Tertantang GA keren dari emak nun jauh di rantau....
Rasanya gimana gitu kalau mengingat hp
pertama. Jaman dulu melihat hp identik dengan barang mewah. Untuk alat komunikasi saya memakai pager
sekitar tahun 1995. Selama beberapa tahun rasanya tertolong banget
berkomunikasi via pesan di pager. Sekalipun kalau butuh menelepon tetap harus ke wartel
haha....jadi kadang sehari bolak-balik ke wartel selama beberapa kali.
Sekitar tahun 1999, suamiku memiliki hp
pertama. HP seken yang sudah cukup menggembirakan. Itu jaman reformasi. HP
pertamanya sangat menolong untuk koordinasi. Maklum kita juga terlibat dalam
berbagai demontrasi pada saat itu.
Melihat HP suamiku, saya belum berani
berkhayal memiliki HP. Ekonomi kami masih sulit, suliiit banget....
Sekitar tahun 2000...suamiku mendapat
rejeki HP baru, jadi hp lamanya menjadi bagianku. Ooh tak terbayang senangnya,
karena kami jadi bisa saling terhubung dalam jadwal kami yang tak terlalu
beririsan.
Huee....dalam kesibukan kami berdakwah
dan mencari nafkah, kadang rumah bak terminal. Kami piket untuk menjaga anak
dan keluar rumah. Naah HP sungguh sangat terasa manfaatnya.
Inilah penampakan HP pertamaku. Gambar pinjam dari sini.
Mereknya Siemens, serinya tak kuingat
dengan benar mungkin C25, warna hitam. Suamiku membeli barang
seken ini seharga sekitar 400 ribu. Layarnya sudah agak buram, dan hanya dua
baris. Kalau dipakai SMS gak bisa panjang-panjang.
Yang khas adalah tebaal dan beraat. Lumayan jika untuk menimpuk orang usil bisa bikin benjol haha... Eh tapi belum pernah yaa... aku menggunakannya untuk tujuan selain menelepon dan SMS. maksudnya nggak bisa buat selfie halah!
Selama kumiliki, HP triken ini beberapa
kali hampir hilang, namun selalu kembali ke genggamanku.
Heh kenapa triken? Yaah kan setelah
seken jadi triken...haha.
Pertama hampir hilang saat aku
mengantar suamiku pergi ke terminal. Beliau akan ke Jakarta mendadak dan harus
hunting bus segera. Hujan turun lebat, kami berboncengan motor dan mengenakan
mantel.
Sampai di depan gerbang terminal
Umbulharjo, kami oper motor. Suamiku turun, memberikan mantolnya padaku dan aku
duduk di atas motor. Ketika bersalaman dengan suamiku, tiba-tiba ia bertanya:
“Mana HPmu Mi? Coba ditengokin...”
Refleks aku meraba saku gamis dan HP-ku
lenyap. Tanpa ba-bi-bu, suamiku melesat berlari ke dalam terminal, bahkan belum
membayar peron, ia menerobos saja.
Aku bingung terlongong-longong seperti
orang bodong. Eh seperti orang bodoh.Karena kebingungan, aku masih duduk di
motor sambil mencari di sekitarku barangkali hpku jatuh.Tak juga kutemukan. Aku
mengaduk-aduk isi tasku, masih nihil.
Lalu jeng...jeng munculah suamiku.
Berkeringat bercampur air hujan yang membasahi rambutnya. Nafasnya
terengah-engah sambil mengacungkan HPku.
“Ini nih tadi jatuh mungkin. Aku hanya
melihat sekilas ada orang memungut lalu mengacungkan HP ini ke sekitar tanpa
berkata. Lalu dia langsung masuk terminal. Maka aku tadi nanya Umi. ...”
“Hhh...alhamdulillah...masih
rejekiku...trus gimana Abi menemukan orangnya...?”
“Yaah tidak mudah, Abi masih ingat
warna bajunya, tapi nggak begitu jelas orangnya...jadi Abi menebak-nebak saja. Untung
HP itu masih dipegangnya, belum disimpan. Abi kan mengenali HPnya...Alhamdulillah
orangnya langsung percaya...”
“Kok dia baik ya...?”
“Aku kasih uang 50.000 sebagai tanda
terimakasih...”
“Ooh syukurlah...”
Suamiku berpamitan dan berpesan untuk
aku lebih hati-hati menjaga barang berharga kami. Aku berjanji pada diriku
sendiri. Sungguh aku merasa teledor, dan mengingat untuk tidak meletakkan HP di
saku gamis, yang bikin mudah jatuh saat duduk di motor.
Peristiwa kedua adalah saat aku
mengantar suamiku ke warnet di jalan Solo. Ada dokumen yang harus dikirimkannya
dan aku menunggui karena tanggung kalau ditinggal pulang.
Aku bermain dengan
anakku yang lagi belajar berjalan di halaman warnet. Karena waktunya sore, jadi
sekalian kusuap makan sore. Kami duduk di dekat pagar sambil menonton mobil
yang lewat.
Putriku yang manis ini tak bisa duduk
manis. Ia naik turun tempat kami duduk, jadi aku harus meletakkan bawaanku
termasuk HP agar bisa menjaganya.
Setelah suamiku selesai, kami bergegas
pulang. Sampai di rumah sudah waktu maghrib dan aku baru menyadari kalau HPku
tidak ada. Kuaduk-aduk isi tas dan tak kutemukan.
Suamiku berusaha menelepon, terdengar
dering tapi tidak ada yang mengangkat. Aku sudah kehilangan harapan. Kami tidak
yakin dimana hp itu jatuh atau hilang. Kalau jatuh di jalan, pastilah sudah
diambil orang.
Eh...sekitar jam 07.00 ada SMS masuk ke
nomer suamiku.
“Maaf mas, HPnya ketinggalan ya...?’
Langsung suamiku menelepon nomer
tersebut dan bersambut. Rupanya yang SMS adalah penjaga warnet yang sekaligus
juga pemiliknya. Tukang parkir warnet menemukan HPku tergeletak dengan manis di
bangku tempat tadi aku menyuap anakku.
Konon ia hendak mengejar, kami sudah
jauh, jadi ia serahkan pada pemilik warnet, barangkali kami akan kembali jika
menyadari tak membawa HP tersebut.
Alhamdulillah...alhamdulillah....syukurku
pada Allah.
Herannya bagaimana ia bisa tahu nomer
hp suamiku, sedangkan di kontak, yang muncul adalah sebuah kata pengganti nama
suamiku: Sayangku. Ya aku menulis sayangku untuk menandai nomer suamiku.
Untungnya pemilik ini cerdas ya, jadi
ia bisa menemukan kontak suamiku...haha. Dan alhamdulillah aku nggak punya
gebetan haha... yang kuberi nama sayangku....iih
naudzubillah....nggak mungkiiin!
Itulah kisah Hp pertamaku yang
kugunakan hingga akhirnya hurufnya tidak terbaca karena kehabisan baterai
layar. Dan aku sudah capek memakainya karena keseringan lowbat.
Bagaimanapun bentuk
rupanya, hitam seperti kapal api, namun jasanya tak terkira. Terimakasih buat HPku, buat Siemens
yang pernah mengeluarkan serinya, dan buat suamiku yang memberiku HP bekasnya.
Akhirnya sekitar tahun 2002, kami punya
kemampuan mengganti Hpku dengan yang sedikit lebih baik.
Sedikit lebih saja, karena tetap
membeli yang seken dan murah sesuai kantung kami. Dan batreinya juga tetap
tidak tahan lama...hi...hi..hi...hi...#modemaklampir.
Itu kisahku...bagaimana kisahmu?
NB:
Makasih buat mak Isti cuantiik yang telah bikin GA keren ini.
Kalau boleh milih aku mau bukunya mak Jihan Davinca, boleh yang Davincka Code atau Memoar of Jeddah.
He..he...piss pokoke menang maak....hihi....
Atau
???
Hp nya tipe setia, susah nyari yg gitu...
ReplyDeletehehe iya maak...makasih udah mampir ronda
Deletekayak hpku makkk hihi
ReplyDeleteterjangkau ya mak haha
DeleteHP nya nggak mau disimpan orang lain, maunya sama mak Ida :)
ReplyDeleteiya, hp setia mak
Deletebanyak cerita tentang hp jadul ya mbak, aku segera buat juga ah
ReplyDeletehayuk mak, ditunggu tulisannya
Deletewaaaah... hapenya sama Mak, aku juga triken, dikasih suami
ReplyDeletehihi senasib kita nih
Deletehahhahaha seru ya nyeritain hp jadul... kalo punyaku dulu yg warnanya kuning mak ida,, hikzz skrg msh ada yg jual gak yaaa kwkkwwkkw
ReplyDeletemau dimuseumkan ya mak Icha...ayuuk ikutan...
DeleteHah, pager? aku kira tadi pagar. ternyata bacanya pejer, wkkwkwk aku malah belom pernah pegang page samsek. :D
ReplyDeleteAku... aku ngekek liat ada fotoku di situ, hahhaha inisiatif banget dirimu Mak :D Bisaan aja nyogoknya ahhhahha
pokoknya menang kalah gak penting mak...yang penting dapat bukunya mak Jihan hahaha...
DeleteJodoh ya Mak hapenya, hehehe...
ReplyDeleteiya mak wening, sehidup semati...
DeleteHihi, bisa kaya gitu ya mak.. udah berkali-kali ilang eh ketemu lagi, kaya jodoh aja sih :)
ReplyDeletejadi saya bilang, seumur hidup belum pernah kehilangan HP...
DeleteMak Ida, serius, aku baru kali ini lihat hape itu. Hahahahaha. Katrok sekalii ya >,<
ReplyDeletelha aku kan dari jaman dinosaurus...
Deletehp pertamaku dikasih om
ReplyDeletesampai sekarang masih disimpan
tapi pas kmrn bongkar lemari, kok gak nemu yah *ini bukan disimpan dg baik namanya
kadang kalau nyimpannya terlalu serius haha
Deletehape pertama pastinya menjadi hape yg istimewa ya mak
ReplyDeleteiya mak...sekalipun kayak ganjel pintu katan mak kandi pungky
Deletebentar. hape pertamaku apa ya....
ReplyDeletesaking banyak ganti hape sampai lupa nih...
Deletehp pertamaku nokia 5110 Mak.. gede dan berat ... tapi ngetrend di jamannya karena bisa ganti casing warna-warni hihi
ReplyDeletehihi itu sudah jaman modern ya mak...
DeleteHapenya setia banget ya mba, balik lagi balik lagi ke yang punya hehe
ReplyDeleteiya mak santi, namanya masih rejeki...
DeleteWah hpnya jadul bgt mak ida..jaman skrg msh ada ngga ya yg pake hp model gitu?hihihi
ReplyDeletekayaknya masih ada mak...di museum hihi
Deleteaku ngga sempet punya pager mak, trennya cepet banget berganti yang pager itu yak
ReplyDeleteiya mak...kita terkejut dg perkembangan kemajuan
DeleteHp nya sayanh sama majikannya ;)
ReplyDeleteiya mak Fenny...udah soulmate kali
Deletesama mak..hape pertama saya juga siemen tp C35...tahan banting lho n air :)
ReplyDeletekita senasib dong mak...hihi
Deleteitu hape pertama bapak saya mak, dan saya termasuk yang sering meminjamnya juga, jadi bisa membayangkan si rupa hape sambil membaca tulisan ini :)
ReplyDeletemungkin memang lagi masanya hp itu....
DeleteWah, si emen emg penuh kenangan! :-)
ReplyDeletebetul deh
DeleteTadaa....!!! Kunjungan perdana Ibu yang beruntung.
ReplyDeletekenapa saya bilang beruntung? karena selalu saja hape yang merasa di sayang itu kembali ke pemeliknya saat hilang arah dan tidak tahu jalan pulang #eh_lagu ^_^
ditunggu kunjungan baliknya :)
makasih, salam kenal...
Deletesiemens sekarang udah gada ya kak
ReplyDeleteiya kayaknya udah jadi sejarah
DeleteAlhamdulillah - Wasyukurillah ... hapemu memang rezeki mu - 2 x akan hilang tetap kemabli pada pemilik sejati.. Nice ... ;)
ReplyDeleteIni cerita hape pertamaku dan selanjutnya :
http://omman.blogdetik.com/2014/05/25/on-off-on-off/
http://omman.blogdetik.com/2014/05/29/buka-hutan/
Trmksh ya ... :P
makasih juga kunjungannya
Delete