“Bu bagaimana jika seorang suami terlalu apa
adanya?”
“Maksudnya?”
“Dia terlalu
terbuka dalam semua hal...”
“Kepada
istri atau orang lain?”
“Kepada istri...”
“Terlalu
jujur maksudnya?”
“Iya...”
***
Ehm,
bukankah jujur itu baik...? Bukankah saling terbuka itu baik...?
Memang baik,
tapi ada kok pengecualiannya untuk tidak selalu terbuka antara pasangan suami
istri.
Lhoh bener nih?
Lhoh bener nih?
Ya, jika
kenyataan itu hanya akan menyakitkan diantara mereka, atau menjadi duri dalam
hubungan selanjutnya.
Contoh dalam
kasus di atas, ternyata sang suami sangat terbuka pada istrinya termasuk dalam
hal ketertarikan atau godaan wanita lain. Istrinya makan hati.
“Saya tak
ingin kejadian seperti orang-orang, mereka selingkuh atau punya simpanan, lalu
istrinya tidak tahu...jika ketahuan mereka berbohong. Saya tidak mau seperti
itu, maka jika ada sesuatu saya ceritan pada istri, biar pahitnya di awal, saya
tapi baik di kemudian hari...” begitu dalih suami yang ingin menjaga diri ini.
Tidak. Itu
bukan alasan yang tepat.
Ada contoh
ekstrim sebuah kasus. Seorang lelaki pernah banyak berbuat masiyat saat
berpacaran dengan para perempuan lalu bertaubat dan menikah dengan perempuan
solihah yang selalu menjaga kesucian.
Pada malam
pertama saat keduanya saling membuka diri dengan cerita, lelaki ini
menceritakan masa lalunya apa adanya. Yang terjadi adalah istrinya menjadi
jijik dan tidak mau disentuh olehnya. Bahtera rumah tangga mereka menjadi
berantakan sejak malam pertama!
Jadi apa
dong yang seharusnya menjadi rahasia diantara suami istri?
Ada
dalilnya...
Dari Ummu Kultsum binti Uqbah mengabarkan bahwa dia mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Bukanlah pendusta orang yang mendamaikan antara manusia (yang bertikai) kemudian dia melebih-lebihkan kebaikan atau berkata baik”. [Muttafaqun 'Alaih]
Di dalam
riwayat Al Imam Muslim ada tambahan:
Artinya:
“Dan aku (Ummu Kultsum) tidak mendengar bahwa beliau memberikan rukhsah (keringanan) dari dusta yang dikatakan oleh manusia kecuali dalam perang, mendamaikan antara manusia, pembicaraan seorang suami pada istrinya dan pembicaraan istri pada suaminya“.
“Dan aku (Ummu Kultsum) tidak mendengar bahwa beliau memberikan rukhsah (keringanan) dari dusta yang dikatakan oleh manusia kecuali dalam perang, mendamaikan antara manusia, pembicaraan seorang suami pada istrinya dan pembicaraan istri pada suaminya“.
Jelas
deh...dan ini contoh konkritnya:
1. Masa lalu yang buruk. Saat seseorang
telah bertaubat nasuha, maka tak perlu ia menceritakan pada pasangannya apa
yang telah dilakukannya di masa lalu. Bahkan sekedar menyebut dan menunjuk
deretan mantan pacarnya. Taubat artinya tidak lagi mengingat, apa lagi
membanggakannya.
2. Saat ia memiliki lintasan pikiran
pada orang lain yang bukan mahramnya. Tak perlu seorang suami memuji perempuan
lain di hadapan istrinya. Atau seorang istri memuji lelaki lain di hadapan
suaminya. Sekalipun hanya sebatas kekaguman. Apalagi jika itu seseorang yang
selalu rutin berada di sekitar pergaulan sehari-hari.Bahkan jika di suatu tempat ia tertarik pada perempuan lain,
maka perintahnya adalah pulang dan mendatangi istrinya, karena yang ada pada
perempuan itu juga ada pada istrinya. Pulang untuk menyalurkan hasrat pada istrinya,
bukan justru menceritakan perempuan lain pada istrinya.
3. Jika ada masalah diantara pasangan
dengan keluarga besar janganlah saling membuka aib. Seorang istri yang sedang
marah pada ibu mertuanya, tidak mau diajak silaturahmi ke rumah mertua, maka
sebagai suami janganlah menceritakan apa adanya. Jika mertua tahu akan sakit
hati dan berefek jangka panjang yang buruk. Jangan pernah ceritakan kekurangan
pasangan anda pada orang tua anda maupun orang tua pasangan anda. Termasuk
sebaliknya, ketidak sukaan orang tua kita atau keluarga, jangan diceritakan apa
adanya pada pasangan.
4. Secara umum informasi dan peristiwa
yang jika diketahui atau disampaikan hanya akan memperkeruh situasi, baiknya
tidak disampaikan atau menunggu saat yang tepat. Contoh, seorang istri yang
sakit berat, divonis dokter bahwa usianya tak akan bertahan lama. Ada baiknya
suami tidak menyampaikan apa adanya pada istrinya untuk tetap menjaga semangat
hidup dan upaya kesembuhan dari istrinya.Kisah Ummu Salamah yang menunda kabar kematian anaknya
sepulang suaminya datang dari perjalanan jauh, adalah contohnya.
5. Perasaan negatif jangan selalu
diungkapkan pada pasangan. Misal saat sedang kehilangan rasa cinta pada
pasangan, janganlah berterus-terang dengan mengatakan“ Aku tidak mencintaimu lagi...” dalam penikahan, bukan hanya
masalah perasaan, tapi tanggung jawab syariat dan nashab harus dipertimbangkan
untuk merawat keutuhan rumah tangga. Rasa cinta yang menyusut bisa dirajut
ulang. Tapi luka hati karena merasa tidak dicintai akan berbekas lama.
Sebagian
ulama lain berkata, di antaranya Ath-Thabari, “Tidak boleh berbohong, apa pun
bentuknya”. Lanjut mereka. “Riwayat yang membolehkan dusta di sini, maksudnya
adalah tauriyah (menyamarkan) dan penggunaan kata-kata sindiran.
Bukan bohong benar-benar bohong.
Dan tujuan
menyamarkan tadi untuk tujuan kebaikan dan bukanlah untuk menutupi tindakan
maksiyat, perbuatan buruk tetaplah buruk. Jika tidak taubat, cepat atau lambat
akan dibuka oleh Allah.
Apakah anda
bisa menangkap maksud tulisan ini?
Silahkan
berbagi pengalaman bagi yang punya pengalaman jujur vs menyamarkan ini.
Anda yang suka menangis, mungkin anda meminati :
http://ida-nurlaila.blogspot.com/2014/01/saat-istri-diam-diam-menangis-dibalik.html
Anda yang benci perselingkuhan:
http://ida-nurlaila.blogspot.com/2013/11/selingkuhnya-para-hp.html
Anda yang suka menangis, mungkin anda meminati :
http://ida-nurlaila.blogspot.com/2014/01/saat-istri-diam-diam-menangis-dibalik.html
Anda yang benci perselingkuhan:
http://ida-nurlaila.blogspot.com/2013/11/selingkuhnya-para-hp.html
Sepakat, Mak. Kejujuran pun harus ditimbang dulu baik buruknya, jangan asal nyerocos aja, lalu banyak hati yang terluka ya, Mak. Ada kalanya, menyamarkannya justru menjadi sebuah kebaikan dan menghindarkan timbulnya pertikaian. Thanks for share, Mak Ida. :)
ReplyDeletemakasih kunjungannya mak Al...maaf lahir batin ya....
DeleteSetuju mak, meskipun pasangan suami istri tapi dalam beberapa kondisi kita memang tidak harus selalu terbuka dengan beberapa hal yang justru dapat merusak
ReplyDeletemakasih mak...btw namamu...hihi
DeleteI love you, ibu ida...
ReplyDeleteluv u too
Deleteaku sering berkata pada suamiku cukup kau simpan saja masalalu mu karena aku tak pernah ingin mengetahui nya
ReplyDeleteBenar saja saat suami berkata tentang masalalu nya aku marah dan merasa jijik