Upacara Hari Senin, lupa pakai dasi hiks. |
Selama sepekan ini, saya mencoba menjadi murid SD. Beruntungnya,
syukur alhamdulillah, SD tempat sekolah anakku tidak keberatan saya duduk manis
di kelas selama sepekan. Ya iyalah selama 5 tahun terakhir saya ikut mengawal
Komite Sekolah, tentu wajahku sudah tidak asing lagi bagi semua guru.
Bukan tanpa alasan saya menjadi siswa SD, semua ini tentang
bungsuku tercinta Revolusi Qalba Qoumy. Hari pertama masuk sekolah adalah Rabu
tanggal 15 Januari 2014, bertepatan dengan keberangkatan kami, saya dan suami,
pergi ke Merangin. Itu nama kabupaten di Jambi yang beribu kota di Bangko.
Ada lembaga yang mengundang kami untuk mengisi seminar, kebetulan didukung oleh Bupati dan jajaran SKPD. Yaah karena sudah dua bulan deal-nya, maka berangkatlah kami, sekalipun ada sedikit rasa yang memberati hatiku. Setelah Bangko, jadwal Kota Jambi, Tangerang Selatan dan Purworejo.
Ada lembaga yang mengundang kami untuk mengisi seminar, kebetulan didukung oleh Bupati dan jajaran SKPD. Yaah karena sudah dua bulan deal-nya, maka berangkatlah kami, sekalipun ada sedikit rasa yang memberati hatiku. Setelah Bangko, jadwal Kota Jambi, Tangerang Selatan dan Purworejo.
Di rumah semua sudah kebagian tanggungjawab berkawan dengan
Revo. Kakak pertama bertugas membangunkan, menyuapi sarapan, memandikan. Yang antar
sekolah ada sopir. Kakak ketiga bertugas menemani main sejak pulang sekolah
hingga malam. Kakak ke empat dan kelima adalah teman belajar dan teman tidur.
Ibu saya, Eyangnya anak-anak, mengurus makan si kecil.
Sepertinya sudah rapi ya? Prakteknya tidak selancar itu. Pagi
saat kami transit di Jakarta, sudah ada kabar kalau kakak pertama gagal
membujuk sekolah. Sejak liburan, jadwal hidup Revo sudah berantakan. Ia bisa
tidur larut jam 23.30. lantaran siang bepergian dan tertidur di jalan (kan
acaranya banyak pergi-pergi).
Konsekwensinya pagi bangun paling pagi jam 7. Hey-hey yang salah tentu ibunya, ya saya ini. Beberapa hari terakhir saya berusaha memajukan jam tidurnya, paling awal berhasil sekitar jam 22.00 atau 22.30. Itupun setelah Revo minta makan untuk yang kelima kali pada setiap harinya.
Konsekwensinya pagi bangun paling pagi jam 7. Hey-hey yang salah tentu ibunya, ya saya ini. Beberapa hari terakhir saya berusaha memajukan jam tidurnya, paling awal berhasil sekitar jam 22.00 atau 22.30. Itupun setelah Revo minta makan untuk yang kelima kali pada setiap harinya.
Mendengar kabar bolosnya Revo, saya meramalkan bahwa
hari berikutnya, Kamis dan Jum’at pastilah tidak jauh beda. Situasinya kakak
pertama itu sedang pameran foto, tentu suka pulang malam dan dalam keadaan
capek.
Hari pembukaan yang Rabu pagi itu, bisa dibayangkan ia tak akan telaten membujuk dalam keadaan ia sendiri capek, mengantuk dan buru-buru mau persiapan pembukaan. Singkat cerita, ramalan saya terbukti. Revo bolos 3 hari. Padahal sebelumnya saya sudah SMS gurunya untuk membantu penyesuaian diri pasca liburan. SMS lalu saya ralat dengan pamit.
Hari pembukaan yang Rabu pagi itu, bisa dibayangkan ia tak akan telaten membujuk dalam keadaan ia sendiri capek, mengantuk dan buru-buru mau persiapan pembukaan. Singkat cerita, ramalan saya terbukti. Revo bolos 3 hari. Padahal sebelumnya saya sudah SMS gurunya untuk membantu penyesuaian diri pasca liburan. SMS lalu saya ralat dengan pamit.
Senin pagi, hari pertama saya dan Revo masuk sekolah. Ikutan
juga upacara. Duuh jadi ingat jaman sekolah dulu ya. Begitulah seharian saya di
kelas dan mengikuti semua aktivitas hari itu.
Aneka gaya hormat bendera |
Eh sebenarnya yang ingin saya bagi adalah tentang menjadikan
anak sebagai prioritas. Menyaksikan bagaimana dinamika kelas dan anak dalam
sepekan, membuat saya punya banyak kesempatan merenung dan membuat coretan.
Setiap kali ada peristiwa unik, menjadi ide baru. Diantaranya tentang
prioritas. Ada beberapa anak yang menarik perhatian saya karena tingkahnya yang
unik. Seorang gadis mungil yang cantik suka mengikuti Revo kemanapun Revo pergi
(akhirnya kan jadi mengikuti saya), kudapati berkuku jari sangat panjang. Sepuluh
jarinya semua berkuku panjang. Kuperkirakan untuk kuku sepanjang itu mungkin 2
pekan atau lebih ia tidak potong kuku. Duuh kenapa ya gak ada yang perhatian
pada jari-jarinya yang putih dan halus.
Kuku jari, sepertinya masalah sepele, tapi jangan disepelekan
ya! Pernah ada dua anak saat masih di TK dulu, yang sedang berselisih pendapat
dan mereka menggunakan kukunya untuk saling mencakar. Nah salah seorang anak
yang kukunya lalai dipotong, membuat teman berselisihnya wajahnya berdarah-darah.
Bahkan lalu jadi insiden antar orang tua. Mungkin bukan alasan tepat karena
tidak semua anak suka acara cakar-cakaran, tetapi ini menyangkut aspek
kebersihan dan kesehatan juga.
Nah kubayangkan bungsuku, seringkali aku menciumi jadi
tangannya, memeriksa telapak tangannya bersih atau tidak, menuntun dia saat
belajar berwudhu, mengajak salim saat saling meminta maaf, mengulurkan makanan atau
memijit-mijit tangannya saat ia mengeluh capek. Yang pasti dua kali sehari
menemani mandi dan menggosok gigi. Semua aktivitas yang membuat saya bisa
melihat perkembangan panjang kukunya. Apakah beberapa ibu atau ayah begitu
sibuknya sehingga selama dua pekan terlambat mengetahui kuku yang telah
memanjang itu?
Yah masing-masing orang tentu punya alasannya. Nah tanpa
banyak cing-cong ia mau kubujuk untuk kupotong kuku jarinya. Saya jadi ingat
jaman SD dan SMP, guru suka sidak kuku jari. Siswa yang ketahuan memelihara
kuku akan dipukul jarinya dan disuruh memotong saat itu juga...Waah mestinya itu
dilakukan juga ya di kelas anak-anak setiap hari jumat. Sekalipun bagian
dipukulnya, tidak perlu dilestarikan.
Oya, saya juga mengamati, beberapa anak kehabisan gigi, alias
gigis. Gigi susu anak rusak, tentu
yang harus instropeksi adalah orang tuanya. Anak hanya belajar dari lingkungan,
belajar pola makan yang benar, pola sikat gigi, cara menyikat gigi. Memang tidak
mudah, namun percaya tidak percaya, anak seorang teman giginya amat sangat
bermasalah, karena masa kecilnya tidak sempat terawat giginya.
Sholat Dhuha adalah acara rutin harian. |
Nah itu baru sebagian kecil dari catatan pengamat amatir ini.
Terlalu sepele untuk memotret judul anak sebagai prioritas. Tapi sudah
kelihatan ya hubungannya, sebenarnya ketika hal-hal kecil diabaikan orang tua,
sepertinya harus ditanya ulang deh, apakah memang sudah menjadikan anak sebagai
prioritas dalam hidup orang tua...
Eh saya juga sering berada dalam dilema antara job,
pekerjaan, bisnis, hobi ngeblog, googling, berdakwah, organisasi dan anak.
Setidaknya kali ini saya menyadari, bahwa saya rela cuti sebulan demi anak-anak.
Dua pekan karena anak libur sekolah dan saya ingin menemani mereka, sepekan
karena kemarin banyak pergi keluar Jawa dan sepekan ini menjadi murid SD
menemani Revo.
Lain kali saya bagi ya, kisah unik tentang TOTO-chan ala
kelas Revo. Judulnya: Si Anak Jendela. Belum
saya selesaikan cerita lengkapnya, setidaknya saya sudah menulis judulnya.
Eh yang baca tulisan ini, ayo sekalian ikutan GA Resensi buku
Wonderful Husband. Hadiahnya menarik lho dan jangan khawatir DL akan saya perpanjang
deh. Buka ya link berikut:
Terimakasih sudah mengingatkan saya Mak Ida, anak memang harus menjadi prioritas bagi saya melebihi aktifitas blogging dan menulis.
ReplyDeletesama-sama Mak Ety, ayo lihatin kuku dan giginya...hihihi...
ReplyDeletehihi,anak2 memang lucu ya mbk..boro2 anak,kadang untuk masalah potong kuku suami suka lupa...harus diingetin juga hehehe..
ReplyDeleteSetuju sekali ibu, sesibuk apapun kegiatan kita, anak memang harus menjadi prioritas. PR banget bagi saya saat ini bagaimana mengajarkan gosok gigi pada anak saya umur 1 tahun. Terima kasih sudah mengingatkan ibu2 melalui tulisan ini.. :)
ReplyDeleteWaah ada rutinitas solat dhuha yaa... keren sekolahnya.
ReplyDeleteSenangnya bisa anter anak ke sekolah, hiks, aku kerja jd nggak bisa nemenin. :)
Oya, aku dukung diaku mau maju ke 10 besar srikandi blogger. ayo semangaattt
ReplyDeleteMakasih mak Nurul Noe, aku padamu juga....hihi peluuk. Mak Hanna, Mrs amidy makasih ya kunjungannya...mari saling mendoa menjadi ortu yang waspada....haha
ReplyDeleteJadi ingat, pernah mengajar anak-anak yang dari keluarga berada, namun seragamnya bolong di bagian celananya, juga ada yang bajunya kusam. Ntahlah mungkin orangtuanya sibuk, saya sebagai ibu baru juga harus banyak belajar semoga mejadi orangtua yang lebih telaten
ReplyDeleteanak adalah prioritas utama..itu prinsip saya...saking sayang sama anak bnyak kesempatan yg saya sia2kan di luar sana..ya tak apa..krn anak sya lbh penting dan ia jg masih bayi dan sgt butuh saya..kesempatan lain InsyaAllah masih ada suatu saat nti sbg balasan ketulusan sya menjaga,merawat dan mendidiknya..aamiin #curcol :)
ReplyDeletemakasih kunjungan dan komentarnya ya anotherscribblenote dan Ruziana Ana. Nanti akan ada juga postingan saya berjudul " ma, seragamku kekecilan..."
ReplyDeleteSemoga lelahnya para bunda dalam membersamai anak membawa kemanfaatan bagi bunda dan keluarga, amin.
macam2 tingkah anak, pasti yg dilirik orangtuanya dulu yaa :)
ReplyDeletebetul mak Ranii Saputro.makasih ya telah berkunjung
ReplyDeleteTernyata anak saya ga sendiri ya bu.. Susah bobo awal n bangun pagi. Hasilnya stiap pagi harus kreatif membangkitkan moodnya buat sekolah.. Makasih share-nya bu:)
ReplyDeleteiya cerita anak biasanya mirip saja...hehe makasih sudah berkunjung
ReplyDelete