Part 1.
Pernahkan anda merasa sangat dekat dengan maut?
Apa yang anda rasakan?
Biasanya hanya pada situasi khusus orang merasa dekat
dengan maut. Misal dalam keadaan sakit keras, mendapat mushibah seperti
kecelakaan atau dalam situasi sulit berhadapan dengan penjahat.
Orang yang sedang berada di atas pesawat yang sedang
mengudara di ketinggian, kemudian mengalami cuaca buruk, turbulensi hingga
kondisi darurat...
Sangat mungkin merasa dekat dengat maut. Seperti kisah ini.
Seorang yang sakit berat, divonis usia tingal sebentar dan
sakitnya belum ada obatnya....
Sedang naik kapal di tengah samudra. Tiba-tiba mesin kapal mati
dan komunikasi terputus dengan manapun..
Anda sedang sendirian, dicegat perampok dengan senjata terhunus
dan tak ada seorangpun yang mendengar erangan anda....
Yah pada situasi demikian wajarlah jika terasa maut begitu dekat.
Namun adakah orang yang merasa dekat dengan maut sedangkan ia
berada dalam sutuasi keseharian yang normal saja?
Nyatanya banyak kisah tentang orang-orang yang mati 'mendadak'
tanpa sebab-sebab yang mudah dicerna.
Om saya sakit flu, sudah merasa sembuh lalu jalan-jalan pagi.
Setelah pulang, mandi, sarapan dan berangkat sholat dhuhur. Baru sholat
qobla dhuhur, pada sujud ke dua rekaat kedua, beliau tidak bisa bangkit lagi.
Setelah koma dua hari, meninggal pada hari Jumat, tanpa pernah siuman lagi.
Innalillahi.
Adapun tetangga teman, sedang rapat Rt. Beliau membawa cucunya.
Karena cucunya rewel oulang beliau sempat mengantar pulang si cucu dalam jarak
beberapa rumah.
Setelah kembali ke forum, beliau sempat tunjuk tangan untuk
memberikan usulan. Ketika diberi kesempatan justru diam menunduk.Tunggu punya
tunggu sang bapak ternyata sudah meninggal.
Hebohlah forum rapat Rt itu.
Bukankah ajal tidak
mengenal waktu, tempat atau situasi, tidak pandang usia.
Tak dapat dimajukan
dan tak dapat diundurkan.
Jadi masihkan kita melalaikan sang maut?
***
Part 2. Berikut
adalah Kisahku dengan Dara.
SELAMAT
JALAN DARA...
Aku dan Dara |
Mengapa
‘kepergian’ seringkali mengagetkan.
Seperti pagi
ini, tanpa firasat apapun aku asyik menulis di depan komputer, saat suamiku
mengabarkan kepergianmu.
Dara,
tiba-tiba berkelebat bayangan dirimu.
Anak manis yang satu setengah tahun yang lalu datang ke Jogja, ke rumahku ,
menginap sebelum masuk asrama SMPIT.
Kamu yang
imut dan manis. Dara anak manis.
Sungguh
menyentak dan menguras emosiku, rasanya seperti kehilangan anakku sendiri.
Tak lama
kemudian umimu menelepon diantara tangisan.
“ Umi, titip
Dara, tolong jaga auratnya...” Aku mengiyakan.
Sama dengan
pesan yang kuterima satu setengah tahun yang lalu saat umimu akan pulang ke Medan
“ Umi titip
Dara...dilihat-lihat ya...”
Aku tak
kuasa menahan air mata.
Kuingat belum
sepenuhnya amanah itu kutunaikan. Hanya sesekali aku menanyakan kabarmu,
mengajakmu menginap di rumah atau mengirimimu makanan.
Seperti
terbang aku menyetir ke RS tempat kamu dirawat.
Sampai di
sana banyak ustadzah dan teman-temanmu. Banyak air mata dan sedikit cerita.
“ Tadi pagi,
Dara bangun baik-baik saja. Masih tertawa-tawa. Jam 7 kurang sepuluh, sudah
siap berangkat Dara mengeluh sakit perut.
Teman-teman
membantunya. Lalu mengeluh sesak nafas dan kami ambilkan obat semprotnya. Namun
cepat sekali wajahnya menjadi pucat dan biru...kami panggil becak untuk ke RS (
RS hanya berjarak dua ratus meter dari Asrama).
Namun
menunggu becak kelamaan, kami siapkan motor untuk membawa ke RS. Saat mau
berangkat, becak datang. Kami jadinya naik becak.
Sampai di RS
langsung masuk UGD.
Namun
sekitar jam 07 lewat sedikit kami dapat
kabar bahwa Dara sudah pergi....”
Terbata-bata
temannya bercerita.
“ Tadi malam
masih menjemur baju...”
“ Kemarin
diskusi di kelas, tumben Dara sangat bersemangat...ceriaa sekali...”
Kuusap dan kucium
pipimu yang pucat.
Dengan
seragam biru putih, engkau seolah sedang tidur pulas.
Engkau masih
anak manis dimataku.
Menunaikan
amanah, kuikuti saat engkau harus diformalin sesuai prosedur pengangkutan
dengan pesawat. Seorang ibu perawat menyuntikmu di beberapa bagian.
Lalu kami
mandikan dan kafani kamu, dengan penuh kehati-hatian, kelembutan dan penuh
cinta. Kujaga engkau seperti pesan umimu.
Engkau
seperti tidur saja. Tubuhmu lembut dan lemas.
Engkau tetap
manis dalam balutan kafan putih.
Masih
kubayangkan engkau akan membuka mata dan tersenyum manis. Namun itu tidak
terjadi.
Kami berdoa
dan tak kuasa menahan kesedihan.
Hingga peti
disegel dan siap diangkat ke ambulan.
Dara, semua
siswa dan guru, sempat menyolatkanmu di masjid sekolah.
Banyak doa,
air mata dan cinta untukmu.
Selamat
jalan Dara, selamanya engkau menjadi dara, karena Allah menyayangimu.
Semoga
syurga Allah untukmu.
Tinggallah
aku menulis ini sambil bertanya-tanya....kapan aku menyusulmu.
maut memang rahasia Allah yg gak mungkin bisa dihindari ya mak,,,
ReplyDeletebener banget mak, saya senang pergi takziyah untuk dzikryl maut.
DeleteInna lillahi wa inna ilaihi raji'un ..
ReplyDeleteMaut tiba2 dan menghentak yang hidup
Selamat jalan dara ....
Ikut terhenyak membaca kisah ini
Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un
ReplyDeleteInna lillahi wa inna ilaihi raji'un ..
ReplyDeleteTurut bersuka cita mba ...
Selamat jalan dara ....
Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un
ReplyDeleteinnalillahi wa innailaihi rojiun,smoga amal ibadah dara diterima disisiNYA dan keluarga yg ditinggalkan diberi ketabahan.Aamiin
ReplyDeleteSubhanllah bergetar rasanya hati ini Ya allah... apa yg bisa hamba berikan...apa amalan terbaik hamba untukmu...Ya Allah hamba rindu mati namun hamba tak kuasa dengan dosa dna maksiat ini... Ya Allah berikanlah Khusnul Khatimah pada adik ini tempat yg terbaik... tentu saja saya juga akan menyusul......
ReplyDeleteInnalillahi wa inna ilaihi rojiun
ReplyDeleteSemoga amal ibadah dara diterima Alloh swt, diberi tempat terbaik di sisiNya. Aamin... selamat jalan dara dan semoga kita bisa mengambil hikmah bahwasanya kematian itu sangatlah dekat
Btw saya dan suami insya Alloh akan ikut seminar dg narasumber mak Ida dan pak Cah 12 okt besok. Bagi-bagi ilmunya yang banyak ya mak Ida ;)
Deleteإنا لله وإنا إليه راجعون
ReplyDeleteاللهم اغفر له وارحمه وعافه واعف عنه
amiin
Delete