Kasus bullying di depan mata kami.
Pada suatu
hari, ada keributan di depan rumahku. Seorang ibu yang memarahi anaknya dengan
sangat keras. Lalu raungan si anak yang memilukan.
Merasa
terganggu dan ingin tahu, aku melongok dari jendela kamar. Ternyata ada anakku
juga tengah mengintip kehebohan itu.
Kutunggu
beberapa saat konflik ibu anak yang bahkan tak kukenal itu, barangkali segera
reda.
“Kamu anak
nakal! Biar ibu tinggal saja di sini biar diambil orang!” keras suara ibunya.
Plak...plak
aku dengar ia memukuli pantat anaknya dengan sandal.
Anak itu
duduk menggelesot di tepi jalan meraung-raung.
“ Ayo
bangun, jalan ...apa kutinggal...!” hardiknya. Lalu kakinya menendang si anak yang makin meraung.
“Aku mau
jajan...mau jajan...!”
Rengek anak
yang kuperkirakan baru berusia 3-4 tahunan.
Si ibu masih
saja mengomel dan membentak dengan tangan berkacak pinggang.
Tak tahan
aku bergegas keluar. Tentu aku tak bisa membiarkan kekerasan terjadi di depan
rumahku.
“Umi
tolongin itu...nanti kalau anaknya meninggal gimana...”kata anakku dengan wajah
cemas.
“Kamu tunggu
sini saja ya...” pesanku agar anakku tidak ikut keluar rumah.
Baru saja
kubuka pintu pagar untuk menghampiri mereka, datang sebuah motor yang
dikenndarai seorang perempuan.
“Ayo bawa
pulang saja...”kata pengendara motor itu.
Ibu yang
sedang meradang itu mengangkat anak yang masih saja meraung dan meronta-ronta. Si
anak di taruh di boncengan dan ibu itu ikut duduk di boncengan.
Ia masih
saja meronta-ronta hingga motor oleng. Aku takut jika mereka jatuh.
“Mbak...hati-hati...pelan
saja...” kataku.
“Memang ini
anak nakal...!” kata ibu itu dengan wajah makin berang. Tangannya mampir
mencubit paha si anak. Aku menjerit kaget. Bersamaan dengan anak yang juga
menjerit kesakitan.
“Sudah
...sudah nanti di rumah saja...”kata pengendara yang depan. Kukira dia adalah
tetangga si ibu yang marah.
Mereka
berlalu, sayup-sayup masih kudengar jeritan di anak.
Aku masuk
rumah dengan lemas. Jantungku berdebar. Campur aduk antara jengkel, marah dan
kasihan.
Siapakah
mereka?
Seharusnya lebih
banyak lagi aku berbuat untuk keluarga-keluarga itu agar mereka mengerti bahwa
cara menangani anak seperti itu sungguh salah.
Putriku
mendapati aku duduk ternangu sambil meminum segelas air.
“Kasihan ya
mi...”
Aku meraih
dan memeluknya.
“Umi nggak
pernah begitu kan sama kakak...?”
Ia memelukku
dan mengusap air matanya sambil menggeleng.
“Tidak baik
orang tua melakukan kekasaran pada anak...kalau kamu mengamuk seperti itu dulu,
umi memelukmu, menggendongmu dan menciummu...”
Ia makin
erat memelukku. Kami berurai air mata.
”Kamu cepat
reda dan umi lalu bertanya apa maumu...kadang kamu minta sesuatu yang umi belum
bisa membelikan...umi akan menjelaskan dan kalau itu hal yang perlu dan sangat
kamu inginkan, umi berjanji dan berusaha suatu ketika membelikan kamu...”
“Besok kalau
kamu punya anak yang sedang rewel begitu, kamu harus sabar. Banyak istighfar
agar setan tidak menguasai keadaan....”
“Ibu itu
sepertinya memang tidak mampu, dan anak itu sepertinya memang rewel sekali,
namun semua itu tidak jadi alasan utnuk berlaku demikian. Di rumah saja tidak
boleh, apalagi di pinggir jalan dan jadi tontonan orang...”
“Semoga umi
bisa membuat lebih banyak lagi pengajian...agar para ibu semakin baik pada
anaknya...seperti ibu yang tadi...”
Siang itu
kami berdua belajar banyak, dari sebuah peristiwa tak terduga.
Semoga anaku
benar-benar belajar. Aku harus menyiapkan dia menjadi seorang ibu.
Tentang si
nomer 3 yang peduli ada di sini. Klik.
Tentang si
sulung yang peduli, ada di sini. Klik.
Saya beberapa kali lihat seperti itu. Dan, kejadiannya selalu di mall. Yang terakhir beberapa minggu lalu. Entah apa penyebabnya, saya mendengar seorang ibu marah-marah ke anaknya yang umurnya mungkin sepantar sama anak saya yang pertama (sekitar 10-12 tahun)
ReplyDelete"Lo tuh gak bisa dibilangin sama mama. Bener-bener dongo kayak bapak lo!"
=> rasanya saya sedih banget dengernya. Semarah-marahnya saya, belum pernah sampe keucap kayak gitu. Dan, semoga jangan pernah
Iya mak Myra...kayaknya kita harus melakukan lebih banyak lagi ya untuk penyadaran masyarakat...makasih udah menjadi pengunjung pertama.
Deletesangat bermanfaat sekali bos... thx sharingnya yia...
ReplyDeleteiya makasih sudah mampir ...
DeleteLIKE IT, Tanggung jawab orangtua terhadap anak harus ditingkatkan.. semoga selalu di lindungi ya mak :D
ReplyDeleteamiin makasih sudah mampir mak Aida
DeletePrihatin ya Mak...hiks...hiks....
ReplyDeleteiya...kekerasan yang bermula dari keluarga.
DeleteGmn ya bu.kalo kita lihat marahnya ibu itu terkait byk hal dan kesalahan anak jadi pelampiasan kemarahan.apa suka memarahi anak itu termasuk karakter seseorang ato sikon yg ada pd saat itu? Mhon pencerahan
ReplyDeletememang kasus perkasus bu. tetapi kenakalan anak juga bisa disikapi dengan bijak jika si ibu bukan pemarah
Deleteanak rewel emang kadang bikin bundanya marah, harus banyak2 uistighfar supaya syetan tidak menguasai diri kita, thanks sudah mengingatkan maak
ReplyDeletesama-sama mak rahmi. saya juga terus belajar.
DeleteAnak saya sekarang udah mulai maunya sendiri, susah dibilangin hehe tapi insya allah masih sabar... apalagi setelah baca tulisan ini, mudah2an bisa selalu memeluk dan mencium anak walaupun dia lagi cengeng di tempat umum ;)
ReplyDeleteBetul bunda, pelukan sayang dan bisikan mesra akan meredakan emosi anak.
Deleteduh, ditampok pake sendal? untung bukan bakiak mak hehe.. aku juga kurang setuju sama bullying
ReplyDeleteiya, sampai bunyinya keras banget mak.
Deleteselalu sedih kalau ada peristiwa kayak gini. Jadi ibu memang perlu kesabaran luar biasa, apalagi anak tergantung didikan orang tua. duuh..nggak kebayang perasaan si anak waktu di pukul. semoga semakin tinggi ya, mak..kesadaran orang tua utk mendidik anak dg penuh kasih sayang..
ReplyDeletemak Waya...tentu mak waya kalau marah malah nyanyi jadi anaknya seneng...hihi
DeletePengen nangis :'(
ReplyDeleteya mak, aku yang menyaksikan langsung juga tangis-tangisan sama anakku
Deletesadis bener ih si mamak itu. segalak2nya aku gak pernah sampe kayak gitu :(
ReplyDeleteperlu belajar bersabar juga nih, thks for share ya Mak Ida
ah mak Uniek kan gak galak hihi
Deleteaku juga pernah lihat seperti itu mak,,,si mamak langsung pake nabok pipi anak nya,,miris banget emang,,,
ReplyDeleteiyaa kelak jadi apa ya...anak-anak yang sedari kecil telah dikasari orang tuanya.
Delete