Oleh: Ida Nur Laila
Membaca berita tentang kekerasan di kalangan para pelajar, baik di media
cetak atau pemberitaan di sosmed dan televisi, seringkali membuat miris. Namun
siapa sangka jika itu menimpa anak kita sendiri...?
Eh sebenarnya apa itu bullying?
Saya kutipkan dari sini ya.
“Definisi bullying
merupakan sebuah kata serapan dari bahasa Inggris. Istilah Bullying belum
banyak dikenal masyarakat, terlebih karena belum ada padanan kata yang tepat
dalam bahasa Indonesia (Susanti, 2006). Bullying berasal dari kata bully yang
artinya penggertak, orang yang mengganggu orang yang lemah.
Beberapa istilah dalam bahasa Indonesia yang seringkali
dipakai masyarakat untuk menggambarkan fenomena bullying di antaranya adalah
penindasan, penggencetan, perpeloncoan, pemalakan, pengucilan, atau intimidasi
(Susanti, 2006).”
Gambar pinjam dari sini |
***
Episode Umrah
Kutulis ini, setelah menanti lebih
dari 10 bulan, menunggu hatiku reda dan tak lagi menangis saat mengingatnya.
Juga untuk memastikan pada hatiku sendiri bahwa anakku adalah anak baik yang
hanya menjadi korban.
Sekitar bulan Maret 2013, saya,
ibu dan putraku si nomer tiga berangkat umrah selama 10 hari. Menjelang hari
keberangkatan, anakku ini masih sibuk dengan acara di sekolahnya. Sabtu-Ahad
kebetulan ia mengampu sebagai ketua panitia pelaksana rekrutmen dan upgrading
anggota baru gerakan anti narkoba di sekolahnya. Mereka menginap di kawasan
wisata bersama ibu guru BP sebagai pembina.
Senin pagi saya menitip surat ijin
ke Sekolah agar ia sampaikan perihal keberangkatan kami ke tanah suci. Rencana
kami berangkat hari Rabu, jadi Selasa kuminta dia untuk sudah ijin agar bisa
melakukan persiapan dengan baik. Aku memintakan ijin selama 14 hari, sekalian agar
sekembalinya dari tanah suci, ia bisa rehat barang 2-3 hari.
Selama di tanah suci, luar biasa
bersemangat anakku ini. Sejak awal kusampaikan agar ia tidak menyia-nyiakan
kesempatan umrah. Tidak setiap orang berkesempatan umrah di masa muda, pada
usianyanya yang baru 16 tahun. Kupesankan untuk menjaga kesehatan, menghatamkan
Alqur’an minimal satu kali, syukur bisa dua kali.
Saya juga meminta dia berhenti
berhubungan dengan dunia maya, jadi tak perlu bawa hp dan sebangsanya. Kami
membawa ipad yang saya gunakan untuk menulis catatan dan memotret saja. Saya
sendiri memutus hubungan dengan dumay dan dia berjanji tidak menyentuhnya untuk
bermain game.
Anakku sungguh berani, seringkali
ia pergi sendirian ke Masjidil Haram, sekalipun jarak hotel dengan masjid sekitar
400m, seolah ia tak pernah capek berusaha 5 kali sehari menjalankan shalat
jamaah di masjid. Kadang bahkan tanpa membawa tanda pengenal dan uang saku
sepeserpun. Jika haus ia meminum air zam-zam. Tiga kali ia kehilangan sandal
karena lupa membawa masuk ke dalam masjid.
Mekkah sedang mengalami
pembangunan dan penggempuran bukit serta bangunan, terkait dengan perluasan
Masjidil Haram, bisa dibayangkan bahwa debu merajalela dimana-mana. Putraku ini
pula catatan dimana ia alergi debu dan beberapa jenis makanan. Juga saat
kelelahan, sesak nafasnya acapkali kambuh. Maka saya sangat berhati-hati
menjaga kesehatannya. Tak lupa obat dan suplemen lengkap tersedia.
Mungkin karena kegembiraan ibadah
dan berkah air zam-zam, Allah
mengabulkan doa kami agar kami semua selalu sehat dan dimudahkan dalam ibadah.
Beberapa kali ia menangis saat ustdz pembimbing memberikan renungan dalam
siraman ruhani. Aku bersyukur punya putra yang baik dan cerdas, ia adalah anak
lelaki terbesar yang kelak akan memikul beban melindungi saudara perempuannya
dan anak istrinya.
Sebenarnya biaya umrah untuk dia
adalah hadiah dari seorang ustadz. Dalam sebuah acara pengajian remaja, seorang
ustadz membagikan 6 door prize umrah untuk anak-anak yang bisa menjawab
pertanyaannya. Pertanyaannya sederhana seperti: Berapa jumlah pulau di
Indonesia? Siapa nabi yang pernah hampir mengelilingi dunia, dan beberapa kisah
dari sejarah Islam, serta menebak ayat dan surat yang beliau baca. Anakku satu
dari yang mengangkat jari untuk bisa menjawab pertanyaan, dan sebenarnya yang
dijawabnya adalah sangat sepele, namun diluar dugaan.
Saat itu Ustadz bercerita tentang
pentingnya menjaga kesehatan dan latihan fisik bagi generasi muda untuk menjadi
seorang pemimpin. Indonesia sangat membutuhkan generasi muda yang sehat kuat
jasmani dan ruhani untuk mengelola kekayaan alam yang luar biasa tersebar di
ribuan pulau. Lantas beliau bertanya:
“Jika saat ini di umur saya lima
puluh tahun, saya kuat push up 50 kali, berapa kali saya kuat push up di masa
saya muda seumuran kalian?”
Banyak yang mengacungkan tangan
dan menjawab sekenanya dan ajaibnya, anakku menjawab dengan presisi.
“Dua ratus kali...!” dan ustadz
mencatat nama anakku untuk mendapat hadiah umrah.
Kebetulan? Keberuntungan?
Tidak, menurutku itu adalah taqdir
kebaikan yang dijemputnya dengan usaha. Ada 300 anak lelaki dan perempuan,
namun tidak semuanya mau berusaha mengangkat tangan menjawab pertanyaan.
Sekalipun iming-iming hadiahnya umrah. Padahal jika salah menjawab juga tidak
dikenai denda apapun.
Anakku juga tergolong rajin
beribadah. Di bulan Ramadhan ia bisa menghatamkan Alqur’an 5-6 kali dalam
sebulan. Jadi, itu adalah rejekinya atas apa yang telah ia lakukan selama ini.
Sebenarnya Ustadz juga menawarkan
apakah hadiah akan diambil dalam bentuk uang cash Rp.20.000.000,- atau menunggu pada tanggal yang beliau koordinir
untuk memberangkatkan ratusan anak dari seluruh Indonesia yang beliau hadiahi
umrah atas berbagai prestasi mereka.
“Diambil uang saja dik, ntar kamu
bisa beli macam-macam, atau kita bisa liburan sekeluarga ke Bali...” bujuk
kakaknya. Si Nomer tiga tak bergeming.
“Ngapain? Aku kan juga pengin
umrah, belum tentu Umi Abi bisa membiayai umrah aku dalam waktu dekat. Apalagi
jika dengan uangku sendiri”
Karena pertimbangan kesehatan
anakku yang tak mungkin pergi tanpa pendampingan intensif dalam masalah
kesehatan, maka kuambil hadiah itu dalam bentuk uang cash, tetapi kugunakan untuk memberangkatkan ia ke tanah suci.
Dalam misi menemani dia dan ibu saya inilah, saya juga menguras tabungan untuk
bisa beli satu kursi. Ajaib ya, asal-usul biaya perjalanan ibadah ini.
Singkat cerita, semua ibadah kami
jalani dengan lancar baik saat di Mekkah maupun di Madinah. Hingga kepulangan
kami. Ia tak jatuh sakit, atau sesak nafas hebat. Hanya kalau capek, sedikit mengeluh
sesak dan selesai dengan ventolin turbuheler.
Mengejutkan bahwa putraku mulai
sesak nafas setibanya di Bandara Soeta, Jakarta. Saat itu kupikir hanya karena
kelelahan yang menumpuk. Sungguh aku tak berfikir ada sebab yang lain.
Sebab yang
nantinya membuatku pusing tujuh keliling.
Yang penasaran sebabnya baca di sini : http://ida-nurlaila.blogspot.com/2014/03/anakku-korban-bullying-2.html
(bersambung)
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteMak Ida, itu koq uangnya Rp. 20.000 sih, apakah memang betul segitu? ;) udah kayak editor aja ya aku Mak :D
ReplyDeletehihi makasih mak uniek...udah tak ralat deh 29 jt. salam kangeen untuk pragawati amatir yang cetar ini
DeleteAnak yang sholeh dan cerdas tentu menjadi kebanggaan orang tua ya mbak.. Tentu akan sangat sedih jika terjadi sesuatu yg tak mengenakkan. Semoga keluarga mbak selalu dilimpah kasihNya.
ReplyDeleteamin makasih doanya
DeletePenasaran bu ..
ReplyDeleteSoalnya judulnya ttg bulying. Dan saya lagi sangat perhatian ttg ini :)
Ditunggu bu sambungannya :)
okee siap
DeleteMenunggu kelanjutannya # kepo bangeeet
ReplyDeleteKepo di sini gratis mak, makasih ya udah nengokin
Deletepenasaran kelanjutannya :)
ReplyDeletehihi sungguh mati aku tak ingin bikin penasaran mak
DeleteWah mak Ida bisa aja nih..bikin penasaran :p belum ada cerita bullyingnya soalnya.. hehe.. Ditunggu kelanjutannya mak.. :)
ReplyDeleteudah keluar mak...tuh udah tayang
DeleteMasyaAllah... sungguh rezeki yg tak terduga ya mba...
ReplyDeletedunia berputar
Deletesubhanallah.....memang Allah memberikan rezeki tak pernah diduga ya mak ida
ReplyDeletebanyak rejeki yang kita bahkan tak tahu mak
Deletesaya juga dulu pernah jadi korban bullying, mak...:( sama teman cowok yang nakal banget di SD ku. tapi alhmadulilah gak lama, dan trauma itu dah hilang. makasih sharenya, ya mak...teruslah menginspirasi...
ReplyDelete