Thursday, November 14, 2013

Apokat busuk dan rejeki

Ada yang masih menjadi rejekiku
Siang itu aku terkejut mendapati satu kresek plastik warna kuning berisi apokat tergeletak di teras rumahku. Kulongok isinya ada 18  butir. Hampir semuanya berwarna hitam kehijauan. Sepertinya ada banyak yang busuk dan kematangan.
Cepat otakku berputar, kira-kira dari mana asal muasal apokat ini.

Yang paling masuk akal adalah apokat ini dari mobil suamiku. Aku jarang melongok dan menyentuh mobil putih besar itu kecuali saat bepergian dengan suamiku. Sepekan yang lalu suamiku pergi mengunjungi saudara sepupunya di daerah Karanganyar, Kemungkinan beliau dibawain apokat dan lupa tertinggal di mobil. Tadi pagi jam 4 suamiku diantar sopirnya tergesa berangkat keluar kota, mungkin sang sopir menemukan kresek apokat ini dan menaruhnya saja di teras rumah.
Kupikir aneh juga, bukankah setelah kepergian ke Karanganyar itu, supir sempat mencuci dan membersihkan mobil...apakah ia tidak melihat kresek itu ?

Dengan asal-usul yang kuperkirakan itu, kubawa masuk dan kukeluarkan apokat untuk melihat mana yang bisa diselamatkan. Dengan perasaan sedih teriris-iris aku membuka satu persatu, mengiris dan mengambil yang masih layak makan.
Wah kok lebay amat ...!
Memang begitu adanya. Aku sungguh sedih karena apokat adalah buah kesukaanku. Melebihi buah-buah yang lain. Akhirnya kudapat sekitar 500 gram buah apokat lunak yang lalu kublender menjadi 6 gelas jus. Alhamdulillah. Aku konfirmasi suamiku, memang betul itu apokat dibawakan oleh saudara tapi beliau suamiku lupa.
Yang bisa diselamatkan

Ya sudah, tak usah kecewa.
Janji Allah pasti bahwa kita masing-masing punya takaran rejeki. Hanya saja ada yang mengambil jatahnya, ada yang membiarkannya tetap tersimpan. Selain menyediakan rejeki tersebut, Allah melengkapi dengan petunjuk cara membuka pintu-pintunya. Tinggal kita apakah mau mencari jalan menuju pintu, mencari anak kunci dan membukanya. Niat ikhlas. Usaha, usaha dan doa diantara pembukanya. Dan ada pembuka yang lain seperti silaturahmi, shodaqoh, istighfar dan perbanyak terus amal sholih.

Sesuatu yang sudah di tangan saja bisa jadi belum menjadi rejeki. Ada orang yang mendapat gaji bulanan, sudah berusaha dengan cara yang halal, pulang dari ambil gaji kecopetan. Uang sudah di tangan belum tentu menjadi rejekinya.
Ada yang sudah di bawa pulang, untuk membangun rumah dengan susah payah, ternyata rumah yang sedang dibangun runtuh, seperti yang dialami bapakku. Jadi sampai jadi rumah juga belum tentu menjadi rejeki.
Ada juga yang membeli makanan, dengan uang yang halal, makanan yang halal, dan jatuh sebelum masuk ke mulut. Menjadi rejeki semut dan cacing. Bahkan ada yang sudah dikunyah, masuk ke perut.....eeh malah muntah-muntah layaknya ibu hamil yang hyperemesis...kan belum jadi rejekinya juga.

Kembali ke apokatku, sekalipun agak sedih, tak perlu kusesali. Takkan ada yang luput sesuatupun jika memang telah menjadi jatahku.
Jadi kureguk saja pelan-pelan jus apokat yang ada. Penuh kesyukuran, berdoa  menjadi berkah kesehatan bagi tubuhku dan mendapat gratisan lagi lain kali.
Apokat terasa lezat di lidah, siapa yang mau...?

Yummy....

6 comments:

  1. iya bener juga mak, yg ditangan pun blom tentu rejeki kita ya mak. TFS mak, mau donk alpukatnya

    ReplyDelete
  2. untungnya masih ada yg bs diselamatkan, ya :)

    ReplyDelete
  3. sama Mak, suka juga juz alpokat, aduuuh manisnya hehhhe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah,alhamdulillah msh terselamatkan ya mak. Enak bgt itu jusnya mak,mau donk :D

      Delete
  4. makasih kunjungan paginya untuk Emak-emak :
    Nathalia Cornelis
    myra anastasia
    Eddelweiss - Naqiyyah Syam
    Khusnul Dwi Tyasari
    Alhamdulillah masih ada yang sehat dan enaak...semoga semua kebagian satu-satu...glek-glek-glek.

    ReplyDelete
  5. Suka banget baca tulisannya *rejeki itu adalah bagaimana Allah yang mengaturnya. Alhamdulillah ya Mak, masih bisa dibuat jus dan menyegarkan...Hm....

    ReplyDelete