Bagian ke 5.
Bullying
“Mengapa kamu tidak
jujur saja sama Umi?”
“Aku takut Umi marah.
Aku merasa tak ada yang bisa menolongku...” Ia mulai terisak lagi.
Kubiarkan ia menyelesaikan isaknya.
“Sebenarnya apa yang kau alami, coba ceritakan dari awal....”
“Aku kan suka makan siang di warung dekat sekolah, suatu ketika
aku tahu sesuatu yang seharusnya aku tidak boleh tahu...” ceritanya
menggantung.
“Apa itu narkoba?” ia menggeleng.
“Semacam rencana buruk. Aku lalu dipaksa ikut. Aku tak mau...sejak
itu aku diancam...”
“Diancam apa?”
“Ya aku diajak pergi ke sekolah lain untuk mempalaki atau
memukuli siswa sekolah lain. Tapi aku tidak pernah mau, kalau aku tidak mau,
aku yang dipalaki dan dipukuli...” Ia mulai terisak lagi. Aku memeluknya.
“Berapa kali kamu dipalaki?” ia mencoba menghitung.
“Ada kalau 6 atau 8 kali...”
“Berapa uang yang diambil?”
“Biasanya berapa yang ada di dompetku, sama SPP terakhir
bulan Maret itu, belum kubayar diambil oleh mereka...makanya aku sering tidak
punya uang dan bawa makanan dari rumah....”
“Trus kalau diancam diapain?”
“Aku dikuntit kalau pulang sekolah, aku sampai lewat
jalan-jalan kampung biar tidak ketahuan. Pernah suatu hari...suatu hari...” Ia
berhenti dan menangis sesenggrukan lebih keras. Aku bersabar menunggunya sambil
menahan jantungku yang seakan akan meloncat keluar.
“Aku dikejar beberapa orang, didorong saat naik motor, aku
jatuh lalu ditendangi dan dipukuli rame-rame...” Air matanya bercucuran. Aku
ikut miris membayangkan situasi itu dan mencoba mencari ingatan saat kapan peristiwa
itu, sampai aku tidak mengetahuinya.
“Kapan itu? Sebelum atau sesudah umrah?”
“ Aku lupa kapannya, tapi sebelum umrah...”
Dari obrolan kami selanjutnya, saya tahu bahwa anakku bergesekan
dengan anak geng. Kuduga ia menjadi target karena ia adalah salah satu ketua
gerakan anti narkoba di sekolahnya. Anakku badannya sangat kurus karena
penyakit asmanya sejak kecil. Untuk tingginya yang 165cm, beratnya hanya 42 kg.
Ia juga bukan tipe anak yang bisa berkelahi. Ia tipe anak pemikir yang suka
belajar.
Sejak di SMA ia lebih terbuka untuk berorganisasi. Beberapa
kali ia terlibat kepanitiaan, misalnya dalam penyelenggaraan peringatan Maulid
Nabi, Pentas seni, Festival anak soleh, baksos dan Try out untuk anak SMP. Saya
tahu karena kadang membantunya mencari dana atau mempersiapkan perlengkapan
acara di rumah. Kadang teman-temannya
rapat di rumah kami.
Jadi ia adalah sasaran empuk untuk di-bully.
Aku mengakhiri percakapan kami dengan memintanya menulis apa
saja kesalahan yang telah dilakukannya dan disadarinya sebagai kesalahan.
Ia menuliskan:
1.
Bohong
pada orang tua.
2.
Membolos
sekolah
3.
Kadang
galak sama adik.
4.
Pernah
main game di warnet saat kelas satu.
5.
Pernah
merokok sekali tapi kapok karena sesak nafas.
Ada beberapa lagi yang ia tuliskan tetapi masalah kecil. Saat
kutanyakan tentang korek api dan CD game, ia menjawab bahwa korek api itu ada
di tasnya sejak ia menjadi kepanitiaan menginap, digunakan menyalakan banyak
lilin. Adapun cd game itu punya temannya yang akan ia kembalikan.
Sejauh ini, mentah semua isu yang berhembus di sekolahnya.
Bahkan sekolah tidak pernah tahu semua kejadian buruk yang dialami anakku
karena semuanya selalu terjadi di luar area sekolah, kadang juga setelah jam
pulang sekolah. Anakku sendiri tidak pernah melapor. Tepatnya tidak berani
karena selalu diancam jika memberi tahu seseorang. Ia tak mau menyebutkan
bentuk ancamannya...tapi katanya mengerikan. Sedangkan penyiksaan saja sudah ia
alami.
Saya lalu memintanya menuliskan komitmen setelah peristiwa
ini.
Ia menulis beberapa hal sebaliknya dari kesalahannya. Saya
menambahkan untuk ia lebih rajin beribadah dan menjaga kesehatan, serta hanya
bergaul dengan anak-anak baik saja. Kami berpelukan dan ia menangis serta
meminta maaf telah melakukan semua itu.
Kutulis semua percakapan kami, sebagai bahan berdialog dengan
guru BPnya. Kutulis kronologi hingga tanggal per-tanggal. Saya juga meminta
maaf pada anakku karena terlambat menyadari semua itu, sehingga tidak segera
mengambil tindakan yang tepat. Seandainya sejak semula saya tahu sebab musabab
keinginannya untuk pindah sekolah, tentu langsung memindahkannya.
Esoknya saya datang ke sekolah dengan lebih percaya diri dan
wajah yang bisa tegak, untuk mengambil surat pindah. Hilang sudah semua beban
mengahadapi para guru atau Kasek. Kusempatkan menemui ibu guru BP dan Wali
kelasnya menceritakan semua peristiwa buruk yang dialami anakku.
Saya menangis lagi saat mengulang cerita itu. Namun sebagian
beban seolah telah terangkat dari dada. Saya tak lagi malu menghadap sekolah
yang telah mengira anakku nakal dan kami mengabaikan pengawasan kepadanya.
Situasinya demikian rumit.
Di sisi lain guru BP mempercayai semua itu. Beliau
menyampaikan bahwa angkatan anakku, kelas dua,
nyaris selamat dari rekrutmen geng, karena tak ada laporan anak yang
terlibat. Akan tetapi kelas satu, sudah ada 16 anak yang dianggap terekrut oleh
geng kelas tiga, itu terbukti dengan saat prom night dimana guru BP tidak
datang, terjadi laporan yang menggemparkan.
Bu guru BP ini sudah sepuh
dan punya penyakit jantung. Ia tak sanggup datang di acara yang ada musik
keras. Maka ia memilih tidak datang. Ternyata ada anak yang melaporkan bahwa
diantara menu acara adalah disetelnya video tawuran. Video ini dibuat anak
kelas tiga dan dibagikan gratis pada anak kelas satu dan dua yang datang. Film
tawuran itu pelakunya kelihatan jelas. Setelah diteliti ada 16 anak kelas satu
dan beberapa anak kelas tiga yang terlibat dalam pembuatan film.
Peristiwanya baru pekan kemarin. Guru bertindak cepat dengan
memanggil ke 16 anak dan orang tuanya. Mereka mendapat pengarahan dan meminta
anak dan ortu menandatangani perjanjian bahwa jika anak-anak terlibat dalam
geng, akan langsung dikeluarkan. Jadi beliau menganggap sangat mungkin semua
itu menimpa anakku. Anakku hanyalah korban geng dari siswa kelas tiga.
Beliau juga meyakini anakku anak baik dan menunjukkan
foto-foto yang dibuatnya saat anakku menjadi ketua panitia acara menginap
gerakan anti narkoba itu. Beliau melihat keceriaan anakku dan berpesan untuk
menjaga kesehatan karena saat itu cuaca sangat dingin. Ibu guru juga menitip
pesan, kapan saatnya anakku mau diminta mengungkap siapa pelaku bullying, sebagai data bagi sekolah.
Saya mengiyakan untuk berusaha saja, tanpa menjanjikan.
Saya berpamitan baik-baik dan berjanji untuk tetap menjaga
nama baik sekolah ini. Dalam artikel inipun saya merahasiakan nama-nama dan
tempat.
Peristiwa yang sungguh aneh.
Bagaimana mungkin dari situasi penuh gembira dan bahagia saat
kami umrah penuh kekhusyukan. Menjadi
keterpurukan dari sisi kesehatan fisik dan sekarang ditambah prasangka.
Apakah yang lebih buruk saat seorang ibu kehilangan
kepercayaan pada anaknya?
Dengan semua peristiwa itu, saya berhasil mendapat surat
pindah, dan siang itu juga kubawa ke sekolah yang baru, dimana kepala sekolah
dan guru menyambut dengan hangat. Kutitipkan anakku pada Kepala sekolah dan
guru BP untuk mengawasinya di tempat yang baru. Saya juga menceritakan
peristiwa buruk yang dialami. Kepala sekolah membenarkan dan mengatakan tahun
sebelumnya ada dua anak dari sekolah lama anakku yang mengalami hal serupa dan
pindah ke SMA ini. Mereka kini telah lulus dengan nilai yang baik dan kuliah di
kampus yang juga bergengsi.
Saya tetap meng-sms guru dan wali kelas untuk setiap hari
melihat apakah anakku datang mengerjakan ujian kenaikan kelas atau tidak.
Bagaimanapun masih ada sedikit keraguan yang tak dapat kupungkiri atas sebagian
cerita anakku. Dari sisi kesehatan, alhamdulillah sejak pindah sekolah, hingga
kini 10 bulan kemudian, ia tak pernah kambuh lagi. Namun dari sisi kepercayaan,
kadang masih datang berbagai rasa atau kejujurannya. Saya berusaha untuk
proporsional saja.
Di sekolah yang baru, guru dan Kepala sekolah memutuskan
untuk tetap menaikkan anakku ke kelas tiga dengan catatan selama libur sekolah
ia mengerjakan beberapa tugas sebagai pengganti nilai ulangan harian dan nilai
mid. Selain itu nanti ia masih akan menjalani beberapa ulangan pengganti nilai
ulangan harian. Pada saat kenaikan kelas ia belum mendapatkan rapor karena
nilainya masih menanti dilengkapi. Alhamdulillah nilainya termasuk bagus.
Kemarin semester satu ia bisa berada pada peringkat empat di Sekolahnya. Cukup
mencengangkan mengingat kurikulum sekolah yang baru berbeda dengan sekolah
negeri. Ada beberapa pelajaran yang dikejarnya dengan susah payah.
Hasil try out juga selalu bagus. Bahkan saat try out yang
diadakan oleh UGM dan mengandaikan ia mengambil jurusan KU untuk pilihan
pertama dan KG untuk pilihan kedua, ia diterima di KG sebagai pilihan ke dua.
Namun namanya juga try out, semoga kelak saat SNMPTN hasilnya lebih baik dan ia
bisa masuk FKU seperti yang dicita-citakannya menjadi dokter bedah tulang. Atau
dipilihan ke dua sebagai ahli statistik karena kecintaannya pada matematika. Mohon
doa dari pembaca semua, amin.
Suatu hari, setelah
naik kelas tiga, terjadi lagi peristiwa yang sempat membuatku cemas dan kalut.
Apakah itu?
Besok ya, sekarang saya lelah. Sudah pukul 24.24.
(Bersambung ke bagian 6)
Jadi pengen nangis lagi Mak, baca ini, kayak pas kemarin Mak Ida cerita di kopdar itu. Semoga putranya lebih kuat sekarang ya Mak.. dan semoga Mak Ida juga semakin dikuatkan sebagai ibunya.
ReplyDeletePeluk dan cium...
makasih mak Carra...kepanjangan kalau di web jadi diposting sendiri.
Deletejiaaaaaaah di buat penasaran lagi pembaca ixiixiixi :D
ReplyDeletenamanya juga cerita sambung. kalau gak ikin penasaran gak seru
Deleteaduh, Mbak. Saya bener2 deg2an bacanya. Segitu mengerikannya pergaulan anak2 zaman sekarang, ya :(
ReplyDeleteYa mak, apalagi melihat berita dendam cinta di televisi.
Deletepergaulan anak remaja sekarang..haduh..mak...ngeri ...
ReplyDeleteSemoga anak-anak kita dilindungi. tapi jangan takut punya anak ya
DeleteApakah yang lebih buruk saat seorang ibu kehilangan kepercayaan pada anaknya?
ReplyDelete(Y) suka kata2 ini
Hehe iya shanty. atau sebaliknya seorang anak kehilangan kepercayaan pada ibunya
DeleteYa Allah, Maaa~kk... serem banget ya. Itu sekolah negeri favorit?? Haduuuh, jadi galau kemana lagi orangtua harus menyekolahkan anaknya? Hiks. Syukurlah putra Mak Ida mau jujur dan terbuka sehingga persoalannya bisa diatasi. Tapi penasaran kelanjutan ceritanya. Huaaa... apa lagi Mak? :( Semoga selalu dalam lindungan Allah.
ReplyDeletetunggu besok pagi ya
DeleteSerem banget ternyata.. Jaman aku SMA jg ada tuh cerita kaya gini, yg cowo2 pada diajakin tawuran, tapi kalo nolak kayanya ancamannya nggak smpai sedasyat itu, apalagi dipukulin dan dipalakin*eh nggak tahu jg dink, lagian itu 9th lalu. Tahun skrg ternyata lbh parah: (
ReplyDeletebegitulah dunia semakin keras. saking beratnya tekanan sampai rela bolos ujian.
DeleteSalam kenal Mbak Ida. Aduh ngeri banget pergaulan anak-anak sekarang saya. Anak saya udah mulai abg. Deg-degan rasanya.. Semoga Alloh menjaga mereka ya Bu. Semoga pula putra ibu semakin baik dan kuat. Makasih banyak udah berbagi cerita berharga ini.
ReplyDeleteamin. mari kita jaga bersama mak
DeleteBu ida saya menangis...
ReplyDeleteIni sangat mengerikan bu . Bukankah bulying itu prilaku yg jika tdk dipangkas akan menjadi pelaku ketagihan dan jadi semacqm penyakit menular.
Ya Allah lindungi anak2 kami generasi penerus
Bu Ida semoga Apa yg dicita2kan ananda dikabulkan Allah aamiin :)
amin makasih bu Yeni
Deletehuwaaa,,,,bu ida, anak saya laki-laki nih, dan kita satu kota, jd deg2an.
ReplyDeletesemua sman sudah ada geng. jadi jangan sampai anak kita bergaul dengan mereka. cari pergaulan dg anak baik2 saja.
DeleteSubhanallah.......begitu ya berhadapan dengan anak abg...
ReplyDeleteTerimakasih sharingya Mak Ida.....
sama-sama Dhona
Deletepergaulan jaman skrg menakutkan, perilaku bulying kalau tdk dicegah bisa sgt mengkhwatirkan ya mak ida, smoga impian ananda bisa terwujud :)
ReplyDeleteamin mhn doanya
Deleteya Allah...... buuuu.... merinding aku bacanya... kuambil pelajarannya untuk anakku kalau sudah bersekolah nanti....
ReplyDeleteIya mak, saya masih menangis jika mengulang ceritanya
Deletebanyak pelajaran berharga dari tulisan mak ida.....kadang2 saya merasa tidak masuk akal dengan kenakalan anak sekolah saat ini.....
ReplyDeletebegitulah mak Enci. dunia sudah berubah
DeleteYa ampun mba.... saya gak tau mesti komen apa..
ReplyDeleteAnak2 zaman sekarang, sungguh banyak yg di luar kendali, dan orang tua tetap harus hati2, khawatir anak kita kena korban bullying ya mba... miriiiiiss sekali...
Kayaknya pendidikan karakter menjadi kemestian
Deletegeram membacanya, perilaku siswa pelaku bullying!...sekaligus sedih krna anaknya mak ida jd sasaran :(
ReplyDeletesungguh tdk nyangka di sekolah negeri favorit ada geng2 kayak gitu.
klo aku jd guru BP nya udah aku keluarkan mak siswa kayak gitu.
sudah baca seluruh rangkaiannya, kalo ada bagian 7 nanti aku baca juga.
semoga di sekolah baru memberi ketenangan psikis ya bagi anaknya mak ida,.
iya mak makasih
DeleteSy membaca dr yg pertama sp yg skrg mak Ida...sy bnr2 menangis...bs dibanyangkan perasaan kt sbg ibu melihat anak kt diperlakukan spt itu...tp kejadian spt ini mmg bs terjd, spt pd anak tmn sy wkt SD mak...tp bkn krn teman, tp kr gurunya sdri yg selalu memberi hukuman ...jd setiap kali pljrn si guru,dr pagi tubuh ank teman sy demam atau kdg sakit perut...sy sakit umi gak sekolah sj ya...1 x 2 x tp trus berulang,dan trakir minta pindah sekolh.. akhirnya tmn sy menaruh curiga, sp bertanya ke tmn2 dan guru tp tak ada jwban..stlh dilakukan pembicaraan dr hati ke hati dg buah hatinya...trungkap ada slh satu guru yg sring menghukumnya...menyuruhnya jongkok/satu kaki smbl mengelilingi sekolh,dll..kr kslhan sdkt sj...stlh pindah sekolah ank tmn sy alhamdulillah kembali ceria dan berprestasi spt semula... trimakasih sdh bersedia berbagi, walopun ini mgkn menkorek luka bg mak ida tp bs menjadi pembelajaran u kt semua sbg ortu mak...
ReplyDeletemakasih mak, sudah berbagi.
DeleteMasya Allah ... pergaulan anank zaman sekarang.
ReplyDeleteMak, saya belajar bagaimana menangani anak bila mengalami peristiwa yang tidak menyenangkan. Tulisan mak Ida sekaligus memberi jalan keluar. Terimakasih sudah berbagi, mak
sama-sama mak ani
Deleteaku mrinding baca ini buk :(
ReplyDeletelanjut dulu ah bacanya
aku ikut merinding juga
DeleteMasya Allaah, saya jadi ingat peristiwa yang menimpa anak saya, di hukum push up 500 kali, sampe saya miris, sediiih sekali
ReplyDeletewaah itu keterlaluan banget mak...semoga anak-anak kita diberi kekuatan menghadapi dunia yang keras ini ya
DeleteMungkin informasi dan artikel ini bisa sedikit membantu, terima kasih.
ReplyDeletehttp://goo.gl/qQeRZt