Siti Aisyah dari Cianjur. terimakasih sudah main-main ke rumahku.
DeleteTulisan mb sangat membantu sekali..karna skrg ak mengalami nya..anakku usia 5 thn menggigit teman sekolahnya..ilmu dr mb insy mau coba ak terapkan..trimakasih y mb
ReplyDelete