Friday, January 20, 2012

Wisata Haji (3) Yang Kualami di Tanah Suci (34)



Oleh : Ida Nur Laila


Sekarang saya ajak anda mengunjungi masjid Qiblatain. Tepatnya, kami berusaha mengunjunginya, namun karena waktu yang telah beranjak siang, semangat para jamaah telah menyusut. Jadi kami hanya melewatinya. Aku sedih, sungguh sedih, lantaran ingin sekali menginjakkan kaki di tempat yang sangat bersejarah itu. Tapi untuk mengobatinya, kita belajar saja tentang riwayat masjid tersebut.
Masjid Qiblatain (artinya: masjid dua kiblat) adalah salah satu masjid terkenal di Madinah. Masjid ini mula-mula dikenal dengan nama Masjid Bani Salamah, karena masjid ini dibangun di atas bekas rumah Bani Salamah. Letaknya di tepi jalan menuju kampus Universitas Madinah di dekat Istana Raja ke jurusan Wadi Aqiq atau di atas sebuah bukit kecil di utara Harrah Wabrah, Madinah.
Masjid Qiblatain di Madinah
Pada permulaan Islam, orang melakukan salat dengan kiblat ke arah Baitul Maqdis (nama lain Masjidil Aqsha) di Palestina. Baru belakangan kemudian turun wahyu yang memerintahkan kepada Rasulullah SAW untuk memindahkan kiblat ke arah Masjidil Haram  di Makah.
Peristiwa itu terjadi pada tahun ke-2 Hijriyah hari Senin bulan Rajab di Masjid Bani Salamah ini. Pada saat mampir ke kota itu, Nabi sempat melakukan takziyah ke rumah Ny. Ummitasyar di kampung Salamah. Wanita itu baru saja berduka lantaran salah satu putranya meninggal dunia. Nabi SAW bermaksud menyenangkan keluarga Ummitasyar. Pada saat itu juga, keluarga Ny Ummitsayar menyembelih seekor kambing. Sebagian daging kambing itu dipergunakan untuk menjamu Baginda Rasul. Jamuan makan itu sendiri bertepatan dengan waktu Shalat Dzuhur. Pada saat itulah, turun wahyu dari Allah, yang isinya memerintahkan supaya kiblat Masjid diubah.
Ketika itu Rasulullah SAW tengah salat dengan menghadap ke arah Masjidil Aqsha. Di tengah salat, tiba-tiba turunlah wahyu surat Al Baqarah ayat 144, yang artinya:
“Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Alkitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.”
Setelah turunnya ayat tersebut di atas, beliau menghentikan sementara salatnya, kemudian meneruskannya dengan memindahkan arah kiblat menghadap ke Masjidil Haram. Merujuk pada peristiwa tersebut, lalu masjid ini dinamakan Masjid Qiblatain, yang artinya masjid berkiblat dua.
Masjid Qiblatain telah mengalami beberapa kali pemugaran. Pada 1987 Pemerintah Kerajaan Arab Saudi di bawah Raja Fahd melakukan perluasan, renovasi dan pembangunan konstruksi baru, namun tidak menghilangkan ciri khas masjid tersebut. Sebelumnya Sultan Sulaiman telah memugarnya di tahun 893 H atau 1543 M.
Masjid Qiblatain merupakan salah satu tempat ziarah yang biasa dikunjungi jamaah haji dan umrah dari seluruh dunia. Biasanya, jamaah hanya berziarah dan shalat dua rakaat di Masjid dua kiblat itu. Yang selalu ditanyakan jamaah di mana arah kiblat yang lama? 

Beberapa tahun lalu, petunjuk qiblat lama tertera di papan dan dinding masjid. Namun belakangan ada yang mengatakan petunjuk itu sudah tak ada lagi. Jika ingin tahu secara persis tinggal bertanya kepada petugas atau askar yang berada di masjid.
Di sekitar masjid itu terdapat sebuah sebuah sumur, yang letaknya di pekarangan milik seorang Yahudi. Karena keberadaan sumber air sangat penting bagi sebuah masjid, maka Nabi memerintahkan kepada Usman Bin Afan agar membeli sumur itu dengan harga 20 ribu dirham. Dalam selanjutnya sumur ini diwakafkan.
Hingga saat ini, masjid dan sumur tersebut masih ada dan berfungsi. Selain untuk keperluan masjid, seperti untuk bersuci dan keperluan air minum, air sumur itu juga dipergunakan untuk mengairi tanaman sekitar masjid. Demikian kisah tentang masjid Qiblatain yang kuhimpun dari berbagai sumber. Sembari menshoot masjid dari atas bus yang berjalan perlahan melewati lokasi masjid, tak lupa kupanjatkan doa, agar suatu saat Allah mengizinkan aku berziyarah ke masjid ini. Amin.

2 comments: