Ayah bunda,
sesungguhnya ancaman bullying bisa
terjadi kepada siapa saja dan kapan saja. Ia bisa menimpa anak dalam berbagai
usia dan jenjang study. Bahkan sampai strata mahasiswa sekalipun. Bukankah kita
bersama telah banyak menyimak beritanya di berbagai media. Iih kadang syerem-syereem sampai meminta korban
jiwa...hiii....
Demikian
pula pelaku bullying, bisa dari
berbagai kalangan. Kadang terjadi kasus berantai dimana pelaku bullying di suatu tempat, sebenarnya
adalah korban di tempat yang lain.
“Bullying tidaklah sama dengan occasional conflict atau
pertengkaran biasa yang umum terjadi pada anak. Konflik pada anak adalah normal
dan membuat anak belajar cara bernegosiasi dan bersepakat satu sama lain.
Bullying merujuk pada tindakan yang bertujuan menyakiti dan dilakukan secara
berulang. Sang korban biasanya anak yang lebih lemah dibandingkan sang pelaku.”
Adapun
definisi bullying sudah saya kutip di
postingan pertama di sini.
Sekarang saya
mulai dari tindakan yang dikategorikan sebagai bullying.
Ada bullying secara verbal, adalah memanggil
dengan panggilan yang buruk, menghina, merendahkan atau mengolok-olok,
mempermalukan di depan orang banyak.
Kemudian
yang tergolong bullying secara psikis
yaitu intimidasi, pelecehan, pengucilan.
Melakukan
pemalakan, pengompasan atau perampasan barang.
Juga yang
tergolong dalam kekerasan fisik seperti memukul, menjambak, menendang, mencekik, menyuruh melakukan hal-hal yang
tidak pantas, tidak disukai atau memalukan.
Sebagai orang tua, saya
ajak anda untuk mengenari ciri-ciri anak yang menjadi korban bullying. Dengan
bersegera mengenali cirinya, maka kita bisa segera mengelola masalah ini sedini
mungkin sejak dimulainya. Korban bullying kebanyakan merasakan tekanan yang
membuatnya takut untuk melaporkan apa yang dialaminya, seperti yang terjadi
pada anakku.
Ciri-ciri yang harus diperhatikan di antaranya:
1. Enggan untuk pergi sekolah
2. Sering sakit secara tiba-tiba
3. Mengalami penurunan nilai
4. Barang yang dimiliki hilang atau rusak
5. Mimpi buruk atau bahkan sulit untuk terlelap
6. Rasa amarah dan benci semakin mudah meluap dan meningkat
7. Sulit untuk berteman dengan teman baru
8. Memiliki tanda fisik, seperti memar atau luka
1. Enggan untuk pergi sekolah
2. Sering sakit secara tiba-tiba
3. Mengalami penurunan nilai
4. Barang yang dimiliki hilang atau rusak
5. Mimpi buruk atau bahkan sulit untuk terlelap
6. Rasa amarah dan benci semakin mudah meluap dan meningkat
7. Sulit untuk berteman dengan teman baru
8. Memiliki tanda fisik, seperti memar atau luka
Dengan kita
secara rutin mengajak anak mengobrol, memperhatikan fisiknya, mengikuti
kemajuan akademisnya serta sesekali sidak isi tas dan isi lemarinya, kita akan
segera mengenali apakah ‘terjadi sesuatu’ yang tidak biasa pada anak kita.
Saya sendiri
agak terlambat menyadari, sudah beberapa bulan kasus menimpa anakku, dan baru
terungkap setelah efeknya memuncak. Saya teliti diantara sebabnya karena saya tak pernah berfikir bahwa bullying menjadi penyebab anak sering
sakit. Tak pernah menyangka bahwa terjadi hal yang “tak masuk akal’ pada anak
saya. Namun bukankah itu tetap terjadi?
Jangan
meniru saya ya, yang selalu berprasangka baik pada semua orang dan teman-teman
anakku sehingga menilai sebab sakit hanya dari aspek medis semata.
Kesalahan
kami sebagai orang tua kami juga tidak
pernah membekali anak pengetahuan dan ketrampilan menghadapi kekerasan dari
temannya. Hal ini dikarenakan kami merasa selalu memilih tempat-tempat yang
baik untuk sekolah anak-anak.
Naah kalau
saya rangkum, bagaimana sikap orang tua terhadap kasus bullying, saya bagi
dalam tiga tahap.
Pertama
pencegahan, kedua jika mengalami, ketiga evaluasi dan recovery.
Untuk tahap pertama, ini yang penting. Orang
tua sebaiknya selalu membina hubungan persahabatan dengan anak secara kontinu.
Dengan komunikasi yang intens dan setiap hari, maka orang tua akan mudah
mengenali jika ada ‘perubahan’ ke arah yang negatif pada anaknya baik pada
aspek fisik maupun mental.
Selain itu
perlu orang tua membekali anak dengan sikap yang harus dilakukan anak saat
mengalami bullying atau melihat
peristiwa. Misal saat dialog anak menceritakan peristiwa yang terjadi pada
temannya. Kita bisa bertanya, “Kalau kamu yang dibegitukan, apa yang akan kamu
lakukan?”
Atau “Saat
kamu melihat peristiwa itu, seharusnya apa yang kamu lakukan?”
‘Pesannya’
adalah anak mengetahui bahwa bullying
itu tindakan yang salah dan tak dapat dibiarkan, lalu anak berani untuk membuat
laporan kasus kepada fihak terkait, dan jika ia mengalami, ia harus percaya
bahwa orang tuanya adalah orang yang layak untuk dipercayainya.
Membina
komunikasi dengan guru dan fihak sekolah juga menjadi hal yang penting agar
penangan dapat lebih utuh. Saya juga suka berteman dengan teman-teman anak
saya, karena dari mereka juga kita bisa mengetahui lebih banyak hal dari
pergaulan anak. Lebih baik lagi jika berteman dengan orang tua anak-anak kita.
Kedua, jika terjadi bullying pada anak kita.
Jika kita melihat
ciri-ciri korban bullying pada anak
kita, maka tanyakan dengan cara yang
tepat pada anak. Bisa juga komunikasi ke guru dan temannya untuk melengkapi
data. Jika anak belum juga mau mengaku apa yang sebenarnya terjadi, orang tua
harus terus melakukan pendekatan hingga segala sesuatunya menjadi lebih jelas.
Jika memang terbukti telah terjadi, libatkan pihak sekolah untuk menyelesaikan.
Terus dampingi anak untuk meminimalisir
dampak psikis.
Saya
akhirnya memindahkan sekolah anak, atas permintaan dia sendiri, untuk ia dapat
merasakan semangat bersekolah lagi. Ini pilihan terakhir yang dikomunikasikan
dengan anak. Namun jangan sampai mudah mengambil keputusan pindah sehingga
harus beberapa kali pindah sekolah. Anak kita juga perlu dikuatkan bahwa ia tidak
selalu harus meninggalkan sekolahnya untuk menyelesaikan problem itu. Anak
harus juga diajari untuk berani menghadapi masalah. Jadi orang tua ikut
mengukur seberapa berat problem sehingga dapat mengambil tindakan yang tepat.
Pada tekanan
psikis yang berat, mungkin diperlukan peran konseling profesional untuk
pemulihan. Pada kasus yang telah mengarah pada kriminal, bisa saja dibawa ke
yang berwajib.
Orang tua
lebih mengevaluasi lagi hubungannya dengan anak. Jangan sampai lengah dan
terulang untuk kedua kalinya. Terus membina hubungan dengan sekolah dan
teman-teman anak. Memantau kesehatan fisik dan psikis anak agar semua trauma
dapat dituntaskan. Berbagi cerita dengan sesama orang tua tanpa maksud
menyebarluaskan keburukan adalah yang cukup membantu bagi orang tua lain agar
mereka tidak mengalami hal yang sama.
Ah kira-kira
baru begitu yang dapat saya bagi...
Adapun
jawaban untuk petanyaan: “Bagaimana jika anak kita yang menjadi pelaku bullying...?”
Siapa yang
bisa jawab?
Ntar saya
mengumpulkan dulu referensi karena belum pernah mengalami yang serius. Kalau di
rumah dengan banyak anak, mereka memang kadang bercanda berlebihan yang kadang
berasa bullying secara verbal. Namun
ini bukan referensi utama. So, sekian saja ya, semoga bermanfaat.
Saya mohon
maaf jika ada fihak yang merasa tercemarkan nama baiknya. Bukan maksud saya
demikian. Saya juga berterimakasih untuk semua pembaca dan pemberi respon dari
postingan 1-7. Tanpa pembaca postingan ini tak ada artinya.
Sekali lagi
terimakasih dan mari saling mendoakan untuk kebaikan anak-anak kita, generasi
muda Indonesia yang dipundak mereka kita berharap estafeta kepemimpinan negeri
ini.
Bahan bacaan:
Senang jika anak kita bisa bersikap peduli seperti di sini. Klik.
Mak, kayaknya aku harus mulai dari edisi pertama ya. Kasus yg menarik dan pasti gk gampang menghadapinya.
ReplyDeleteyuuk mak Donna...tapi jangan pusing ya...
DeletePas pertama baca penasaran, karena anaknya sudah besar, dan kupikir masa sih anak sebesar itu ngga bilang kalo dibully teman. Tapi pas ngikutin ceritanya, akhirnya saya ngerti. Memang ga mudah buat anak untuk cerita, dan ga mudah juga buat orgtua utk menyikapinya. Makasih mak untuk sharingnya, bermanfaat sekali. Semoga para orangtua, anak dan sekolah tambah aware dengan kasus bullying seperti ini
ReplyDeletemakasih mak
DeleteAnakku.. jg koeban bullying mak.. perlengkapan sekolahnya seriing banget ilang. Hiks...
ReplyDeleteTFS mak, aku dapet ilmu baru dari sini
iya mak nurul sama-sama
Deletebermanfaat sekali mak...
ReplyDeletemakasih mak enci
DeleteSedih ya Mak. Anak orang lain saja mengalami hal seperti ini, saya ikut sedih. Mudah2an tidak dialami anak saya. Eh, anak sulung saya pernah sebenarnya waktu SD. Ada kakak kelas, beberapa tahun di atasnya bberapa kali meremas - maaf - kemaluannya tapi untung suami saya pernah melihatnya. Jadi suami memperhatikannya dengan lebih ketat dan untungnya akhirnya anak itu tamat.
ReplyDeleteKalo sama yang tengah, baru kelas 1 SD, sy mulai kasih bekal spt ini ... kan teman2nya ada yang suka nyuruh2 seenaknya, suka tiba2 kasih uang. Sy bilang jangan mau kalo disuruh2, kamu kan bukan pembantunya si A. Bilang sama dia, bahwa dia tidak boleh seenaknya nyuruh2 kamu. Kalo dikasih uang jangan mau karena suatu saat kamu harus ngasih uang juga sama dia. Kalo dia maksa minta barangmu, jangan mau, kalau perlu marahi. Yaa .. menurut saya anak2 perlu sesekali diajar galak sama temannya, Mak :D
Anak2 sy, si sulung dan si tengah cenderung nurut saja sama teman2nya. Kalo sy dulu, sejak kelas 1 SD galak, padahal aslinya saya pendiam, pemalu. Tapi kalo ada yg memperlakukan saya seenaknya seperti mengambil barang2 saya, saya galak dan jadi gak takut walau itu anak cowok sekali pun. Sejak kelas 1 SD sampe kelas 1 SMA, kalo saya sebel sama teman cowok yang suma ambil barang saya, saya datangi, saya omeli, dan saya cubit sekeras2nya hihihi ..
Makasih colekannya Mak ... benar, ini harus jadi perhatian khusus kita. Kasihan anak2 kalo mengalami hal ini ... alhamdulillah masalah dengan anaknya mak Ida teratasi ya
makasih sharingnya mak Mugniar. Itulah mungkin kami nih kurang membekali anak untuk bersikap saat menghadapi bullying. semoga anak-anak kita menjadi anak yang baik ya mak. sudah sehatkah?
DeleteSaya sering menyimak cerita anak saya. Memang berat pergaulan anak sekarang. Banyak yang "mentang". Semoga bisa selalu menjadi sahabat anak2 supaya mereka bisa cerita2. Nice post mak :)
ReplyDeletemakasih mak Lusi...semoga asap tidak berpengaruh pada kesehatan anak2 di tempat mak Lusi
Deletememang perhatian ortu sangat dibutuhkan ya mak,,apalagi zaman sekarang adalah zaman yg luar biasa,,apa-apa bisa saja mungkin,,,yg dibutuhkan memang sebuah pengawasan dan bagaimana kita bersikap bijak terhadap mereka,,,
ReplyDeletebetul banget mak...kudu waskat dengan cara yang bijak tanpa kesan interogasi
Deletedulu waktu sekolah aku sering melihat teman2 yg melakukan bullying, biasanya anak orang kaya. Ternyata luar biasa ya dampaknya... pelajaran berharga untuk anakku niy bu...
ReplyDeletemakasih bunda Kanaya.
Deleteserem juga ya mbak ,jadi was-was saya sama anak-anak
ReplyDeleteiya mama CalVin...saling doa ya
DeleteBiasanya mereka juga suka jd sering melamun,tertutup,was-was dan menyendiri...tdk spt biasanya mak Ida...dr pengalaman teman sy yg prnh jd guru BP mak...
ReplyDeletemakasih tambahannya mak Irowati
Deleteanak sy TK umur 5 th sering ga mau sekolah krn dinakali teman2nya. waktu sy tanya siapa yg nakalin n sy sebut nama satu per satu, trnyt semua teman laki dianggap nakalin. teman perempuan baik semua. ada mmg yg suka nggangguin anak sy itu mak. ya dr dorong2an meja, lempar alat tulis anak sy, nyoret2 buku/kerjaan anak sy. itu termasuk bullying ga sih mak?
ReplyDeletebetul mak, jika terus menerus dan menjadi tekanan psikis dan kerugian bagi anak. kita ajri juga anak untuk tegas dan kuat mak
DeleteAkhirnya tuntas membaca 7 episode. Sebagai ibu yang memiliki sepasang anak beranjak usia remaja, tulisan Mak Ida sangat mencerahkan. Saya jadi mengevaluasi diri, sudahkan saya membangun komuniasi yang nyaman dan kontinyu dengan kedua anak saya? Akankah saya bisa bersikap tenang jika mengetahui mereka di bully? Banyak yang harys saya benahi dalam diri agar bisa mengantisipasi aktifitas dan pergaulan edua anak saya. terima kasih Mak
ReplyDeletemakasih mak ica
DeleteJadi ingat pengalaman sulung saya waktu masih TK, Mak :( TFS ya
ReplyDeletehampir semua anak pernah mengalami ya, hanya ada yang berlanjut, ada yang tidak mak.
DeleteTulisan yang sangat bermanfaat, mak Ida. Terimakasih. Jadi PR buat orangtua untuk menjalin komunikasi yg baik dg anak2nya, membentuk mereka mjd anak2 yang kuat dan tegas (*catatan buat aku sendiri).
ReplyDeleteMakasih kunjungannya mak dwina, yuuk saling mendoakan
DeleteBaru tamat baca episode 1-7 kasuk Bully ini Mb, terima kasih sharingnya.
ReplyDeleteSaya tahu tak mudah menghilangkan 'rasa sedih' apalagi Mb Ida sudah melakukan tugas sebagai ibu dengan sebaik2nya.
Semoga dengan ditulisnya kisah ini bisa kami ambil pelajarannya agar anak-anak tak mengalami kasus serupa.
Terima kasih banyak mb, salam dari Palembang :)
salam kembali dari Jogja. makasih mak sudah berkunjung. rupanya hingga hari ini terus terjadi kasus bullying....bahkan membawa korban meninggal.
DeleteAsalammualikum
ReplyDeleteSalam kenal juga mak.
Tulisannya ini sangat mencerahkan dan sangat jarang yang mengupas topik bulying
Mudah mudahan bermanfaat bagi masyarakat pembaca blog ini.
Terima kasih dan sukses selalu ya mak Ida
Wasalam
makasih kunjungannya. alhamdulillah semoga memang membawa manfaat, amiin
DeleteBaru tau saya buk
ReplyDeleteHehehe
:)
Minta komentar nya .. sekalian follow juga boleh
http://resepberbagaikueenak.blogspot.com/2014/07/cara-membuat-kue-pastel.html
okee...
DeleteNgga ngira ya sekolah favorit ternyata tidak menjamin bersih dari geng? Saya yg dulu SMA di boarding school gratis di Magelang dahulu ngga bisa paham mengapa banyak orangtua di kota besar (baca: Jakarta) bela-belain milih sekolah saya di kaki lembah Tidar? Alasan yg saya dengar antara lain untuk menghindari narkoba, untuk menghindari anak2 nakal (baca: geng), ya intinya supaya anak bisa sekolah dg steril. Ternyata yg ditakutkan yg begini ya barangkali? Serem ya pergaulan remaja skg? Saya sebelumnya ngga terbayang sampai akhirnya baca kisah dari ustadzah ini... anak saya lelaki 3 orang skg masih preschool semua, ini kisah yg baik buat bekal saya nanti.. syukron ustadzah :))
ReplyDeleteiya makasih atas kunjungannya.
DeleteHiks :'( baru baca ini umi... tapi salut buat anak umi yang bisa move on..
ReplyDeleteAku move on nya lama mi..
Dulu waktu aku TK sering dicubitin temen sebangku & pas SD pernah dipalakin sama temen sekelas tiap jam istirahat, pernah jg diambil paksa tugasku karena ada temen yg mau nyontek..
sadar2 kalo itu adalah tindak bullying setelah aku gede..jd kaya ada ketakutan sama orang2. bahkan kalo ada di tempat rame atau forum dimana Q gk bisa ngobrol/sosialisasi dgn orang lain sewajarnya, ujungnya malah pusing & mual.. normal gak sih mi ?
iya begitulah...moga dimudahkan dalam membersamai anak-anak ya
Delete