Tuesday, December 2, 2014

Tujuh Langkah Hadapi Suami Pemarah

Pada suatu hari, seorang bunda yang tak kutahu namanya dan tempat tinggalnya,  menelepon dengan tangisan pilu.
"Ibu bagaimana menghadapi suami yang pemarah?"
Setelah kugali lebih jauh, rupanya suaminya tengah berhubungan dengan teman kerjanya. Sejak hubungan intensif itulah suaminya menjadi berubah sikap.

Berbagai cara telah ditempuh sang istri. dari nasehat yang halus marah-marah. Melapor ke ortu maupun mertua. Meminta saran dari beberapa teman dekat hingga ustadz. Semua saran yang dipraktekkan gatot alias gagal total.

Ada yang menyarankan untuk mendiamkan suami, ternyata suaminya menjadi semakin marah dan memancingnya untuk bertengkar. Dan terjadilah pertengkaran. Bahkan di depan anak semata wayangnya yang masih kecil.

Ada yang menyarankan untuk membicarakan problem dan perasaannya ke suami. Yang terjadi suaminya juga meledak kemarahannya.

Sang istri jadi merasa serba salah. Ngomong salah, diam juga salah. Melapor ke orang tua salah, minta pulang ke rumah ortu juga salah. Lapor mertua juga salah, minta nasehat orang juga disalahkan.

Maunya suami, istri memahami dirinya, tapi enggak mau memahami perasaan istrinya. Istrinya sampai hampir putus asa dan merelakan jika rumah tangganya harus pecah.
Mencoba menasehati WIL itu menemui jalan buntu bahkan menuai keributan makin hebat dengan suaminya. Sudah berapa banyak piring terbang dan barang yang hancur dalam beberapa bulan terakhir.


Sisi positifnya mertua mendukung sang istri dan membantu menasehati suami. Walaupun belum membawa hasil.
Saat semua upaya telah ditempuh, apalagi yang bisa saya sarankan?

Cobalah 7 resep ini.
1. Harus yakin bisa mempertahankan rumah tangga dan melewati badai ini dengan bermohon pertolongan Allah. Sebagai istri sah, maka harus yakin bisa bertahan. Jangan menyerah kalah dengan selingkuhan

2. Jangan pernah purik atau pulang ke rumah ortu meninggalkan suaminya. Jangan pernah. Istri yang pergi dari rumah akan dianggap salah kecuali keadaan darurat menyangkut keselamatan nyawa. Itupun pergilah ke rumah mertua. Jika tidak tahan dan pengin menenangkan diri ke rumah ortu, mintalah suami mengantar.

3.Jangan terlalu banyak cerita penderitaan hati pada ortu, karena akan meretakkan hubungan ortu dengan suami. Jika tidak kuat mintalah dukungan pada mertua atau keluarga suami. Termasuk jangan mudah curhat pada sembarang orang.

4.Fokuslah pada perbaikan diri, jangan fokus pada perempuan selingkuhan.
Periksa hubungan diri dengan Allah, perbaiki ibadah, perbaiki penunaian peran sebagai istri dan ibu. Tingkatkan akhlaq mulia dan rajin berdoa. Rawat diri agar cantik mempesona dan bersikap semakin manis pada suami.

5."Pejamkan mata" dari perempuan itu dengan tidak lagi berhubungan dengan media apapun. Karena setiap hal yang terkait itu hanya akan menyulut api cemburu dan kemarahan diri maupun kemarahan suami. Kewajiban menasehati dua belah fihak sudah dilakukan, serahkan selanjutnya pada Allah.

6. Jika suami memancing pertengkaran, apa yang harus dilakukan? Misal istri pamit akan pergi taklim, suami malah komentar,
" Enggak usah pengajian, enggak ada gunanya kamu ngaji nyatanya kamu kurang ajar sama suami!"
Saat seperti itu atau situasi apapun yang memancing pertengkaran, pergilah mengambil air wudhu, jika masuk waktu sholat, sholatlah. Jika tidak, bertilawahlah.
Kemarahan bisa jadi karena godaan setan, kemarahan juga mengundang setan. Berwudlu dan membaca AlQuran semoga meredakan kemarahan dan mengusir setan.

Jika suami protes, misal berkata:
"Kenapa kamu diajak ngomong malah baca Qur'an...?" Jawab saja:
"Aku sedang menenangkan diriku.Mohon ijin baca quran."
Saya yakin suami tak akan melarangnya.

7. Sabar, menambah kesabaran dan memperkuat kesabaran.
Konflik dan ujian dalam berkeluarga itu kemestian. Semua orang mengalami. Mereka yang bertahan tentu melakukan perjuangan yang lebih berat. Namun itulah pelajaran kehidupan yang harus dilalui.
Apakah menunai pahala atau dosa, menuai surga atau neraka, tergantung bagaimana kita memainkan peran.

Anggap saja suami sedang sakit dan butuh pertolongan. Jangan istri terbawa ikutan sakit atau malah lebih parah. Pertahankan kewarasan jiwa dengan tetap menyadari tanggung jawab merawat suami. Dan merawat jiwa sendiri dengan sabar dan sholat.

Tidak mudah mungkin pada awalnya, tetapi resep ini pernah berhasil pada beberapa orang. Lama atau sebentar masanya diantaranya tergantung pada kekuatan ruhiyah istri.
Jangan bilang saya tidak adil karena hanya menuntut ini itu dari sisi istri. Tidak bukan begitu.
Saya hanya bisa mengintervensi orang yang rela diintervensi.

Para suami "mabok" ini sedang tak bisa mendengar nasehat. Kita harus menunggu masanya dimana mata hatinya terbuka.
Lebih mudah mana memaksa merubah orang lain yang sedang keras hati atau merubah diri sendiri?
Istri sendiri yang bisa menjawabnya.

Istri tersebut juga yang tahu kapan saatnya harus bertahan atau melepaskan diri.
Setiap keputusan memiliki konsekwensi, maka jangan pernah mengambil keputusan saat sedang emosi. Dipastikan akan membawa penyesalan di kemudian hari.

Jadi kita tunggu cerita selanjutnya, apakah resep ini akan berhasil lagi.
Saya hanya bantu doa dari jauh, untuk siapa saja yang dirundung masalah serupa.
Semoga tidak ada yang tersinggung.

4 comments:

  1. Suami saya sih nggak pemarah, tapi beberapa point di atas bagus juga diterapkan saat suasana lg gak kondusif dan atau terjadi pertengkaran ya, Mbak Ida. Thanks for sharing. Bermanfaat sekali

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
    Replies
    1. maaf bunda, japri untuk curhat ya.
      Semoga allah beri yang terbaik.

      Delete