Wow judulnya
syereemm!
Hey, baca
dulu ya...
Anak-anakku
tidak bisa pipis sembarangan. Pada suatu ketika kami berada di sebuah lapangan.
Si nomer 3, laki-laki, pengin pipis. Kami kesulitan menemukan toilet di keramaian
itu. Mending kalau ada mall, atau toserba, adanya warung kecil yang tidak punya
toilet. Dengan terpaksa aku membujuk agar ia mau pipis di salah satu pojokan
yang terlindung kerimbunan tanaman dan cebok dengan air mineral.
Olala...ia
menolak melakukannya. Padahal usianya baru 3 tahun!
Akhirnya
kami memutuskan berkendara mencari masjid terdekat, yang memiliki toilet.
Walaupun
sedikit repot, sesungguhnya saya bersukur bahwa anakku telah memiliki rasa malu
tidak mau membuka aurat di tempat terbuka. Ini adalah hasil pendidikan seksual
sejak lahir.
Ajarkan Etika di Pemandian Umum |
Memang apa
sih yang telah kami terapkan?
Sejak anak
terlahir, kami berusaha menjaga auratnya. Tidak sembarang orang boleh melihat
tubuhnya saat mengganti popok, memandikan
atau mengganti baju. Hanya orang-orang terdekat dan pengasuh saja.
Jika kami
harus mengganti di tempat umum, maka diusahakan untuk tetap menutupnya dengan
selembar kain. Demikan pula yang kami contohkan atas diri kami.
Saya tidak
pernah mengganti baju di depan anak, sekalipun mereka masih bayi. Apalagi
mengajak mandi bersama. Jika sesekali harus menemani bermain air, maka saya
mengenakan baju basahan.
Suamiku pun
tak pernah membuka baju di depan anak-anak. Tak pernah hanya menggunakan kaus
dalam, apalagi telanjang dada. Anak-anak selalu melihat orang tua berpakaian
lengkap. Minimal kalau ibunya ini mengenakan daster.
Jika ada
gambar orang mengumbar aurat, kami biasa mengomentari,
“Ini mbaknya
malu-malu ya...”
Akhirnya ia
terbiasa jika melihat gambar, foto atau tayangan yang membuka aurat, ia mengatakan:
“Mbaknya
au-au mi...” Maksudnya au-au =malu-malu. Dan ia bersegera menutupi.
Oya, kami
juga sangat menjaga kerahasiaan hubungan suami istri. Tak pernah kami lakukan
di dekat anak bayi jika ia terjaga...hehe apalagi yang bukan bayi ya...
Kami
berusaha untuk merahasiakan peristiwa itu dari mata dan telinga anak-anak sejak
mereka bayi. Juga dalam hal yang sifatnya intim seperti berciuman dan prolog
lain. Kami tidak nampakkan di depan anak-anak.
Rasa sayang
kami tunjukkan dengan pelukan yang sopan, cium tangan dan belaian lembut.
Saat mereka
telah menjadi balita, satu hadits yang kami kenalkan.
“Inna
nuhinaa anturoo auratunaa...” yang artinya sesungguhnya kita dilarang
memperlihatkan aurat kita.
Anak-anak
diajari untuk belajar buang air, BAB di kamar mandi. Diajari untuk menutup
auratnya jika keluar kamar mandi. Menegur jika ada anak lain yang pipis
sembarangan, apalagi BAB sembarangan.
Ajarkan Etika Bergaul yang benar |
Peristiwa
sehari-hari menjadi pelajaran berharga bagi si kecil. Misalnya, beberapa hari
yang lalu, di sebuah sekolah sedang menyelenggarakan acara orang tua.
Anak-anak
bermain di halaman tanpa pengawasan orang tua. Ada seorang anak usia sekita 5
tahun yang dijauhi teman-temannya sambil mereka menjerit-njerit.
Saya yang
berada tak jauh dari lokasi segera melihat sebab keributan itu.
Dan...jeng...jeng...
Betapa
terkejutnya saja mendapati si anak laki-laki usia 5 tahun itu menunjukkan
kemaluannya pada teman-temannya. Itulah yang membuat semua berlarian menjauh
dan anak perempuan menjerit-njerit.
“Saya
menghentikan aksi itu dengan menasehati sang anak itu dan mengajaknya berjanji
untuk tidak melakukan lagi. Sayangnya saya gagal mencari siapa orang tua si
anak karena ketika kutanya nama ortunya, ia tidak mengetahui atau tidak mau
menjawab. Ia hanya menjawab ibunya bernama Mama, dan ayahnya bernama
Papa...halah!.
Saya juga
menasehati teman-temannya untuk tidak meniru perbuatan itu dan tidak
mengucilkan temannya agar tidak bertambah nakal.
Putraku yang
berusia tujuh tahun, mendapat pengalaman berharga yang kubingkai dalam
percakapan.
“Tadi ada anak yang tidak baik ya Po...”
“Iya nakal
sekali dia tidak menutup aurot...” jawab Revo.
“Sebenarnya
ia nakal karena ia belum tahu....tadi kan sudah diberi tahu Umi...semoga ia
mengerti...”
Kulihat Revo
mencerna pembicaraan kami.
“Kalau ada
teman yang begitu, apa yang kamu lakukan Po...?”
“Iya di
sekolah ada temanku yang pernah bercanda melorotin celana temanku yang lain...’
“Menurutmu
boleh apa tidak?”
“Tidak...aku
sudah bilang tidak boleh tapi mereka tidak menurut...”
“Iya,
bercanda itu ada batasnya, nggak boleh mengejek, membuka aurat atau
mencelakai...kalau temanmu tidak menurut, laporkan pada Bu guru saja...”
“He-eh...”
“ Kamu
cerita ya sama Umi kalau ada peristiwa tidak baik...”
“He-eh”
“Kan umi pernah
cerita, kalau aurat kita tidak boleh ada yang sembarangan menyentuh, memainkan
atau menyakiti....dimana auraot laki-laki...?”
“Dari pusar
sampai lutut.....”
“Iya
betul...jadi kau jangan ijinkan orang lain menyentuh, memainkan atau menyakiti
sekalipun hanya bercanda....”
“Oke...”
“Toss...”
kamipun toss.
“Kalau kamu
lihat peristiwa buruk, kamu harus lapor ya. Kalau ada orang dewasa memaksa kamu,
teriak saja apa nangis yang keras lalu lari okee...?!”
Itu adalah
bagian dari percakapan harian yang semoga menjadi bekal baginya.
Selamatkan
anak-anak kami ya Allah dan anak-anak di seluruh dunia dari kejahatan seksual.
Artikel ini diikutsertakan dalam
mksh ya mak sharingnya.. ;)
ReplyDeletesaya sering lihat ibu2 nyuruh anaknya pipis di got dkt jln raya pdhl byk rumah disitu.. :(
hehe iya mak....sama-sama....
DeleteSharing yg bagus, mak:)
ReplyDeletexixixixi....ayoo ikutaan
DeleteSubhanallah, tulisannya reminder buat saya hehee
ReplyDeletemakasih kunjungannya mak
DeleteNice. Aku juga selalu diajarkan begitu sejak kecil, makanya suka geli kalau lihat ada ortu lagi di jalan tiba2 berhenti terus biarkan anaknya pipis di pinggir jalan (biasanya jalan tol). Atau malah ganti baju di depan umum. Anaknya ngompol, masih jauh dari WC celananya udah dibukain. Ewww :( Good luck untuk giveawaynya, ya :)
ReplyDeletehihi makasih mak, kadang kita mengambil pelajaran dari orang tua dan lingkungan
DeleteWAhh..tulisan yang bagus. Makasih sharingnya
ReplyDeletesama-sama vera, senang dikunjungi
DeleteAnak saya yang bungsu umur 4 tahun sejak kecil malu pakai singlet aja mbak, selalu mau pakai baju sementara anak-anak lain tidak malu. Allhamdulillah ada untungnya juga
ReplyDeleteAlhamdulillah mak...anak yang sopan ya....
DeleteSharingnya bermanfaat sekali, mak.
ReplyDeleteSalut sama Revo :D
makasih mak, doakan jadi anak sholih ya
Deletebagus mbk, sangat inspiratif..
ReplyDeletemakasih kunjungannya....
DeleteTerimakasih mak Ida.. sudah mengikuti Give Away 10 Hari At-Thahirah Blog Contest :) Peluk hangat.. Yang lain mudah - mudahan ikutan jadi bisa sharing bareng :)
ReplyDeleteiya mak makasih ya...udah berkunjung. senang kok bisa partisipasi
DeleteSharingnya bermanfaat sekali, Bu Ida :-)
ReplyDeleteiya makasih kunjungannya ya
DeletePengalaman dan pelajaran yang berharga untuk anak-anakku kelak. Terimakasih sharingnya.
ReplyDeleteiya sama-sama mak
Delete