Friday, February 7, 2014

ISTRI ‘NURUT’ PADA SUAMI, HARUSKAH?



Saya pernah membahas tentang bahas tentang ‘ngeyel’ di sini.. Sekarang temanya "nurut” ya...Saya doakan yang membacanya masuk surga, amin!

Dalam sebuah situasi, seorang bunda sebut saja namanya Dinda, menangis mengeluhkan suaminya. Dinda ingin menyumbang barang bekas yang ada di rumahnya untuk acara amal pengumpulan barang bantuan untuk korban bencana. Suaminya melarang, itulah yang membuat dia sakit hati dan bersedih.
“Apakah istri harus selalu nurut sama suami? Bahkan untuk hal-hal seperti ini...” isak Dinda.


Dinda menyadari, ia tidak bekerja, suaminyalah yang mencari nafkah, sedangkan ia masih menyelesaikan kuliah di tingkat akhir. Anak pertama mereka telah berumur 3 tahun, banyak pakaian dan perlengkapan bayi yang ingin ia sumbangkan untuk korban bencana. Tapi mentok di urusan ijin suaminya.

“Kita kan masih akan punya anak lagi, barang-barang ini harus kita simpan untuk anak ke dua.” Benar juga ya alasan suaminya.
“Allah Maha Kaya Bang, besok kita akan diberi kemampuan untuk membeli yang baru....” lirih suara Dinda tersendat.
“Yang cari uang itu aku...” kata suaminya menukas.

Endingnya bisa ditebak, Dinda masih menangis dan suaminya semakin jengkel.
Jika anda berada pada situasi ini, sebagai Dinda, apa yang akan anda lakukan?

Kalau saya menyarankan pada Dinda untuk mendahulukan ‘nurut’ pada suaminya. Menyumbang bisa lain kali, tapi jika tidak nurut, kerukunan dengan suaminya bisa terancam. Berat kan pertaruhannya.

“Nurut” atau taat pada suami sebenarnya tidak mutlak. Lho kok?
Yang mutlak itu hanya nurut taat pada Allah dan Rasulullah. Pada pemimpin (dalam keluarga suami sebagai pemimpin), itu ada syaratnya.

Apaan syaratnya?
Selama suami memimpin dalam kebenaran. Jika suami memerintahkan kebaikan, wajib nurut. Jika suami menyuruh pada keburukan, wajib menolak dan meluruskan suami.

Dalam kasus Dinda, suaminya tidak menyuruh pada keburukan, hanya melarang Dinda berbuat baik. Perbuatan baik yang kebetulan bukan kewajiban. Melarang perbuatan wajib seperti sholat, melarang puasa Ramadan, atau melarang memakai jilbab itu wajib ditentang alias tidak ditaati. Tetapi jika suami melarang perbuatan sunnah, masih bisa ditoleransi.

Sebaiknya Dinda memang menurut saja untuk sementara waktu, sambil terus mengusahakan agar suaminya meningkat keyakinannya pada taqdir rejeki dan hasil dari perbuatan baik seperti sedekah. Kelak jika suaminya telah terbuka hatinya, tak kan ada lagi perbedaan pendapat tentang berbuat baik ini.

Fragmen diatas adalah secuil cerita keseharian dinamika suami istri. Berbeda pendapat, acapkali terjadi dalam mengambil keputusan. Membuat rencana kehidupan maupun menyelesaikan masalah. Musyawarah adalah cara terbaik, karena jika mau voting hasilnya selalu seri...ya nggak? Karena cuma berdua, suami dan istri.

“Keluarga adalah show room demokrasi” ungkapan ini saya peroleh saat mengikuti ceramahnya Profesor Dr Muladi yang kala itu menjabat sebagai Gubernur Lemhanas. Dari keluarga yang demokratis akan lahir anak-anak yang mudah melakukan demokrasi. Adapun dari keluarga otoriter, kira-kira akan lahir generasi macam apa ya?

Kembali kepada topik istri yang taat atau nurut pada suami, misinya juga menghargai suami sebagai kepala keluarga. Anak akan melihat teladan dari orang tuanya. Bagaimana bundanya menghormati ayahnya dan juga bagaimana ayah memimpin keluarga dengan cinta, dengan mengedepankan musyawarah.

Bagaimana menghadirkan sikap mudah untuk taat pada suami gak pakai dongkol dan air mata?
1.  Sadarilah bahwa lelaki, adalah pemimpin dalam rumah tangga. Maka hormatilah sebagai seorang pemimpin, bahkan sekalipun jabatan, penghasilan atau kesehatan istri lebih dari suami.
2.  Sadarilah bahwa interaksi suami istri akan dilihat dan dicontoh anak. Istri yang cenderung suka membantah, akan ditiru oleh anak gadisnya. Suami yang banyak ‘kalah’ pendapat dari istri, bisa menginspirasi anak lelakinya.
3.  Jangan terlalu meributkan hal yang sepele seperti warna cat rumah, tata letak dan pernik-pernik yang lain untuk mengurangi wilayah konflik.
4.   Ikhlaskan bahwa ridho Allah juga tergantung ridho suami, tentu selama suami masih dalam koridor kebaikan dan tidak menyuruh bermaksiat.
5.  Tundukkan saja ego diri dengan akhlaq mulia, demi keutuhan rumah tangga dan masa depan anak-anak.
6. Senantiasa bermohon petunjuk pada Allah agar suami menjadi pemimpin yang lurus dan penuh kasih sayang, dan kita diberi keshabaran untuk menjadi makmum yang baik.
7.  Selalu meningkatkan ketrampilan komunikasi, negosiasi yang cantik agar ide-ide kita masuk tanpa suami terkesan didekte hehey...

Jadi, haruskah istri ‘nurut’ pada suami? Ahai tergantung...apakah suaminya Wonderful Husband!




18 comments:

  1. Waahh.. semoga sukses GA nya mak..
    iya sih, tergantung gmn suaminya yg mau dituruti ;)

    ReplyDelete
  2. setuju mak ida....bagaimanapun saya berusaha nurut dg suami....kalopun ada yg bertentangan, biasanya saya membahasnya pelan2....

    ReplyDelete
  3. makasih kunjungannya Nurul noe dan Enci...ikutan GA doong

    ReplyDelete
  4. Alasan suaminya masuk akal, dan seharusnyalah menurut

    ReplyDelete
  5. setuju banget mbk,nurut suami itu wajib..kl yg buruk sih No :D

    ReplyDelete
  6. makasih mak hana dan Santi dewi...semoga suami kita selalu baiik ya...

    ReplyDelete
  7. beruntung ya perempuan2 yang dikarunia suami yg baik hati, bisa melindungi istri dan bisa jd pemimpin yg benar dalam rumah tangga ^^ mudah2an mak Ida termasuk di dalamnya..

    ReplyDelete
  8. umi ida, saya tunggu buku 'Wonderful Wife'nya ya :) Butuh juga nih...
    alḥamdulillāh saya udah baca buku Wonderful Husband dan akan saya kadokan buat calon suami saya besok ahad.. mohon doanya umi :)

    salam,
    Yuri (sempat ngajar di SDIT LHI walau ga sempat ngajar Revo hehe)

    ReplyDelete
  9. Bunda yuni, ditunggu ikutan GA ya, doakan segera kelar nih bukunya. Amin doanya Mak Arifah, semoga demikian pula mak Arifah dan semua pembaca blog saya, amin.

    ReplyDelete
  10. Waaah... bahagia banget kalau suaminya wonderful husband. Saya sdh baca bukunyaaa.... *tinggal ikut GAnya

    ReplyDelete
  11. Iya terkadang begitu ya mak ida, padahal yg kt maksud itu kbaikan ama suami bisa jd g boleh. Ya sudah nurut dulu deh. Mksh maak

    ReplyDelete
  12. sama-sama puteriamirilis.makasih sudah mampir ya

    ReplyDelete
  13. Wa keren,pengen tanya seputar pertanyaan di atas tapi aga privat bisa ga ya mak ida,hhihi

    ReplyDelete