Wednesday, March 12, 2014

Anakku Korban Bullying (1)_


Oleh: Ida Nur Laila

Membaca berita tentang kekerasan di kalangan para pelajar, baik di media cetak atau pemberitaan di sosmed dan televisi, seringkali membuat miris. Namun siapa sangka jika itu menimpa anak kita sendiri...?

Eh sebenarnya apa itu bullying? Saya kutipkan dari sini ya.

“Definisi bullying merupakan sebuah kata serapan dari bahasa Inggris. Istilah Bullying belum banyak dikenal masyarakat, terlebih karena belum ada padanan kata yang tepat dalam bahasa Indonesia (Susanti, 2006). Bullying berasal dari kata bully yang artinya penggertak, orang yang mengganggu orang yang lemah.

Beberapa istilah dalam bahasa Indonesia yang seringkali dipakai masyarakat untuk menggambarkan fenomena bullying di antaranya adalah penindasan, penggencetan, perpeloncoan, pemalakan, pengucilan, atau intimidasi (Susanti, 2006).”
Gambar pinjam dari sini 

***
Episode Umrah 

Kutulis ini, setelah menanti lebih dari 10 bulan, menunggu hatiku reda dan tak lagi menangis saat mengingatnya. Juga untuk memastikan pada hatiku sendiri bahwa anakku adalah anak baik yang hanya menjadi korban.


Sekitar bulan Maret 2013, saya, ibu dan putraku si nomer tiga berangkat umrah selama 10 hari. Menjelang hari keberangkatan, anakku ini masih sibuk dengan acara di sekolahnya. Sabtu-Ahad kebetulan ia mengampu sebagai ketua panitia pelaksana rekrutmen dan upgrading anggota baru gerakan anti narkoba di sekolahnya. Mereka menginap di kawasan wisata bersama ibu guru BP sebagai pembina.

Senin pagi saya menitip surat ijin ke Sekolah agar ia sampaikan perihal keberangkatan kami ke tanah suci. Rencana kami berangkat hari Rabu, jadi Selasa kuminta dia untuk sudah ijin agar bisa melakukan persiapan dengan baik. Aku memintakan ijin selama 14 hari, sekalian agar sekembalinya dari tanah suci, ia bisa rehat barang 2-3 hari.

Selama di tanah suci, luar biasa bersemangat anakku ini. Sejak awal kusampaikan agar ia tidak menyia-nyiakan kesempatan umrah. Tidak setiap orang berkesempatan umrah di masa muda, pada usianyanya yang baru 16 tahun. Kupesankan untuk menjaga kesehatan, menghatamkan Alqur’an minimal satu kali, syukur bisa dua kali.

Saya juga meminta dia berhenti berhubungan dengan dunia maya, jadi tak perlu bawa hp dan sebangsanya. Kami membawa ipad yang saya gunakan untuk menulis catatan dan memotret saja. Saya sendiri memutus hubungan dengan dumay dan dia berjanji tidak menyentuhnya untuk bermain game.

Anakku sungguh berani, seringkali ia pergi sendirian ke Masjidil Haram, sekalipun jarak hotel dengan masjid sekitar 400m, seolah ia tak pernah capek berusaha 5 kali sehari menjalankan shalat jamaah di masjid. Kadang bahkan tanpa membawa tanda pengenal dan uang saku sepeserpun. Jika haus ia meminum air zam-zam. Tiga kali ia kehilangan sandal karena lupa membawa masuk ke dalam masjid.

Mekkah sedang mengalami pembangunan dan penggempuran bukit serta bangunan, terkait dengan perluasan Masjidil Haram, bisa dibayangkan bahwa debu merajalela dimana-mana. Putraku ini pula catatan dimana ia alergi debu dan beberapa jenis makanan. Juga saat kelelahan, sesak nafasnya acapkali kambuh. Maka saya sangat berhati-hati menjaga kesehatannya. Tak lupa obat dan suplemen lengkap tersedia.

Mungkin karena kegembiraan ibadah dan berkah air zam-zam,  Allah mengabulkan doa kami agar kami semua selalu sehat dan dimudahkan dalam ibadah. Beberapa kali ia menangis saat ustdz pembimbing memberikan renungan dalam siraman ruhani. Aku bersyukur punya putra yang baik dan cerdas, ia adalah anak lelaki terbesar yang kelak akan memikul beban melindungi saudara perempuannya dan anak istrinya.

Sebenarnya biaya umrah untuk dia adalah hadiah dari seorang ustadz. Dalam sebuah acara pengajian remaja, seorang ustadz membagikan 6 door prize umrah untuk anak-anak yang bisa menjawab pertanyaannya. Pertanyaannya sederhana seperti: Berapa jumlah pulau di Indonesia? Siapa nabi yang pernah hampir mengelilingi dunia, dan beberapa kisah dari sejarah Islam, serta menebak ayat dan surat yang beliau baca. Anakku satu dari yang mengangkat jari untuk bisa menjawab pertanyaan, dan sebenarnya yang dijawabnya adalah sangat sepele, namun diluar dugaan.

Saat itu Ustadz bercerita tentang pentingnya menjaga kesehatan dan latihan fisik bagi generasi muda untuk menjadi seorang pemimpin. Indonesia sangat membutuhkan generasi muda yang sehat kuat jasmani dan ruhani untuk mengelola kekayaan alam yang luar biasa tersebar di ribuan pulau. Lantas beliau bertanya:
“Jika saat ini di umur saya lima puluh tahun, saya kuat push up 50 kali, berapa kali saya kuat push up di masa saya muda seumuran kalian?”

Banyak yang mengacungkan tangan dan menjawab sekenanya dan ajaibnya, anakku menjawab dengan presisi.
“Dua ratus kali...!” dan ustadz mencatat nama anakku untuk mendapat hadiah umrah.

Kebetulan? Keberuntungan?
Tidak, menurutku itu adalah taqdir kebaikan yang dijemputnya dengan usaha. Ada 300 anak lelaki dan perempuan, namun tidak semuanya mau berusaha mengangkat tangan menjawab pertanyaan. Sekalipun iming-iming hadiahnya umrah. Padahal jika salah menjawab juga tidak dikenai denda apapun.

Anakku juga tergolong rajin beribadah. Di bulan Ramadhan ia bisa menghatamkan Alqur’an 5-6 kali dalam sebulan. Jadi, itu adalah rejekinya atas apa yang telah ia lakukan selama ini.
Sebenarnya Ustadz juga menawarkan apakah hadiah akan diambil dalam bentuk uang cash Rp.20.000.000,- atau menunggu pada tanggal yang beliau koordinir untuk memberangkatkan ratusan anak dari seluruh Indonesia yang beliau hadiahi umrah atas berbagai prestasi mereka.

“Diambil uang saja dik, ntar kamu bisa beli macam-macam, atau kita bisa liburan sekeluarga ke Bali...” bujuk kakaknya. Si Nomer tiga tak bergeming.
“Ngapain? Aku kan juga pengin umrah, belum tentu Umi Abi bisa membiayai umrah aku dalam waktu dekat. Apalagi jika dengan uangku sendiri”

Karena pertimbangan kesehatan anakku yang tak mungkin pergi tanpa pendampingan intensif dalam masalah kesehatan, maka kuambil hadiah itu dalam bentuk uang cash, tetapi kugunakan untuk memberangkatkan ia ke tanah suci. Dalam misi menemani dia dan ibu saya inilah, saya juga menguras tabungan untuk bisa beli satu kursi. Ajaib ya, asal-usul biaya perjalanan ibadah ini.

Singkat cerita, semua ibadah kami jalani dengan lancar baik saat di Mekkah maupun di Madinah. Hingga kepulangan kami. Ia tak jatuh sakit, atau sesak nafas hebat. Hanya kalau capek, sedikit mengeluh sesak dan selesai dengan ventolin turbuheler.

Mengejutkan bahwa putraku mulai sesak nafas setibanya di Bandara Soeta, Jakarta. Saat itu kupikir hanya karena kelelahan yang menumpuk. Sungguh aku tak berfikir ada sebab yang lain.

Sebab yang nantinya membuatku pusing tujuh keliling.
Yang penasaran sebabnya baca di sini : http://ida-nurlaila.blogspot.com/2014/03/anakku-korban-bullying-2.html

(bersambung)

18 comments:

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. Mak Ida, itu koq uangnya Rp. 20.000 sih, apakah memang betul segitu? ;) udah kayak editor aja ya aku Mak :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. hihi makasih mak uniek...udah tak ralat deh 29 jt. salam kangeen untuk pragawati amatir yang cetar ini

      Delete
  3. Anak yang sholeh dan cerdas tentu menjadi kebanggaan orang tua ya mbak.. Tentu akan sangat sedih jika terjadi sesuatu yg tak mengenakkan. Semoga keluarga mbak selalu dilimpah kasihNya.

    ReplyDelete
  4. Penasaran bu ..
    Soalnya judulnya ttg bulying. Dan saya lagi sangat perhatian ttg ini :)
    Ditunggu bu sambungannya :)

    ReplyDelete
  5. Menunggu kelanjutannya # kepo bangeeet

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kepo di sini gratis mak, makasih ya udah nengokin

      Delete
  6. Replies
    1. hihi sungguh mati aku tak ingin bikin penasaran mak

      Delete
  7. Wah mak Ida bisa aja nih..bikin penasaran :p belum ada cerita bullyingnya soalnya.. hehe.. Ditunggu kelanjutannya mak.. :)

    ReplyDelete
  8. MasyaAllah... sungguh rezeki yg tak terduga ya mba...

    ReplyDelete
  9. subhanallah.....memang Allah memberikan rezeki tak pernah diduga ya mak ida

    ReplyDelete
  10. saya juga dulu pernah jadi korban bullying, mak...:( sama teman cowok yang nakal banget di SD ku. tapi alhmadulilah gak lama, dan trauma itu dah hilang. makasih sharenya, ya mak...teruslah menginspirasi...

    ReplyDelete