Friday, February 14, 2014

#SB2014 dan Gunung Kelud tanpa Kalut

Mobil di sebelah kami

Hari ini sungguh ajaib bagiku. Semua peristiwa berjalan penuh haru dan liku. Hingga sore ini aku terpaku, menatap pengumuman #SB2014...dan aku tak percayaaa...

Bangun jam 04.00 kurasakan sesak di dada. Ini tidak biasa. Kulirik AC mati dan suamiku di kamar mandi. Jadi kuhidupkan lagi barangkali bisa mengusir rasa sesak ini.

Jalan Berkabut debu
Ternyata tidak. Dan kabar mendadak sepulang suamiku dari sholat berjamaah shubuh di masjid, sungguh mengagetkan. Hujan abu!!
Apakah Merapi meletus?

Segera aku googling dan mendapat kabar yang meletus adalah gunung Kelud. Sepertinya mustahil, gunung Kelud itu jaraknya sekitar 300km dari Jogja, mengapa separah ini? Lebih parah dari yang kami alami saat letusan merapi, padahal jarak rumah kami dari Merapi hanya 30km.

Pagi ini, kuisi dengan berkeliling kampung membagi masker yang kebetulan memang ada satu dos di rumah. Desaku seperti kuburan, warga memilih menutup pintu. Ibu Wandi tetangga dekatku, mengeluhkan dagangan sarapan paginya yang tak laku. Aku ikut pilu.

Dari sekolah anak-anak dipastikan bahwa semua diliburkan. Gadis nomer duaku semalam barusan pulang dari Bandung, dan si sulung juga sedang TA, jadi rumah ini lengkap formasi kami setengah lusin anakku, satu ponakan dan ibuku.

Kami isi dengan bersenang-senang. Tadinya mengantar kakak pertama berkeliling mencari obyek foto. Lalu kami OL bersama. 

Dan jreng-jreng hujan turun rinai. Semua lupa dengan OLnya. Heboh kami menengok bagaimana curahan air hujan layaknya kopi susu. Air memercik mengotori dinding. Hujan air campur abu vulkanik.
Hanya sebentar, segera selesai dan kembali berganti hujan abu tipis.


Pet.
Jam 09.30 listrik mati..ti. Kesempatan untuk menggiring anak-anak membersihkan halaman yang berlapis lumpur vulkanik. Senang melihat semua bersemangat membersihkan rumah. Suasana meriah walau memakai masker dibawah rinai abu vulkanik.

Jam 13 kami start untuk berangkat ke Semarang. Nanti malam ada forum untuk suamiku dan besok pagi ada Seminar Parenting untukku. Sekalian mengajak si no 5 untuk menengok calon sekolah SMPnya.

Dengan semangat ‘45, kami berangkat aku, suamiku, supir dan 3 anak. Si nomer 1,3 dan 4 memilih di rumah karena esok belum tentu libur sekolah.
Jalan raya sungguh mengerikan. Tak kelihatan warna lain, semua didominasi putih abu. Bahkan pepohonan dan wajah para caleg di poster-poster. Jika ada kendaraan melintas, tiba-tiba jarak pandang hanya 1m. Setelah 30 menit perjalanan merayap. Kami memutuskan putar haluan. Sekedar mencari tempat makan sambil berkoordinasi dengan panitia di Semarang. Diperkirakan hingga Muntilan, Magelang dan Ambarawa, keadaan tidak jauh berbeda. Konon Semarang hanya hujan abu tipis.

Dengan berat hati, kami mencari warung makan mengisi perut yang mulai berontak. Diwakili oleh Revo yang sudah merengek bahkan sejak sampai di ring road. Perjuangan mencari warung makan ternyata tidak mudah karena banyak yang tutup. Yang buka diserbu pembeli hingga antriannya membuat frustrasi.

Batal ke Semarang, jadinya acara makan

Dan di sinilah kami, makan di Ayam Bu Tini, membungkus dan pulang lagi. Perjalanan pulang adalah perjuangan menembus debu vulkanik dan jalanan yang licin. Bagaimanapun kami bersyukur karena mengendarai mobil. Sungguh kasihan mereka yang berjalan kaki atau mengendarai motor. Tubuh, wajah, helm, motor berlapis debu, sudah mirip korban erupsi Merapi.


Adzan ashar menyambut kepulangan kami saat membongkar kembali bekal muatan perjalanan gagal. Suamiku langsung start ke Purbalingga karena esok pagi jadwal Seminar dan kampanye.

Saat hendak rehat, tiba-tiba ingat...pengumuman 10 finalis SB2014 jam 16 tepat!

Bergegas aku meminjam PC, dan tarra....aku melongo. Ada namaku di sini.


Rasanya tak percaya. Bahkan hingga menuliskan ini. Masak sih aku masuk...masak? Hmmm....menggelengkan kepala. Mengucak mata. Tetap saja, ada namaku.

Alhamdulillah saja deh semoga makjur gak salah pilih. Rasanya pengin jongkok saja lihat penampilan blog dan perkenalan #50FinalisSB2014 yang keren-keren. Tapi kupercaya saja ini taqdir agar aku makin giat belajar, giat menulis dan memberi arti dalam dunia yang kutekuni.

Terimakasih untuk semua Makpan, Makjur, Makpon, dan seluruh emak anggota KEB yang menginspirasi. Tanpa KEB entah bagaimana denyut nadi blog-ku karena pernah mengalami aritmia. Itu istilah untuk denyut jantung yang tidak beraturan.

Semoga aktif di KEB dan masuknya saya menjadi 10 Finalis Calon Srikandi Blogger 2014 makin bermanfaat bagi diri saya sendiri dunia akhirat, dan juga bagi semua masyarakat.

Jujur saja, tanpa menjadi calon SB2014 pun saya sudah sangat bersyukur bahwa dalam usia setengah baya ini saya mengenal KEB. Bisa belajar banyak pada para emak dan selalu menyimak setiap ilmu yang terserak di grup para emak.

Maafkan saya jika belum banyak berkiprah. Semoga ke depan ada banyak hal yang bisa dilakukan bersama KEB. Dan tentu ada banyak hal yang harus kukejar agar sukses meletakkan gelar yang kubuat untuk diriku sendiri: gelar Emak Gaptek.

Teriring doa untuk semua warga seputar Gunung Kelud, dan semua masyarakat yang terdampak erupsi baik gunung kelud maupun G Sinabung. Semoga Allah segera menyudahi ujian ini dan semua menyadari dan mengambil hikmah dari setiap kejadian. 

Balai Belajar masyarakat (BBM) membuka kantung donasi bertajuk: “Dari warga Merapi Peduli warga Sinabung”. Silahkan yang ingin menyumbang bisa transfer ke rekening saya BCA Ida Nur Laela no rek 456 056 9535. Saya bercita-cita menyapa warga Kelud dan menyalurkan bantuan sesegera mungkin.


7 comments:

  1. Assalamu alaykum.. Salam kenal mbak Idaa...
    Selamat ya sudah masuk 10 besar, ikut berbahagia, saya selalu kagum sama emak-emak para srikandi ini.. Semoga jadi pemicu semangat untuk menulis ...
    Sekali lagi selamat ya mbaak ...^_^

    ReplyDelete
  2. makasih mak dewi. doakan mendapat yang terbaik dunia akhirat.Amin

    ReplyDelete
  3. Membaca nama 50 besar dan kmd dilanjut berkunjung ke blog ini, saya sepakat dg Mak Jur.
    Barakallah, smg kebaikan yang Mba Ida sebarkan makin luas wilayah dan pengaruhnya. Amiin

    ReplyDelete
  4. makasih doanya mak Titi Esti.Senang dikunjungi...

    ReplyDelete
  5. Semoga semua baik-baik saja ya Bu.. Saya di sini tidak merasakan abu sedikitpun, tetapi bisa sedikit membayangkan situasinya lebih dari Merapi 2010. Btw, congrat ya bu sudah masuk 10 finalis:)

    ReplyDelete
  6. abunya sampai ke bandung jg..
    selamat ya mba udah masuk 10 besar :)

    ReplyDelete
  7. makasih mak Erlina, tahun depan ikutan ya...biar terpacu makin produktif. Nathalia makasih juga. luar biasa Kelud ini ya, membagi debu ke se;luruh jawa hingga NTB.

    ReplyDelete