Peristiwa
ini sungguh terjadi. Seorang suami yang pulang kerja dan mendapati istrinya di
rumah dalam keadaan cemberut, tersinggung dan ikut cemberut. Ia bertanya sebab
marahnya sang istri dan jawaban yang diterima sungguh tidak mengenakkan. Walaupun
cemberutnya bukan karena suaminya.
“Tahu tidak,
hari ini aku capek sekali dan anakmu rewelnya minta ampun!” kata si istri
ketus.
“Lah kalau
tahu repot, kenapa pembantu malah kamu berhentikan?” rupanya baru beberapa hari
yang lalu mereka mem-PHK PRT.
“Eh lha
kerjanya nggak becus, bikin kesel di hati saja...Papa sih nggak ngadepin tiap
hari, aku yang jengkel lihat cara kerjanya...”
“Tapi Mama
kalau capek jadi marah-marah...nggak enak juga”
“Papa bantuin
cari lagi kek, bantuin Mama urus rumah kek...malah ikutan marah!”
Bla-bla...percekcokan
berlanjut. Temanya berubah ubah. Dari sikap istri, kasus pembantu, sikap suami,
kenakalan anak. Tak ada habisnya.
Saling
balas.
Kemarin ada
kasus berbeda pada keluarga berbeda.
Seorang
istri mengadukan suaminya tidak mau diajak mudik. Dia ingin sebelum puasa mudik
ke kampung halamannya yang hanya berjarak 2 jam berkendara, sekedar ziyarah
makam ayahnya.
Dua pekan sebelumnya
saya sudah dengan dari suaminya bahwa istrinya tidak mau diajak mudik ke rumah
asal suami, bahkan sudah setahun terakhir karena konfliks dengan ibu mertuanya.
Jadi saya
berkomentar pada sang istri yang mengadu.
“Kenapa jadi
saling balas?’
“Saling
balas ya bu? Begitu ya”
“Lha katanya
mbak nggak mau diajak mudik, bahkan sudah lama tidak berkunjung ke rumah
mertua...”
Ia tertunduk
dan mulai menangis. Entah apa maknanya.
Ada yang
lebih parah lagi. Seorang istri yang mengaku pernah tergelincir, pernah
selingkuh. Lalu ia insyaf dan ingin menjadi istri yang baik. Suaminya yang
terlanjur sakit hati, justru membalas perbuatan istrinya dengan perbuatan yang
setimpal. Saya saksikan sendiri ia menjadi ganjen dan menggoda beberapa
perempuan.
“Kalau istri
saya bisa selingkuh, memangnya saya tidak? Ada lho yang mau dengan saya bu. Ada mahasiswi
PTS...”
“Trus mau
buktiin apa? Kamu masih bisa tebar pesona gitu? Atau buktikan bahwa kamu sama
buruknya dengan istrimu? Klop dong....padahal istrimu sekarang taubat mau baik,
kenapa kamu malah jadi mau buruk...”
Dia
tercenung dengan kata-kata saya yang menohok. Saya memang sedikit jengkel
karena ia mengaku teman saya, jadi tidaklah layak sebagai teman malah
memamerkan keburukan dengan bangga.
Fenomena
saling balas ini sepertinya umum sekali. Ada aksi, ada reaksi. Reaksi spontan
sering kali sebesar aksinya dan kadang lebih besar lagi. Reaksi yang emosional.
Jika tidak
mau merenung dan berfikir matang, maka tidak akan pernah ada ujungnya.
Masing-masing
menyimpan kartu. Sayangnya kartu hitam pasangan yang lebih banyak disimpan. Keburukan.
Adapun kartu putih, seolah menguap bagai susu dalam belanga.
Kepada para
suami, sering saya pesankan, bahwa ia adalah pemimpin rumah tangga.
Suami lah yang
bertanggungjawab terhadap surga dan neraka anak istrinya. Semangatnya adalah
mendidik dan menjaga keluarga melalui keteladanan.
Jika
bersikap saling balas keburukan seperti anak kecil semua atau pribadi kerdil
yang tersimpan dalam tubuh orang dewasa. Suami harus memberi contoh termasuk
dalam hal meminta maaf dan cepat memaafkan. Jika ia konsisten dengan prinsip
itu, anak dan istrinya akan mudah mengikuti.
Adapun untuk
para istri, saya sering pesankan bahwa setiap kebaikan akan selalu berbalas
kebaikan. Dan sebaliknya. Suami istri ibarat dua orang yang saling bercermin. Apa
yang menimpanya bisa jadi dipicu oleh
apa yang dilakukannya.
Jika istri
lebih banyak menebar kebaikan, mencintai pasangan dengan tulus dan sepenuh
hati, mudah memaafkan dan mudah meminta maaf, memberikan yang terbaik,
berkomunikasi santun penuh cinta dalam bahasa verbal dan non verbal. Semoga suaminya
cepat atau lambat juga akan berubah.
Kepada ke
dua belah fihak saya pesankan: Yang penting mulailah dari membaguskan kualitas
diri anda. Kualitas hubungan anda dengan Allah, kualitas ibadah anda, kualitas
akhlak anda. Maka Allah yang akan memantaskan pasangan anda.
Jika ia
memang jodoh anda, maka Allah akan berikan kesadaran padanya untuk juga menjadi
baik seperti anda. Jika ia tak kunjung menjadi baik, biarlah Tangan Allah yang
mengaturnya, apakah yang akan menjadi taqdir anda.
Jangan selalu
berfikir bercerai untuk setiap konflik dan perbedaan. Karena sejatinya
pernikahan adalah menejemen perbendaan dan konflik adalah kemestian. Jika emergency exit berupa perceraian memang
menjadi taqdir anda, akan ada jalan dengan sendirinya.
Huff.
Tak sedikit
kesabaran yang berbuah baik. Seorang teman yang 20 tahun menikah dengan
berbagai suka duka dan pahit manis cerita. Orang lain melihat dari luar,
sepertinya banyak dukanya. Suaminya kadang berfikir poligami, ekonomi belum
mapan, hingga sekarang masih harus mencari kontrakan tiap tahun, usahanya jatuh
bangun. Hutangnya berjibun. Tak jarang suami meninggalkannya selama beberapa
bulan. Lebih sering mengancam untuk menceraikannya. Kadang juga ada masa
suaminya baik sekali.
Tapi kulihat
istrinya adalah perempuan surga. Sangat sabar dan terus setia. Menurutnya ini
adalah pilihan hidupnya. Ia bertaubat dan mohon maaf pada orang tua dan teman-temannya.
Terus berbuat baik pada suami dan anak-anak. Tak pernah ia membalas keburukan
sedikitpun. Sekarang suaminya telah insyaf. Mereka mulai kembali relasi yang
baru dan tampak harmonis.
Daya tahan. Daya
tahan seorang istri atau suami dalam sabar menghadapi ujian rumah tangga,
diantara yang menentukan akhir cerita. Dan jangan pernah berfikir saling balas
keburukan.
Keburukan
yang dilakukan orang lain, tak pernah menghalalkan untuk kita juga berbuat
buruk. Karena masing-masing menanggung amalnya sendiri.
(Bersambung)
Keren mak postingannya. hehe jadi keinget sama efek #CHSI (Catatan Hati Seorang Istri), kata suami saya .
ReplyDeleteEmak Ida Nur Laila, Mantabs blognya. makasih share-nya
hehe makasih kunjungannya.
DeleteSarat ilmu, mak. Ilmu yg aplikatif..trima ksh ya mak atas pencerahannya^^
ReplyDeletemakasih sama-sama.
DeleteDiperlukan SAMAWA tuk mengarungi bahtera kehidupan...
ReplyDeleteiya betul ya
DeleteMasyaAllah. Dinamika kehidupan berumah tangga, beragam dan bermacam2 ya mba... Semoga kita selalu dilindungi oleh Allah dari perbuatan2 buruk yg akan mengancam kehidupan rumah tangga kita.
ReplyDeleteamiin.iya betul banget butuh kesabaran. makasih kunjungannya ya.
Deleteshare postingan2 yang ada di blog ini menarik sekali mak .
ReplyDeleteyang single juga suka baca :))
hihi silahkan.makasih ya jika suka berkunjung dan suka share.
DeleteMak,,postingannya bikin mak jleb,,,nangis sendiri didepan kompi :'(
ReplyDeleteaduuh maaf...cup-cup ini sapu tangan mak
DeleteKasus di atas sring bgt saya temui si kantor, Ibuuu.
ReplyDeleteEmm, kalau saya tebar pesonanya di depan Bu ida saja. :)
Idah...makasih ya. besok buber datang ya...nginap di rumahkuu
DeleteAku speechless,Mak. Pasang-surut dalam rumah tangga memang pasti akan ada ya. Semoga aku dan suami bisa tetap saling mencintai dan bertahan sampai maut memisahkan. Aamiin.
ReplyDeleteBtw, aku juga mauuu nginep di rumahmu, Maaaak.
Amiin...kapan ke jogja berlibur tak puter-puterin...ahaha jangan pusing. Btw aku juga pengin nginap di rumahmu hiks...
DeleteSelama mata masih bisa bebas memandang jatuh cinta jatuh cinta kan bakal terus hadir kan ustadzah
ReplyDeleteamiin semoga jatuh cinta pada pasangan sendiri saja ya
Delete