Monday, January 6, 2014

JANGAN CIDERAI KEPERCAYAAN


Masih ingat kisah lama yang kira-kira berjudul: gembala yang kesepian. Kubaca saat saya masih di bangku SD.
Saya ulang sedikit versi yang saya ingat ya:
Alkisah ada seorang anak gembala yang selalu bekerja sendirian bersama para dombanya di kaki gunung. Terkadang kebosanan datang pada gembala kesepian ini. Suatu hari ia punya ide untuk membunuh kesepiannya. Anak gembala itu berteriak:
“Tolong...tolooong...ada serigala!”

Mendengar teriakan anak gembala, penduduk desa berdatangan ke kaki gunung menemui anak gembala itu. Ternyata anak gembala dan dombanya dalam keadaan baik-baik saja. Tidak ada serigala. Penduduk desa kecewa karena mereka merasa tertipu. Mereka telah meninggalkan pekerjaannya demi menolong anak gembala. Nyatanya ia hanya bermain-main. Singkat cerita, pada hari lain anak gembala itu mengulangi keisengannya untuk kedua kalinya dan berakhir dengan kekecewaan para penduduk.

Pada suatu hari, datanglah sekawanan serigala yang menyerbu domba gembalaan di kaki gunung. Anak gembala panik dan berteriak minta tolong.
“ Toloong...ada serigala!” Ia berteriak berulang hingga habis nafasnya, dan serigala itu berhasil membunuh beberapa dombanya. Namun penduduk kampung tak ada yang datang seorangpun. Mereka mendengar teriakan anak gembala dan lolongan serigala, namun mereka berkata:
“Jangan sampai kita dikerjai anak gembala itu untuk ketiga kalinya”
Jadi begitulah balasan yang diterima oleh orang yang iseng-iseng berbohong. Kehilangan kepercayaan.

Maaf ya jika cerita versi saya tidak persis sama. Maaf juga saya tidak mencantumkan sumbernya karena saya sudah lupa di majalah anak-anak yang mana saya membacanya saat saya masih SD. Saya hanya ingin mensarikan ulang hikmah kisah tua itu: jangan ciderai kepercayaan. Sungguh mahal harga kepercayaan. Sekalinya ia hilang, betapa sulit menebusnya.


Seorang istri menceritakan bahwa ia pernah membuat satu kesalahan yang kemudian disesalinya seumur hidup. Ia tidak merincikan apa keslahannya, namun sebagai konsultan, mudah untuk menebaknya. Suaminya yang marah karena kesalahan itu, sepertinya tak pernah memaafkannya. Buktinya sekarang suaminya membalas dendam dengan balik menyengaja melakukan kesalahan yang sama. Biar impas katanya. Hhmmm.
Anda para pembaca, semoga arif bijaksana. Kehormatan diri hanyalah bisa kita bangun sendiri dengan kesungguhan kita menepati janji dan memelihara amanah.
Orang jawa bilang: “Ajining diri, gumantung obahing lathi”
Maknanya, harga diri kita tergantung apa yang kita ucapkan dan konsistensi kita pada ucapan tersebut.

Intinya adalah perkataan yang benar, itu kunci utama menjaga perkataan. Ini kisahku kemarin yang memilih untuk mengeluarkan uang lebih banyak demi menjaga kepercayaan. Kemarin saya mengajak ibu-ibu wisata religi. Sejak semua sudah booking pinjaman bus dari teman yang punya sekolah. Informasi dari suamiku, ada 1 bus kapasitas 24 orang. Berhubung peserta awal 60 orang lebih, saya putuskan menyewa satu bus tambahan.  Setelah mecari lewat seorang teman, dapat juga sewa busnya  kapasitas 30 orang. Deal. H-2 saya konfirmasi langsung dengan pemilik bus pertama, yang milik sekolah, ternyata ada 2 bus. Hmm total ada 3 bus. Bimbang nih. Kalau yang sewa dibatalin, dua bus artinya untuk 48 orang dan saya masih harus cari tambahan satu mobil lagi dong.

Keadaan berubah cepat. H-1 ada beberapa orang yang membatalkan diri sehingga peserta hanya 50 orang. Menurut pemikiran saya, lebih mudah membatalkan bus pinjaman dari pada bus sewaan. Kalau orang dipinjam, nggak jadi, mungkin malah senang karena nggak jadi repot. Tapi kalau barang sewaan, jangan-jangan ia sudah menolak order lain demi janjinya padaku.

Begitulah. Saya memilih kehilangan sekitar satu juta, selisih ongkos yang saya keluarkan saat membatalkan satu bus pinjaman dan tetap melanjutkan menyewa.
Hey kenapa jadi curhat...eh demi pelajarannya, saya memilih menjaga kepercayaan dan kredibilitas saya.

Menjaga kepercayaan juga dengan kesungguhan kita menepati etika dan tata aturan. Jika dalam hidup ini diatur dengan aturan sosial yang tertulis maupun tidak, dalam agama juga ada syariat ibadah dan akhlaq. Orang yang menepati semua itu, insya Allah akan dihormati oleh orang lain. Suami istri yang saling menjaga komitmen diantara mereka berdua, insya Allah akan memiliki hubungan jangka panjang yang sehat dan indah.

Betapa capeknya hubungan yang dibangun diatas rasa curiga dan was-was. Apalagi jika sedah masuk unsur dendam. Kapan akan ada sakinah. Betapa jauhnya dari baiti jannati.
Trus, kalau sudah terlanjur nih...gimana dong.

Memang tidak mudah, namun bisa. Lakukan 3 hal saja.
1.     Taubatan nasuha. Artinya menyesali diri, tidak melakukan lagi, mohon ampun pada Allah dan minta maaf pada pihak terkait.
2.     Tutup dengan perbuatan yang baik dan kesungguhan menjaga diri agar tidak tergelincir lagi. Ini akan menghapuskan.
3.     Terus berdoa agar dimudahkan keluar dari masa lalu itu dan dimaafkan oleh Allah, ditutup aibnya dan dihapus dari hati dan ingatan pasangan kita.

Diantara taubat yang diterima itu adalah saat orang lain tak lagi membincangkan kesalahan kita. Tak ada manusia yang tidak bersalah, namun ada yang kesalahannya dibincangkan orang banyak, ada yang tidak. Nah yang sadar dan taubat, itu yang ditutup kesalahannya oleh Allah.

Semoga saja kita dijauhkan dari perbuatan menciderai kepercayaan ini. Selalu dijaga dari ketergelinciran. Amin.


2 comments:

  1. ya, kepercayaan itu mahal mak, bahkan tak terbeli dengan gunungan harta :D

    ReplyDelete
  2. makasih kunjungannya mak Sumarti Saelan...senang banget nih dapat komentar...

    ReplyDelete