Saturday, December 3, 2011

Yang Kualami di Tanah Suci (4)

Sakit - 2
Oleh : Ida Nur Laila

Sorenya aku tidak jadi keluar hotel. Cuaca di Mekkah beralih ke dingin. Angin kencang dan menggigit, aku tidak berani keluar dengan keadaanku yang belum membaik.
Ini kali kedua aku sakit. Yang pertama dulu saat di Mina. Sepulang dari Muzdalifah, suaraku hilang, aku pilek, batuk dan panas. Hanya 2 hari selebihnya tinggal menghabiskan batuknya. Saat kembali ke apartemen di Syauqiyah, keadaanku lebih baik. Dan sesampai di Madinah, udara dan suasana Madinah telah menyembuhkanku.
Sakit saat berhaji, sepertinya dialami oleh seluruh jamaah haji.  Cepat atau lambat, di awal kedatangan atau di pertengahan, atau disaat akhir, atau nanti sekembali di tanah air. Bahkan ada yang terus menerus sakit, maklum dari sononya di tanah air juga sudah langganan sakit.
Faktor fisik dan lingkungan memang sangat berpengaruh. Akhir Oktober saat kami sampai di Mekkah, cuaca sungguh panas. Siang hari panas terik, mungkin suhu diatas 40 derajat C. tapi aku tidak mengukurnya lho. Kalau keluar memakai masker kain yang dibasahi air. Memakai topi dan kacamata. Kadang memakai payung. Jika asesorisnya lengkap demikian, panas tidak terlalu terasa. Kita tahu jika panasnya lebih dari yang biasa kita alami di Indonesia adalah ketika ternyata bibir dan kulit tungkai kaki kering dan pecah2. Jika malam hari udara cukup dingin. Cuaca ekstrim ini tentu membuat jamaah mudah sakit.

Aktivitas yang cukup berat lantaran semangat ibadah yang tinggi, yakni bolak-balik ke masjid, kurang istirahat lantaran masih jetlag. Menu makan juga mungkin kurang sesuai dengan lidah dan selera. Atau tidak sesuai dengan program diet masing2 personal, bisa saja menjadi sebab.
Terkait masalah menu makanan, doa yang selalu saya ucapkan adalah :
“ Ya Allah mudahkanlah aku untuk menyukuri apa saja yang Kau hidangkan di tanah suci, apakah itu makanan, cuaca, peristiwa atau kesempatan apapun...” doa yang indah ini, sekali lagi,  saya dapatkan dari mbak Nurjannah, senior saya di jamaah Shalahuddin UGM dulu.
Bertemu dengan orang banyak, sama juga bertemu dengan banyak peluang penyakit. Daya tahan tubuh kita yang menjadi bentengnya. Jamaah haji hendaknya membawa aneka suplemen untuk meningkatkan daya tahan.  Ada madu, ada suplemen untuk aktivasi sistem imun, ada multivitamin, atau protein kadar tinggi, habbatussauda...ah banyak pilihan jenis dan merek. Saya sarankan konsumsilah suplemen yang biasa anda konsumsi di tanah air. Maksudnya agar anda tidak kaget dengan efek terapi dan efek sampingnya.
Sebagai contoh, ada teman saya yang sangat baik hati, memberi hadiah bekal perjalanan sampai 4 jenis suplemen. Ada beberapa yang saya belum pernah mengkonsumsi, maka sejak di tanah air, saya coba satu persatu. Diantaranya ada yang bersifat alkali, dan karena perut saya sering kembung, saya jadi sering buang angin. Frekwensinya meningkat tak terkendali. Akhirnya saya minta ijin kepada yang memberi untuk saya habiskan suplemen tersebut di tanah air sebelum saya berangkat, untuk menghabiskan angin di perut saya.
Lebih baik saya banyak buang angin di tanah air, dari pada nanti saya di sana harus bolak-balik wudhlu karena berhadats. Apalagi saat thowaf atau di masjid, kan jadi repot sendiri. Alhamdulillah daya tahan saya meningkat dan di sana saya jarang kembung dan relatif jarang buang angin.
Walaupun demikian saya tetap sempat sakit. Dua hari di Mina dan sehari di Mekkah. Itu saya syukuri. Banyak jamaah lain yang jika sakit tidak segera sembuh. Ada yang kena diare. Bolak-balik ke toilet. Sehari bisa 9 – 10 kali, sampai lemas. Ada yang kebalikannya. Berhari-hari tidak buang air besar, jadi mengerang-erang karena sakit perut.
Jadi sakit perut seperti diare, itu sesuatu yang sangat mungkin terjadi. Sebab pertama mungkin karena seseorang menyepelekan atau melecehkan orang lain yang sedang sakit perut, jadi dia ikut sakit perut. Anda jangan heran, yang demikian ini dialami oleh beberapa orang. Maka kalau melihat orang lain sakit, bersimpati, menolong dan beristighfar. Jangan menertawakan atau menganggap remeh apalagi mencela penderitaannya.
Sebab lain mungkin salah makan. Menunya tentu tidak pernah salah. Tapi menu yang benar dan saluran cerna kita yang juga benar, belum tentu menjadi baik jika bertemu. Kadang ada masakan yang baik-baik saja di perut orang lain, tapi di perut kita menjadi masalah. Maka anda yang semestinya tahu, makanan apa saja yang sensitif bagi penmcernaan anda.
Sebagai contoh, ini cerita sepasang suami istri yang ikut rombongan berziyarah ke ladang unta. Di ladang tersebut ada peternakan unta. Dan karenanya dijual juga susu unta segar. Langsung diperah, disaring dan diminum di temapat. ( Sebenarnya kasihan juga melihat anak unta yang kehausan lantaran hak ASInya dibeli oleh para jamaah haji). Berhubung percaya dan yakin dengan promo tentang kashiat susu unta yang yang beraneka ragam, termasuk untuk obat kuat, maka suami istri ini membeli dan minum di tempat.
Tak lama kemudian si istri sakit perut dan minta suaminya mengantar mencari toilet. Toilet lumayan jauh, dan membuat seisi bus harus menunggu mereka. Akhirnya suaminya mengomeli istrinya .
“ Ibu ini pakai sakit perut segala, jadi repot nih cari toilet, mana bikin orang lain menunggu kita. Kan tidak enak sama yang lain..”
Istrinya tidak membantah, lantaran memang perutnya sakit dan harus dikeluarkan isinya.
Tak lama setelah kembali ke bus, dan bus mulai  berjalan, gantian suaminya yang sakit perut dan ingin ke belakang. Padahal bus mereka tidak bertoilet dan mereka tidak bisa segera menemukan toilet. Akhirnya sang suami ini harus menderita menahan sakit perut dalam perjalanan menuju hotel. Nah.
Terlepas dari apakah susu unta penyebabnya atau bukan, sekarang gantian istrinya yang bilang “ Ayah sih pakai ngomelin ibu, sekarang gantian ayah yang jadi sakit perut, ayo kita istighfar...”
Sungguh repot jika diare. Toliet di masjid biasanya berjarak dengan tempat sholat yang sesungguhnya- maksudnya dalam masjid. Toilet biasanya terletak di luar dan harus turun ke lantai dasar. Kalau di Masjidil Haram dan anda belum memahami situasinya, maka bisa kesulitan mencarinya. Toilet di masjid Nabawi lebih gampang mendapatkannya. Jumlah dan kebersihannya juga relatif baik. Anda tidak perlu mengantri jika mau berjalan sedit lebih ke dalam.
Jika anda sedang diare, sholatlah tidak jauh dari toilet. Memang tidak nyaman, namun temannya banyak yang suka sholat dekat toilet.
Repotnya jika di Mina, Arafah atau Muzdalifah. Mau tidak mau ada jam-jam sibuk dimana toilet harus antri, dan jika anda sedang diare, tidak semua orang rela dan berbesar hati gilirannya didahului dengan alasan diare. Wah banyak saja berdoa dan istighfar agar tidak diare.O iya sama sering cuci tangan, mungkin membantu mencegah diare.
 Kembali ke urusan sebab sakit. Jadi sebab yang sering diantaranya  adalah urusan makan. Maka anda sendiri yang tahu, makanan mana yang berpeluang menjadikan anda memiliki masalah pencernaan, masalah tensi, kolesterol, asam urat, kadar gula darah...dsb.
Jika ada banyak sajian yang menggoda selera, kontrol ada pada kita sendiri. Orang lain makan dengan lahap, mengambil segala macam lauk yang terhidang, kita yang pandai menyesuaikan dengan kebutuhan dan daya tahan tubuh kita. Semua untuk kebaikan kita sendiri.


Bersambung

1 comment: