Kemarin saat menanti penerbangan ke Gorontalo, kami singgah di warung makan langganan kami, di Jogja.
Sebenarnya lebih tepat langganan suamiku, karena beliau yang sering bepergian.
Sebenarnya lebih tepat langganan suamiku, karena beliau yang sering bepergian.
"Kok berdua pak Ustadz? Biasanya sendirian?" Sapa seorang pelayan berbasa-basi.
Kami menjawab seperlunya.
Kami menjawab seperlunya.
Setelah pelayan itu berlalu, kami berbincang tentang sapaan tersebut.
"Wah dia panggil aku ustadz..." kata suamiku.
"Iya, tahu dari mana ya..."
"Wah dia panggil aku ustadz..." kata suamiku.
"Iya, tahu dari mana ya..."
"Btw kemarin dapat cerita.seorang
dosen, pejabat di kampus, dia sering bepergian. Dan punya tempat langganan makan. Saking seringnya sampai pelayan hafal dan akrab"
dosen, pejabat di kampus, dia sering bepergian. Dan punya tempat langganan makan. Saking seringnya sampai pelayan hafal dan akrab"
Aku masih menanti kelanjutan cerita suamiku dan menebak arahnya.
"Suatu ketika ia mampir bersama istrinya. Pelayan menyapanya: 'Kok yang dibawa ganti pak?' Trus istrinya marah. Istrinya curiga dan itu jadi persoalan mereka hingga kini belum selesai...."
"Sebenarnya bagaimana?" Tentu saja saya penasaran.
"Pelayan itu hanya bercanda, betul-betul bercanda....istrinya enggak bisa diyakinkan..."
"Pelayan itu hanya bercanda, betul-betul bercanda....istrinya enggak bisa diyakinkan..."
Hmmm apa iya memang segitunya? Apakah mungkin jika belum ada story kesalahan suami sebelumnya?
Atau sang istri memang paranoid?
Atau sang istri memang paranoid?
Tapi candaan seperti itu memang keterlaluan. Kepada orang yang baru dikenal, apalagi.
Berbasa-basi tetaplah harus sopan dan menghindari kebohongan, walau sekedar candaan. Buktinya tadi candaan yang tidak pada tempatnya bisa meretakkan rumah tangga.
Saya belum tahu kisah selanjutnya dari pasangan yang kurang beruntung itu.
Tapi jadi merenung juga, jika saya yang mendapat candaan itu, apakah benar saya akan bisa mengabaikan begitu saja?
Tapi jadi merenung juga, jika saya yang mendapat candaan itu, apakah benar saya akan bisa mengabaikan begitu saja?
Haha.
Apa mungkin lagi PMS ya bun?
ReplyDeleteFiuh~
hehehe enggak tahu ya bunda.....
DeleteLisan memang sangat bahaya. memang susah menjaga lisan, tapi lebih susah lagi menanggung akibatnya..
ReplyDeletengomong2, ngapain ke Gorontalo bunda?
saya asli gorontalo.. tapi lagi kuliah di Jakarta.
Gimana pendapat bunda tentang Gorontalo? hehe
Acara milad yayasan alishlah. Kami ada seminar. Gorontalo panas tapi irangnya ramah-ramah
Deletegorontalo cuma ada dua musim, musim panas dan panas sekasi, hehe
Deletesemoga acaranya sukses. Saya tahu yayasan itu. tapi bemum pernah mampir ke sana..
kalau saya rasanya gak akan mengabaikan begitu aja, Mak. Walopun masih ada rasa percaya kalau suami kita gak akan berbuat yang aneh2. Tapi, dengan tidak mengabaikan buat saya semacam menunjukkan kalau saya juga harus tetap menyelipkan rasa waspada. Ya, namanya juga manusia. Bisa jadi suatu saat 'kepleset' kalau lagi khilaf
ReplyDeletebetul mak Myra, emang suami kita harus kita jaga jangan sampai terpeleset
DeleteMulut mu harimau mu. Sekedar untuk candaanpun Rosulullah tidak pernah berbohong, itu yang harus kita jadikan teladan ya Mak Ida
ReplyDeleteiya bener banget mak indah. apalagi pada orang yang belum akrab, potensi salah fahamnya besar
DeleteKadang bercanda juga harus melihat sikon, ya mak
ReplyDeleteiya mak, selalu lihat sikon dan siapanya.
Deletebahaya. guyon yg nggak perlu. satu lg pelajaran ya mak, bhwa kita jg jangan trll dekat dg org lain selain keluarga.
ReplyDeletewah begitu ya mak, jangan dekat-dekat oke
Deletekadang apa yang kita maksud, tidak sama dengan yang di terima mak....jadi emangkudu hati2 kalo becanda...liat2 yang diajak becanda juga....
ReplyDeletebetuul mak Enci. perfikir sblum bertindak ya
DeleteKalau aku dibercandai gitu ya juga curiga sih
ReplyDeletecuriga tapi tetap cantik ya mak...
DeleteNgeri ah kalau becanda yang menyangkut rumah tangga orang. Apalagi kalau istrinya sensitif atau pencemburu, bisa panjang urusannya, hehehe
ReplyDeletebetul mak...panjang bingits
Deleteberarti harus hati-hati juga ya mbak, kalau mau menyapa jangan sampai membuat masalah untuk keluara. TErima kasih sudah diingatkan
ReplyDeleteiya makasih mama clvin udah mampir
Deletewaduh... saya gak tau juga nih, kalau bercandaan seperti itu menimpa saya, bisa jadi saya langsung pergi tanpa mau mendengar alasannya... padahal saya juga sering bercanda ke orang lain
ReplyDeleteterima kasih sudah diingatkan, mak...
waah jangan ditinggal suaminya mak...entar diambil sama pelayannya...
DeleteWah...lg ke gorontalo ya bu, itu kampung saya. Sekedar tau aja org gorontalo suka becanda istilah org sana " baku sedu" :)
ReplyDelete"baku sedu" waah istilah baru nih....salam kenal orang Gorontalo
Deletetetap tidak bisa dibenarkan meskipun niatannya cuma bercanda dalam kebohongan
ReplyDeleteapalagi menyangkut rumah tangga
bukan tidak mungkin seorang istri pasti merasa suaminya mengkhianatinya saat mendengar candaan itu
dan banyak juga yang ujung2nya keretakan terjadi
iya bener banget. rumah tangga orang jangan sampai dijadikan bahan candaan
Deletekalo thdp yg baru kenal, memang mgkn keterlaluan ya mba, tapi jika memang kita percaya pada suami, utk apa diambil hati?
ReplyDeletembak Santi type yang percaya suami...alhamdulillah suaminya setia...
Delete