Wednesday, April 9, 2014

Be A Smart Parents


            Berbincang tentang upaya untuk tidak menjadi orang tua yang emosional, seorang teman berkomentar.
“Kalau pas inget, saya bisa menahan marah. Kalau pas nggak inget... yaa marah lagi....”  Padahal sepertinya lebih banyak saat tidak ingat !

            Hidup yang singkat ini kadang terasa panjang. Ada saat lapang, ada saat sempit. Ada saat dimana kita dalam kesadaran, ada saat lalai. Kecerdasan apapun, intelektual, emosional atau spiritual, hanya hadir pada saat kesadaran juga hadir. Menjadi orang tua yang cerdas secara emosional dan spiritual diawali dengan membangun kesadaran dan ‘menjagai’ agar senantiasa dalam kesadaran.


            Banyak situasi yang membuat seseorang kehilangan kesadaran atau juga kehilangan kendali atas dirinya sendiri.

Ralat penulisan gelar. Ida Nur laila SSi, Apt. 
Mungkin anda adalah seorang ibu rumah tangga yang terjebak rutinitas domestik : bangun pagi, menyiapkan sarapan, membantu anak-anak bersiap sekolah, belanja, memasak, mencuci, menyeterika, arisan, bersih-bersih, membantu anak belajar, mengerjakan PR, membayar tagihan listrik, memenuhi panggilan sekolah anak...

Dua puluh empat jam sehari rasanya berlalu terlalu cepat. Kadang-kadang datang situasi yang menyesakkan ketika segala urusan mengunjungi anda pada waktu yang bersamaan.

            Mungkin anda seorang ibu bekerja, kantoran atau wirausahawati, bisniswomen, yang harus bangun berpagi-pagi mengejar kereta atau bus menuju kantor atau ruang bisnis. Ada rapat, meeting, janji dengan rekanan, meninjau proyek, membuat laporan, presentasi, mengikuti training, tugas luar kota  atau mendatangi undangan klien. Kapan waktu untuk anak anda ?

Mungkin anda seorang bapak rumah tangga , atau bapak kerja fulltime, yang pergi pagi pulang malam. Adakah waktu untuk putra anda dan diri anda sendiri ?

            Beban rutinitas kadang membuat seseorang menjadi tumpul. Sebagai contoh, sebuah analisa tentang kualitas hubungan orang tua anak. Pada orang tua dengan kuantitas pertemuan yang berlebih dengan anak, ditemukan rendahnya sensitivitas pendidikan anak.

Sebaliknya, orang tua yang memiliki keterbatasan dan kuantitas pertemuan, lebih mengutamakan kualitas. (Maaf, kadang sebagian petugas rumah sakit tak lagi terlalu berempati pada kesakitan atau kesedihan pasien lantaran setiap kali melihat yang serupa).

            Betulkah seseorang menjadi tumpul karena rutinitas ?
            Ataukah seorang yang tumpul hanya sanggup menuruti rutinitas.

Stephen R Covey dalam The -7 Habbits mengandaikan jika anda  seorang yang menemukan penggergaji pohon di hutan. Heran menyaksikan penggergaji yang tahan menggergaji selama berjam-jam tanpa kemajuan yang berarti. Hingga anda menyadari bahwa gergaji yang dipakai penebang kayu adalah gergaji tumpul.

Beginilah kira-kira dialog anda :
“ Apa yang sedang anda kerjakan ?” anda bertanya.

“ Tidak dapatkah anda melihat ?” Demikian jawabnya dengan tidak shabar. “ Saya sedang menggergaji pohon ini”.

“ Anda kelihatan letih !” anda berseru.” Berapa lama anda sudah mengerjakannya?”

“ Lebih dari lima jam, “ jawabnya.” dan saya lelah. Ini benar-benar kerja keras. “

“ Nah mengapa anda tidak beristirahat beberapa menit dan mengasah gergaji itu?” anda bertanya. “Saya yakin anda akan dapat bekerja jauh lebih cepat”

“ Saya tidak punya waktu untuk mengasah gergaji,” Orang itu berkata dengan tegas,“ Saya terlalu sibuk menggergaji.”

Anda dapat membayangkan, penggergaji itu akan membutuhkan waktu berjam-jam bahkan mungkin berhari-hari untuk menyelesaikan satu pohon., dengan gergaji yang tumpul.
            Betulkah saya atau anda sedemikian sibuknya hingga tak sempat mengasah gergaji ? Paradigma kitalah yang menentukan prioritas pekerjaan dan pentingnya memikirkan ketangguhan jangka panjang.

Mari berhenti sejenak untuk mengasah ketajaman sensitivitas kita dalam menyayangi anak. Untuk memperkaya wawasan kita tentang mengelola diri dan keluarga. Untuk mengasah ketrampilam dalam menyayangi anak dan untuk merenugi setiap yang telah kita lakukan. Menjadi orang tua yang cerdas.

            Mengasah hal tersebut dapat secara berkala, rutin atau insidental. Anda merancang untuk mengikuti program training parenting, membeli buku-buku pendidikan anak, membaca barang satu jam dalam sehari, berlangganan majalah keluarga, mengikuti seminar dan pelatihan, mengikuti kegiatan POMG, mengunjungi dan berbagi sesama orang tua, klub-klub keluarga, mencoba sebuah cara baru, dan sebagainya.

Dunia maya sekarang juga menyediakan banyak komunitas untuk berbagi tips, ilmu dan pengalaman dalam pendidikan anak. Bergabunglah dengan komunitas para orang tua di dunia maya maupun dunia nyata sebagai bagian dari upaya menjaga kesadaran kita.

Foto dokumentasi pribadi
O ya jauh lebih penting dari semua itu, bersandarlah kepada Tuhan...berdoa agar selalu diberi kesadaran.

رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
Rabbana Laa Tuzig Qulubana Ba'da Idz Hadaitana min ladunka rahmatan Innaka Antal Wahhabu.

 “YA TUHAN KAMI, JANGANLAH ENGKAU JADIKAN HATI KAMI CONDONG KEPADA KESESATAN SESUDAH ENGKAU BERI PETUNJUK KEPADA KAMI, DAN KARUNIAKANLAH KEPADA KAMI RAHMAT DARI SISI ENGKAU; KARENA SESUNGGUHNYA ENGKAU-LAH MAHA PEMBERI (KARUNIA)”.


Baca juga untuk tetap sadar hubungan pilihan politik dengan pendidikan anak di sini. 

12 comments:

  1. setujuuu mak..break sejenak justru mengembalikan energi dan SEMANGAT! saya sering off untuk recharge..kalau ngg malah bisa bahaya :D...makasih sharingnya mbaaa...btw, radionya ada live streaming ngg tuh..

    ReplyDelete
  2. Aminnnnn....
    Tulisan pertama yg saa bc pagi ini...mksh mak sharingnya ;)

    ReplyDelete
  3. mengasah ilmu termasuk bagian mencari ilmu ya mbak yang hukumnya wajib

    ReplyDelete
  4. berhenti sejenak,,saya butuh itu sekarang makk,,,,pikiran lagi galau,,,butuh istirahat memang,,,tulisan yang bermanfaat,,,terimakasih mak Ida,,,

    ReplyDelete
  5. Dalam buku bahasa Inggris 900 ada sebuah proverb berbunyi : All works no play makes a Jack a dull boy"
    Kerja terus nggak pernah santai bia membuat sesorang menjadi bebal atau dungu. Benar enggak ya?
    Kayaknya benar ya Jeng. Kerja keras harus dimbangi istirahat dan rekreasi yang cukup.Jika tidak maka akan uring-uringan terus. Anak bisa jadi sasaran.

    Terima kasih tipsnya

    Salam hangat dari Surabaya

    ReplyDelete
    Replies
    1. waah bener banget pakdhe...mesin juga perlu di service dan tune up..

      Delete
  6. Emmm, kadang saya masih bingung dengan definisi kata "sibuk", Bu. Ada lho, yang bilangnya sibuk, tapi masih sempat nongkron di sosmed. Lama pulaa.
    Padahal, banyak pekerjaan yang menunggu. :D

    ReplyDelete