Jika pergi
berombongan, terkadang ada satu dua yang tanpa sengaja terpisah dari rombongan.
Jika yang terpisah orang dewasa yang membawa HP, mungkin tidak terlalu masalah.
Menjadi
problem ketika yang terpisah anak di bawah umur.
Apakah anda
pernah mengalami kehilangan anak di keramaian?
Peristiwa ini
kami alami kemarin, saat berwisata ke Taman Safari hari Kamis tanggal 5 Juni
2014.
Main dengan Arjuna |
Setelah puas
berkendara dan berinteraksi dengan para binatang, kami memasuki area
permainan. Kami bermaksud istirahat dan mengisi perut. Berjalan berombongan 11
orang, sesekali saya mengawasi posisi Revo, anggota terkecil dalam rombongan
kami.
Kekhawatiranku
terjadi. Tiba-tiba saya menyadari Revo tidak ada dalam jangkauan mataku.
“Abi lihat
Revo?” tanyaku pada suamiku yang di ujung depan. Ia melambaikan tangan sebagai tanda
bahwa Revo tidak ada di sekitarnya.
Segera saya
mengirim pesan berantai untuk kembali mencari Revo dulu dalam rute yang telah
kami lewati.
Sebagai Emak
yang merasa khawatir, saya meluncur lebih dahulu menyusuri jalan yang kami
lalui setelah mengurus Revo di toilet tadi. Ternyata tak perlu jauh-jauh. Di sebuah
tiang, hanya lima puluhan meter dari lokasi toilet, Revo duduk berjongkok
menonton televisi.
Revo Cuma Menonton TV |
Rupanya sedang
ditayangkan suasana dalam ruangan saat orang-orang menonton animasi 4D yang
cukup menarik. Bersama Revo juga bergerombol anak-anak kecil yang banyak.
Bahkan Revo tidak menyadari bahwa kami telah cukup jauh meninggalkannya.
Segera saja
kupeluk penuh sayang dan kubujuk untuk melanjutkan perjalanan.
Itu kejadian
pertama.
Kejadian ke
dua terjadi esok harinya.
Sambil mengunjungi
adikku yang tinggal di Bekasi, kami mampir di Sumarecon. Mall megah itu membuat
penasaran juga...gegara para Emak blogger pada meliput haha...
Pertama
datang kami langsung menuju toilet rame-rame. Setelah merasa semua selesai,
kami naik mencari toko mainan untuk memenuhi pesanan Revo. Saya menjanjikan
jika ia bersikap manis selama perjalanan, saya mengijinkannya membeli mainan
maksimal seharga uang tabungannya.
Toko mainan
ada di lantai tiga, jadi kami bertebaran di sekitar toko itu sambil menanti
Revo memilih mainan. Tanpa kami sadari, sebenarnya si abang no 5 tidak bersama kami. Betul saya
telat menyadari.
Si Abang tidak hilang kok. |
Tiba-tiba
saya ia sudah di sampingku setelah cukup lama kami berada di toko mainan.
“Difa tadi
ketinggalan lho mi...” kata kakak pertama.
“Hah...dimana?”
“Tadi waktu
kita ke toilet. Ternyata ia masih di dalam toilet saat kita pergi....”
“
Lho...betul Bang trus...?” Spontan aku memeluk bahunya dan memegangi tangannya
yang dingin.
Alhamdulillah
putraku yang baru lulus SD ini sudah pinter. Begitu menyadari dirinya telah
tertinggal rombongan, ia segera tanya ke salah satu penjaga mall, dimana letak
meja informasi. Nah di meja informasi itu ia bilang kalau ia terpisah dari
rombongan. Si embak yang jaga berusaha menelepon saya. Entah bagaimana dua kali
panggilan tidak terdengar olehku.
Lalu ia
beralih ke nomer HP bapaknya, ternyata nasibnya sama. Untungnya ia hafal no hp
kakak pertama, dan alhamdulillah diangkat.
Dari lantai
tiga si kakak melambaikan tangan dan si abang menyambutnya. Lalu ia menyusul
sendiri ke lantai tiga...
Duuh rasanya
bersalah banget sampai kami melupakan si Abang.
“Bagaimana
perasaanmu Bang, saat menyadari terpisah dari rombongan?”
“Biasa
aja...” jawabnya sedikit manyun.
“Maafin Umi
ya Bang....biasanya Revo yang hilang jadi Umi peganginya Revo...”
“Aku nggak
hilang kok...” protesnya.
“Iya maafin
Umi ya, tapi Umi memang yakin kamu nggak bakalan hilang...kalau terpisah, kamu
tahu harus bagaimana....ya kan Bang?”
Ia
mengangguk mantap.
Kami memang
telah membekali anak bagaimana harus mengambil tindakan jika terpisah dari
rombongan.
Saya bagi
ya...
1. Untuk anak batita, ada baiknya
dilengkapi dengan gelang pengenal, nama dan cp ortu.
2. Anak usia 3 tahun ke atas sudah bisa
diberi pengertian untuk tidak kemana-mana jika terpisah. Misal kita katakan: “Kalau
adik terpisah dari Mama, adik jangan kemana-mana, maka Mama atau petugas akan
menemukan kamu”
3. Mengajari anak untuk menghafal nama
dan no hp orang tua, serta alamat rumah.
4. Mengajari anak untuk bersikap tabah
dan berani mendatangi satpam, polisi atau karyawan setempat untuk meminta
pertolongan. Kita perlu bermain peran untuk mengajari dia melakukan adegan
pura-pura terpisah. Ajarkan dialog yang diperlukan.
5. Jika membawa anak kecil lebih dari
satu, biasakan berbagi tanggungjawab mengawasi agar kita tidak harus mengawasi
lebih dari satu anak. Ayah atau kakak bisa dilibatkan.
6. Mengajari anak untuk mengenali jika
ada orang tak dikenal yang bermaksud jahat atau tidak baik. Anak boleh menangis
atau berteriak jika ada yang menyakitinya atau membuatnya khawatir.
7. Sebagai orang tua, memang kudu
lirik-lirik anak ya...kalau sedang tidak menggandeng tangannya.
8. Kadang harus berhitung dulu sebelum
melanjutkan perjalanan...”Berhitung mulai...yak!”
Naah
kira-kira begitu...mari siapa punya pengalaman boleh berbagi atau menambahkan kiat.
Makasih ya...
anak saya pernah hilang dua2nya, Mak. Masing2 1x. Dua2nya kejadiannya justru pas lagi ikut kakek-neneknya, bukan sm orang tuanya. Yang sulung itu ketinggalan di bengkel. Dia diajak ke bengkel, sampe sana disuruh nunggu di ruang tunggu (krn ada AC). Selesai lagi. Selesai mobil diperbaiki, kakeknya lupa kalau bawa cucu. Main pulang aja. Akhirnya balik, untung anak saya tetep anteng di ruang tunggu walopun dia lihat kakeknya ninggalin dia.
ReplyDeleteKejadian kedua, lebih bikin saya deg2an. Anak sy yang bungsu hilang di pasar baru. Untungnya, ada satpam yang nemuin anak saya. Jd, selama hilang, dia sama satpam.. Saya yang denger ceriitanya aja deg2an banget.
Biasanya, saya kalau pergi sama anak2 selalu gandengan atau jarak saling berdekatan. 1 dewasa untuk 1 anak. Kalau saya deket sama yang bungsu pas jalan, berarti kakaknya harus nempel ke ayahnya.
Skrg, kalau anak2 pergi sama org lain (kakek-nenek, sekolah) saya selalu wanti2 berkali2 supaya jangan pernah jauh dari bu/pak guru.
waah bikin deg-degan mak myra...iya kalau pergi sama orang lain saya suka telepon-telepon tanya keadaan...makasih sudah mampir ya mak...
DeleteDuh, Mak Ida, makasih tipsnya. Saya baru punya seorang balita 4,7 tahun saja jadi cemas. Harus hati-hati jika berada di luar rumah. Apalagi Palung pemalu. Ilustrasi cerita di atas saja sudah bikin saya khawatir banget. Ngebayangin gimana paniknya Mak dan anggota keluarga lain saat kehilangan salah seorang dari semua.
ReplyDeleteKuncinya hati-hati dan waspada, ya, Mak. Saya belum bisa memberi pengertian demikian pada Pal. Paling juga kalau lagi sedang berdiri di suatu tempat untuk urusan, kayak kantor pos atau toko, ia akan pegang ujung baju saya kala tidak dipegang mamahnya. Ide tentang gelang itu bagus, tapi gimana cara bikinnya? Makasih.
Mak Rohyati, untuk anak usia 4 tahun lebih bisa diajak bermain peran dan menghafal no hp orang tuanya. ada buku cerita tentang anak yang tersesat di mall yang bisa dijadikan pengantar. Gelang atau kalung itu untuk batita. kalau di bonbin jogjakarta ada fasilitasnya.
Delete