Saya pernah membahas
tentang bahas tentang ‘ngeyel’ di sini.. Sekarang temanya "nurut” ya...Saya
doakan yang membacanya masuk surga, amin!
Dalam sebuah situasi,
seorang bunda sebut saja namanya Dinda, menangis mengeluhkan suaminya. Dinda
ingin menyumbang barang bekas yang ada di rumahnya untuk acara amal pengumpulan
barang bantuan untuk korban bencana. Suaminya melarang, itulah yang membuat dia
sakit hati dan bersedih.
“Apakah istri harus
selalu nurut sama suami? Bahkan untuk hal-hal seperti ini...” isak Dinda.
Dinda menyadari, ia
tidak bekerja, suaminyalah yang mencari nafkah, sedangkan ia masih
menyelesaikan kuliah di tingkat akhir. Anak pertama mereka telah berumur 3
tahun, banyak pakaian dan perlengkapan bayi yang ingin ia sumbangkan untuk korban
bencana. Tapi mentok di urusan ijin suaminya.
“Kita kan masih akan
punya anak lagi, barang-barang ini harus kita simpan untuk anak ke dua.” Benar
juga ya alasan suaminya.
“Allah Maha Kaya
Bang, besok kita akan diberi kemampuan untuk membeli yang baru....” lirih suara
Dinda tersendat.
“Yang cari uang itu
aku...” kata suaminya menukas.
Endingnya bisa
ditebak, Dinda masih menangis dan suaminya semakin jengkel.
Jika anda berada pada
situasi ini, sebagai Dinda, apa yang akan anda lakukan?
Kalau saya
menyarankan pada Dinda untuk mendahulukan ‘nurut’ pada suaminya. Menyumbang
bisa lain kali, tapi jika tidak nurut, kerukunan dengan suaminya bisa terancam.
Berat kan pertaruhannya.
“Nurut” atau taat
pada suami sebenarnya tidak mutlak.
Lho kok?
Yang mutlak itu hanya
nurut taat pada Allah dan Rasulullah. Pada pemimpin (dalam keluarga suami
sebagai pemimpin), itu ada syaratnya.
Apaan syaratnya?
Selama suami memimpin dalam kebenaran. Jika suami memerintahkan kebaikan, wajib nurut. Jika suami menyuruh pada keburukan, wajib menolak dan meluruskan suami.
Dalam kasus Dinda, suaminya tidak menyuruh pada keburukan, hanya melarang Dinda berbuat baik. Perbuatan baik yang kebetulan bukan kewajiban. Melarang perbuatan wajib seperti sholat, melarang puasa Ramadan, atau melarang memakai jilbab itu wajib ditentang alias tidak ditaati. Tetapi jika suami melarang perbuatan sunnah, masih bisa ditoleransi.
Sebaiknya Dinda
memang menurut saja untuk sementara waktu, sambil terus mengusahakan agar
suaminya meningkat keyakinannya pada taqdir rejeki dan hasil dari perbuatan
baik seperti sedekah. Kelak jika suaminya telah terbuka hatinya, tak kan ada
lagi perbedaan pendapat tentang berbuat baik ini.
Fragmen diatas adalah
secuil cerita keseharian dinamika suami istri. Berbeda pendapat, acapkali
terjadi dalam mengambil keputusan. Membuat rencana kehidupan maupun
menyelesaikan masalah. Musyawarah adalah cara terbaik, karena jika mau voting hasilnya
selalu seri...ya nggak? Karena cuma berdua, suami dan istri.
“Keluarga adalah show
room demokrasi” ungkapan ini saya peroleh saat mengikuti ceramahnya Profesor Dr
Muladi yang kala itu menjabat sebagai Gubernur Lemhanas. Dari keluarga yang
demokratis akan lahir anak-anak yang mudah melakukan demokrasi. Adapun dari
keluarga otoriter, kira-kira akan lahir generasi macam apa ya?
Kembali kepada topik
istri yang taat atau nurut pada suami, misinya juga menghargai suami sebagai
kepala keluarga. Anak akan melihat teladan dari orang tuanya. Bagaimana
bundanya menghormati ayahnya dan juga bagaimana ayah memimpin keluarga dengan
cinta, dengan mengedepankan musyawarah.
Bagaimana
menghadirkan sikap mudah untuk taat pada suami gak pakai dongkol dan air mata?
1. Sadarilah
bahwa lelaki, adalah pemimpin dalam rumah tangga. Maka hormatilah sebagai
seorang pemimpin, bahkan sekalipun jabatan, penghasilan atau kesehatan istri
lebih dari suami.
2. Sadarilah
bahwa interaksi suami istri akan dilihat dan dicontoh anak. Istri yang
cenderung suka membantah, akan ditiru oleh anak gadisnya. Suami yang banyak ‘kalah’
pendapat dari istri, bisa menginspirasi anak lelakinya.
3. Jangan terlalu meributkan hal yang sepele seperti warna cat rumah, tata letak dan pernik-pernik yang lain untuk mengurangi wilayah konflik.
3. Jangan terlalu meributkan hal yang sepele seperti warna cat rumah, tata letak dan pernik-pernik yang lain untuk mengurangi wilayah konflik.
4.
Ikhlaskan
bahwa ridho Allah juga tergantung ridho suami, tentu selama suami masih dalam
koridor kebaikan dan tidak menyuruh bermaksiat.
5. Tundukkan
saja ego diri dengan akhlaq mulia, demi keutuhan rumah tangga dan masa depan
anak-anak.
6. Senantiasa
bermohon petunjuk pada Allah agar suami menjadi pemimpin yang lurus dan penuh
kasih sayang, dan kita diberi keshabaran untuk menjadi makmum yang baik.
7. Selalu
meningkatkan ketrampilan komunikasi, negosiasi yang cantik agar ide-ide kita
masuk tanpa suami terkesan didekte hehey...
Waahh.. semoga sukses GA nya mak..
ReplyDeleteiya sih, tergantung gmn suaminya yg mau dituruti ;)
setuju mak ida....bagaimanapun saya berusaha nurut dg suami....kalopun ada yg bertentangan, biasanya saya membahasnya pelan2....
ReplyDeletemakasih kunjungannya Nurul noe dan Enci...ikutan GA doong
ReplyDeleteAlasan suaminya masuk akal, dan seharusnyalah menurut
ReplyDeletesetuju banget mbk,nurut suami itu wajib..kl yg buruk sih No :D
ReplyDeletemakasih mak hana dan Santi dewi...semoga suami kita selalu baiik ya...
ReplyDeleteMakasih sharenya mak..:)
ReplyDeletesama-sama kania ningsih
ReplyDeleteberuntung ya perempuan2 yang dikarunia suami yg baik hati, bisa melindungi istri dan bisa jd pemimpin yg benar dalam rumah tangga ^^ mudah2an mak Ida termasuk di dalamnya..
ReplyDeleteumi ida, saya tunggu buku 'Wonderful Wife'nya ya :) Butuh juga nih...
ReplyDeletealḥamdulillāh saya udah baca buku Wonderful Husband dan akan saya kadokan buat calon suami saya besok ahad.. mohon doanya umi :)
salam,
Yuri (sempat ngajar di SDIT LHI walau ga sempat ngajar Revo hehe)
Bunda yuni, ditunggu ikutan GA ya, doakan segera kelar nih bukunya. Amin doanya Mak Arifah, semoga demikian pula mak Arifah dan semua pembaca blog saya, amin.
ReplyDeleteWaaah... bahagia banget kalau suaminya wonderful husband. Saya sdh baca bukunyaaa.... *tinggal ikut GAnya
ReplyDeleteAyo titi esti ditungguuu
ReplyDeleteIya terkadang begitu ya mak ida, padahal yg kt maksud itu kbaikan ama suami bisa jd g boleh. Ya sudah nurut dulu deh. Mksh maak
ReplyDeletesama-sama puteriamirilis.makasih sudah mampir ya
ReplyDeleteIkut share ya bunda ^^
ReplyDeletesilahkan
DeleteWa keren,pengen tanya seputar pertanyaan di atas tapi aga privat bisa ga ya mak ida,hhihi
ReplyDelete