Kadang butuh waktu lama untuk mewujudkan sesuatu
atau menghilangkan sesuatu. Ini tentang Revo, sholat dan game. Kami melakukannya dengan usaha dan doa. Ya doa.
Sampai ulang tahunnya yang ke 7 kemarin Revo masih
sulit untuk anteng dalam melaksanakan
sholat. Ia tak tahan untuk diam dan kalau berjamaah di masjid seringkali pulang
duluan saat jamaah lain baru rekaat pertama atau ke dua.
Di rumah pun seringkali meninggalkan acara sholat
berjamaah dengan saya. Ia membubarkan diri saat rekaat pertama atau kedua
dengan kalimat
“Nanti aku sholat sendiri saja...”
Sholat berjamaah di kelas |
Saya terus saja mendoakan dan membujuknya melalui
dialog. Jika malam hari ia tengan tidur pulas, saya elus dadanya dan kepalanya
sambil mendoakan agar ia mudah bangun pagi dan mau sholat dengan tertib. Saya
juga membisikkan kata-kata motivasi. Saya meyakini fisiknya memang tidur,
tetapi jiwanya tidak tidur.
Adapun diantara dialog kami misalnya:
“Po, sholat itu tiket untuk masuk surga lho...maukan
sayang-sayangan sama Umi di surga?”
Atau begini:
“Po kalau sholatnya bener itu, doa dan keinginan
akan lebih mudah dikabulkan.”
Mungkin penjelasan ini masuk juga ke fikirannya. Sudah
beberapa pekan ini ia rajin pergi ke masjid, setidaknya sholat maghrib. Di
rumah juga sholat dengan tertib baik sendiri maupun berjamaah.
Apakah ada hubungannya dengan keinginannya agar
internet wifi di rumah dihidupkan lagi...entahlah.
Kemarin siang ia bercerita.
"Umi tadi aku berdoa terus dikabulkan..."
kata Revo yang akhir-akhir ini sudah sholat dengan bener.
Bener minimalnya seluruh bacaan yang wajib dan sunah dibaca dari takbir sampai salam. Seluruh gerakan dilakukan tanpa menengok atau melirik. dan bacaan favoritnya surat Al-Ghoshiyah dan Al Fajr.
"O ya doamu apa?"
"Aku berdoa agar skorku tinggi dan skorku memang paling tinggi."
Memang Revo dapat skor tertinggi saat olah raga melempar sasaran.
"Aku berdoa agar skorku tinggi dan skorku memang paling tinggi."
Memang Revo dapat skor tertinggi saat olah raga melempar sasaran.
"Alhamdulillah...kalau sholatnya bener doanya
in sya Allah dikabulkan..."
kataku sambil menghadiahi pelukan dan ciuman.
kataku sambil menghadiahi pelukan dan ciuman.
"Kalau Umi kok doanya ada yang belum dikabulkan....?"
Ia menyeletuk mengagetkan. Maksudnya Uminya kalau sholat bener, tapi doanya tidak dikabulkan.
"Apa ya...?" tanyaku mencari arah
pembicaraannya.
"Itu Umi kan selalu berdoa agar aku lupa pada game...aku enggak lupa-lupa...hehe aku masih seneng main game..."
"O iya soalnya kamu terus berdoa ya biar tetep bisa main game...?" Revo mengiyakan sambil cekikikan.
"Itu Umi kan selalu berdoa agar aku lupa pada game...aku enggak lupa-lupa...hehe aku masih seneng main game..."
"O iya soalnya kamu terus berdoa ya biar tetep bisa main game...?" Revo mengiyakan sambil cekikikan.
"Mungkin Umi itu kebanyakan doa...jadi yang
dikabulkan sudah banyak..." kata Revo..Gantian saya yang terbahak dengan
analisanya.
"Kalau aku kan doanya cuma satu jadi langsung dikabulkan...."
Haha...aku makin tergelak. Ada-ada saja.
"Kalau aku kan doanya cuma satu jadi langsung dikabulkan...."
Haha...aku makin tergelak. Ada-ada saja.
Memang saya terkadang mengeraskan doa dan harapan
kebaikan untuk Revo selepas kami sholat atau kalau akan tidur.
Misal doa saya:
"Ya Allah jadikan Revo anak solih, rajin mengaji, rajin sekolah, sayang keluarga. Lupa sama game dan internet..."
"Ya Allah jadikan Revo anak solih, rajin mengaji, rajin sekolah, sayang keluarga. Lupa sama game dan internet..."
Dan Revo akan menimpali doaku.
"Ya Allah jadikan aku tetep seneng sama game dan internetnya bisa hidup..."
"Ya Allah jadikan aku tetep seneng sama game dan internetnya bisa hidup..."
Walaupun sebagian doa kami bertentangan tetapi kami
tetap berpelukan dan tertawa-tawa.
Memang sudah berbulan-bulan speedy di rumah
dimatikan dan saya tak pernah online di hadapan Revo. Saya ngenet menggunakan
PC hanya jika Revo sekolah atau Revo sudah tidur.
Revo menjalankan diet internet dan diet game untuk
mengembalikan aktivitas yang lebih sehat dan terarah.
Game di mana saja |
Kemarin Revo berkata:
"Umi, sepertinya doanya umi sekarang dikabulkan..."
"Doa apa Po?"
"Doa agar aku lupa sama game...aku berhari-hari enggak main game dan aku tetap senang-senang..."
"Alhamdulillah..." Aku memeluknya senang.
"Umi, sepertinya doanya umi sekarang dikabulkan..."
"Doa apa Po?"
"Doa agar aku lupa sama game...aku berhari-hari enggak main game dan aku tetap senang-senang..."
"Alhamdulillah..." Aku memeluknya senang.
"Sekarang kamu bantu doanya terus berlanjut
ya...kamu juga doa agar lupa sama game..."
"Iya aku bantu doanya..."
Dan kami berpelukan lagi. Banyak pelukan...banyak ciuman, itu terapi cinta untuk Revolusi.
"Iya aku bantu doanya..."
Dan kami berpelukan lagi. Banyak pelukan...banyak ciuman, itu terapi cinta untuk Revolusi.
Semoga seterusnya
ya Allah, jauhkan putraku ini dari game dan pengaruh negatif dunia maya. Amiin.
Perjuangan masih panjang. Setidaknya Revo bertambah keyakinannya tentang berdoa. Eh kita orang tua harus makin yakin ya pada kekuatan doa.
Revo yang pintarrrrr ....... :)
ReplyDeletemohon doanya mbak nana...agar jadi anak solih.amiin
DeleteAmiiin ya robbal'alamiin...
Deleteamiinn. Aku tuh kagum sama bu ida ttg caranya menangani anak2 ...terus menulis ya bu #aku tak nyontek ilmunya buat dipraktekin ke anakku hehe
Deletenice share bu ida.. jazakillah..
ReplyDeletemakasih sudah mampir mak
DeleteRevo pandaiii...games memang menjadi persoalan buat kita ya mak...tidak mudah memang untuk menyeimbangkannya...tapi aku suka dengan pendekatan mak Ida :)...and it works..
ReplyDeletewaah dapat tamu dari jauuuh
DeleteAs always : inspiring bgt.. Nice share Bu Ida.. Jd mnunggu2 tulisan Bu Ida slnjutnya. Btw, slm ini jd silent admirer, br x ini komen..hehe...
ReplyDeleteMakasih mbak Ana
Delete