Part 1
Sepertinya
sifat manusiawi ya...saat bersemangat, lemes, atau bahkan hampir putus asa, karena
roda kehidupan terus berputar.
Saya pun
pernah mengalami saat yang demikian.
Kapan itu?
Saat
merampungkan skripsi.
Sudah lama
saya ingin menuliskan ini, alhamdulillah dapat momentumnya melalui GA pertama
mak Fenny Ferawati, seorang emak yang lincah, ramah, kreatif, murah hati dan
pekerja keras....
This is my
true story...
Saya mendapat
lamaran saat sedang KKN. Saat itu situasinya sudah bebas teori untuk S1, sudah mengajukan
judul skripsi dan proposal sudah di-acc.
Beberapa
langkah untuk mengawali skripsi telah saya lakukan. Misal berbelanja bahan,
booking tempat penelitian dan menyiapkan berbagai prosedur percobaan.
Tak lama
sepulang KKN, hanya 7 pekan sejak lamaran, kami menikah. Memang saat itu
berprinsip untuk tidak pacaran. Alhamdulillah saya telah mengenalnya sebagai
rekan satu organisasi, jadi tidak terlalu asing sebenarnya.
Hadapi onak duri dengan cinta |
Kesibukan awal sebagai pengantin baru rupanya cukup menyita waktu. Pertama kami harus saling menyesuaikan diri dengan aktivitas masing-masing. Suamiku juga belum lulus dan sedang menyusun skripsi.
Kedua, kami
mencari rumah kontrakan, membenahi dan mengisinya agar layak menjadi sebuah
rumah. Ketiga, kami masih punya PR untuk bersilarturahmi ke banyak kerabat yang
tidak sempat hadir dalam pernikahan kilat kami.
Semua proses
itu lumayan mengganggu waktuku untuk mengerjakan pekerjaan laboratorium yang
semestinya dilakukan secara intensif.
Tiga bulan
masa penyesuaian belum selesai, saya hamil....
Huaa...antara
senang dan bingung!
Kehamilan
pertama sungguh terasa berat. Morning sickness dan hyperemesis menyebabkan berat
badanku turun drastis hingga berkurang 6 kg dalam 2 bulan pertama. Kesehatan
yang menurun tentu mengganggu kinerjaku, sehingga satu semester berlalu tanpa
mengalami kemajuan dalam pekerjaan laboratorium.
Semester
berikutnya pada trimester kedua, kesehatanku telah lebih baik dan mulai lagi
melanjutkan pengerjaan skripsi. Semua granul yang pernah saya buat telah rusak
dan harus mulai dari awal lagi untuk belanja bahan dan segala rupa yang
dibutuhkan. Hingga tahap pembuatan tablet. Alhamdulillah semua berjalan lancar.
Namun di tengah
pegujian kualitas obat, saya melahirkan. Itu bulan Juli 1992, tepat setahun
sejak pernikahan kami. Saya memutuskan untuk memberikan yang terbaik bagi
sulungku, jadi mengambil cuti 1 semester.
Setelah
kembali aktif kuliah, ada problem yang tidak disangka, semua tabletku melempem.
Rupanya kondisi penyimpanan kurang standar sehingga kondisinya rusak. Barangnya
masih utuh, tapi uji waktu hancur, benar-benar tidak memenuhi standar kualitas.
Lemas rasanya.
Sepertinya
keja keras selama setahun sia-sia. Saya harus memulai semua dari awal. Untuk
yang ketiga kalinya saya belanja bahan dan memulai membuat tablet dan berharap semua berjalan baik.
Ternyata
tidak.
Saat bayiku
berusia 8 bulan, saya mulai hamil anak kedua. Alhamdulillah kondisiku jauh
lebih baik dan tidak mengalami penurunan berat badan seperti saat anak pertama.
Tidak mudah
menjadi istri, ibu bayi, hamil dan mengerjakan skripsi. Masih ditambah berita
buruk tentang perubahan kurikulum. Ada mata kuliah AOM, Analisa Obat dan Makanan
yang dulu hanya satu maka kuliah, sekarang dipisah menjadi dua makul. Dulu hanya
5 SKS sekarang menjadi 7 SKS.
Karena itu
makul wajib, maka aku harus kuliah lagi dan yang lebih berat harus pratikum
lagi.
Pratikum ini
sungguh berat. Durasinya 7 jam. Jadi jika tiba masa pratikum, saya harus berada
di kampus selama lebih dari 8 jam. Betapa hal yang tidak ringan. Namun hidup
harus berlanjut dan kenyataan pahit ini harus kujalani.
Kubawa
seorang pembantu untuk menemani anakku di mushola kampus, sehingga saya tetap
bisa menyusui dan menengoknya kapan aku punya waktu. Kerjasama dan
pengertian teman-teman yang notabene
adik kelasku, sangat membantu. Masa-masa berat ini berlalu dengan semestinya.
Bulan
Desember tahun 1993, saya melahirkan anak ke dua. Alhamdulillah tak ada lagi
makul yang harus kuambil. Namun sayangnya pekerjaan lab sedang nanggung. Saya
tengah dalam pengujian kualitas tablet.
Dan cerita
berulang....
Beberapa
bulan saya tidak aktif ke kampus, demi anak-anakku dan masa pemulihan pasca
melahirkan, saat kembali ke kampus, tabletku rusak lagi.
Serasa
hancur hatiku. Selama satu semester berikutnya di awal tahun 1994, saya
melakukan beberapa upaya penyelamatan. Namun tetap tak menolong.
Dengan beberapa
pertimbangan, saya berganti haluan untuk merubah skripsi menjadi pekerjaan
lapangan. Saya sudah kapok dengan kerja lab yang menyita tenaga. Rasanya tak
mungkin dengan dua batitaku aku menghabiskan berjam-jam setiap harinya di lab.
Begitulah,
satu semester berikutnya saya hanya bisa menyusun dan mengajukan proposal. Berganti
dosen pembimbing dan melakukan seminar proposal. Awal 2005 saya baru bisa
melakukan pekerjaan lapangan setelah proposal di-acc dan lulus seminar. Satu
semester yang sungguh berat. Saya betul ingin segera selesai.
Jadi
satu-satunya jalan: Must move on.
........
Maafkan aku
Miss Fenny...ceritaku belum selesai, jadi kusambung di episode 2, karena dirimu
mensyaratkan 750 kata.
Tulisan ini diikutsertakan dalam GA
Jejaring Miss Fenny:
Subhanallah.. berat banget ya mak, nikah sambil kuliah. Tp ketagguhannya sudah terbukti sekarang.
ReplyDeleteya mak...sekarang bisa tertawa, heran sekaligus bersyukur diberi kekuatan untuk selalu move on
Deletesalut banget mba..berat banget pastinya ya sudah nikah, hamil dan kuliah pulaks...benar2 MOve On Mba..
ReplyDeletealhamdulillah mbak Fitri, tak ada ujian yang tak sanggup dilewati...dengan pertolongan Allah
Deleteberarti mak ida udah punya baby ya sebelum skripsi???? wah,,emak hebat ancene sampean mak,,,
ReplyDeletehihi...hebat bisa kuliah lamaaa...
Deleteujiannya banyak ya mbak ida, tapi pastinya mbak ida bisa melaluinya ya
ReplyDeleteAmiin makasih mak Lidya...semua berkat dukungan banyak fihak untuk selalu move on
DeleteSalam kenal Mbak Ida, Saluuut , ibu yang hebat
ReplyDeletesalam kenal juga. terimakasih sudah mampir ke rumahku. silahkan lihat-lihat apa yang bisa dinikmati.
DeleteSeneng bangeeet baca postingan ini, baru ada yang muji Fenny sekomplit mbak Ida, hihi kebetulan Fenny juga masih galau karena positif hamil padahal Al baru 18 bulan :( bersyukur bisa MOVE ON berkat baca mak Ida, oh ya, Fenny dulu juga telat lulus mak, tosss dulu aaah :D
ReplyDeletetosss....jangan galau ya mak, terus berkarya must move on GA yang kereen.. membuat kita bangkit dan instrospeksi perjalanan hidup.
Delete