Monday, June 9, 2014

Anakku Hilang....!



Jika pergi berombongan, terkadang ada satu dua yang tanpa sengaja terpisah dari rombongan. Jika yang terpisah orang dewasa yang membawa HP, mungkin tidak terlalu masalah.
Menjadi problem ketika yang terpisah anak di bawah umur.

Apakah anda pernah mengalami kehilangan anak di keramaian?
Peristiwa ini kami alami kemarin, saat berwisata ke Taman Safari hari Kamis tanggal 5 Juni 2014.

Main dengan Arjuna

Setelah puas berkendara dan berinteraksi dengan para binatang, kami memasuki area permainan. Kami bermaksud istirahat dan mengisi perut. Berjalan berombongan 11 orang, sesekali saya mengawasi posisi Revo, anggota terkecil dalam rombongan kami.

Kekhawatiranku terjadi. Tiba-tiba saya menyadari Revo tidak ada dalam jangkauan mataku.
“Abi lihat Revo?” tanyaku pada suamiku yang di ujung depan. Ia melambaikan tangan sebagai tanda bahwa Revo tidak ada di sekitarnya.

Segera saya mengirim pesan berantai untuk kembali mencari Revo dulu dalam rute yang telah kami lewati.

Sebagai Emak yang merasa khawatir, saya meluncur lebih dahulu menyusuri jalan yang kami lalui setelah mengurus Revo di toilet tadi. Ternyata tak perlu jauh-jauh. Di sebuah tiang, hanya lima puluhan meter dari lokasi toilet, Revo duduk berjongkok menonton televisi.

Revo Cuma Menonton TV
Rupanya sedang ditayangkan suasana dalam ruangan saat orang-orang menonton animasi 4D yang cukup menarik. Bersama Revo juga bergerombol anak-anak kecil yang banyak. Bahkan Revo tidak menyadari bahwa kami telah cukup jauh meninggalkannya.

Segera saja kupeluk penuh sayang dan kubujuk untuk melanjutkan perjalanan.
Itu kejadian pertama.

Kejadian ke dua terjadi esok harinya.
Sambil mengunjungi adikku yang tinggal di Bekasi, kami mampir di Sumarecon. Mall megah itu membuat penasaran juga...gegara para Emak blogger pada meliput haha...

Pertama datang kami langsung menuju toilet rame-rame. Setelah merasa semua selesai, kami naik mencari toko mainan untuk memenuhi pesanan Revo. Saya menjanjikan jika ia bersikap manis selama perjalanan, saya mengijinkannya membeli mainan maksimal seharga uang tabungannya.

Toko mainan ada di lantai tiga, jadi kami bertebaran di sekitar toko itu sambil menanti Revo memilih mainan. Tanpa kami sadari, sebenarnya  si abang no 5 tidak bersama kami. Betul saya telat menyadari.

Si Abang tidak hilang kok.

Tiba-tiba saya ia sudah di sampingku setelah cukup lama kami berada di toko mainan.
“Difa tadi ketinggalan lho mi...” kata kakak pertama.
“Hah...dimana?”
“Tadi waktu kita ke toilet. Ternyata ia masih di dalam toilet saat kita pergi....”
“ Lho...betul Bang trus...?” Spontan aku memeluk bahunya dan memegangi tangannya yang dingin.

Alhamdulillah putraku yang baru lulus SD ini sudah pinter. Begitu menyadari dirinya telah tertinggal rombongan, ia segera tanya ke salah satu penjaga mall, dimana letak meja informasi. Nah di meja informasi itu ia bilang kalau ia terpisah dari rombongan. Si embak yang jaga berusaha menelepon saya. Entah bagaimana dua kali panggilan tidak terdengar olehku.

Lalu ia beralih ke nomer HP bapaknya, ternyata nasibnya sama. Untungnya ia hafal no hp kakak pertama, dan alhamdulillah diangkat.
Dari lantai tiga si kakak melambaikan tangan dan si abang menyambutnya. Lalu ia menyusul sendiri ke lantai tiga...
Duuh rasanya bersalah banget sampai kami melupakan si Abang.

“Bagaimana perasaanmu Bang, saat menyadari terpisah dari rombongan?”
“Biasa aja...” jawabnya sedikit manyun.
“Maafin Umi ya Bang....biasanya Revo yang hilang jadi Umi peganginya Revo...”
“Aku nggak hilang kok...” protesnya.
“Iya maafin Umi ya, tapi Umi memang yakin kamu nggak bakalan hilang...kalau terpisah, kamu tahu harus bagaimana....ya kan Bang?”
Ia mengangguk mantap.

Kami memang telah membekali anak bagaimana harus mengambil tindakan jika terpisah dari rombongan.
Saya bagi ya...

1.     Untuk anak batita, ada baiknya dilengkapi dengan gelang pengenal, nama dan cp ortu.
2.     Anak usia 3 tahun ke atas sudah bisa diberi pengertian untuk tidak kemana-mana jika terpisah. Misal kita katakan: “Kalau adik terpisah dari Mama, adik jangan kemana-mana, maka Mama atau petugas akan menemukan kamu”
3.     Mengajari anak untuk menghafal nama dan no hp orang tua, serta alamat rumah.
4.     Mengajari anak untuk bersikap tabah dan berani mendatangi satpam, polisi atau karyawan setempat untuk meminta pertolongan. Kita perlu bermain peran untuk mengajari dia melakukan adegan pura-pura terpisah. Ajarkan dialog yang diperlukan.
5.     Jika membawa anak kecil lebih dari satu, biasakan berbagi tanggungjawab mengawasi agar kita tidak harus mengawasi lebih dari satu anak. Ayah atau kakak bisa dilibatkan.
6.     Mengajari anak untuk mengenali jika ada orang tak dikenal yang bermaksud jahat atau tidak baik. Anak boleh menangis atau berteriak jika ada yang menyakitinya atau membuatnya khawatir.
7.     Sebagai orang tua, memang kudu lirik-lirik anak ya...kalau sedang tidak menggandeng tangannya.
8.     Kadang harus berhitung dulu sebelum melanjutkan perjalanan...”Berhitung mulai...yak!”

Naah kira-kira begitu...mari siapa punya pengalaman boleh berbagi atau menambahkan kiat.

Makasih ya...

4 comments:

  1. anak saya pernah hilang dua2nya, Mak. Masing2 1x. Dua2nya kejadiannya justru pas lagi ikut kakek-neneknya, bukan sm orang tuanya. Yang sulung itu ketinggalan di bengkel. Dia diajak ke bengkel, sampe sana disuruh nunggu di ruang tunggu (krn ada AC). Selesai lagi. Selesai mobil diperbaiki, kakeknya lupa kalau bawa cucu. Main pulang aja. Akhirnya balik, untung anak saya tetep anteng di ruang tunggu walopun dia lihat kakeknya ninggalin dia.

    Kejadian kedua, lebih bikin saya deg2an. Anak sy yang bungsu hilang di pasar baru. Untungnya, ada satpam yang nemuin anak saya. Jd, selama hilang, dia sama satpam.. Saya yang denger ceriitanya aja deg2an banget.

    Biasanya, saya kalau pergi sama anak2 selalu gandengan atau jarak saling berdekatan. 1 dewasa untuk 1 anak. Kalau saya deket sama yang bungsu pas jalan, berarti kakaknya harus nempel ke ayahnya.

    Skrg, kalau anak2 pergi sama org lain (kakek-nenek, sekolah) saya selalu wanti2 berkali2 supaya jangan pernah jauh dari bu/pak guru.

    ReplyDelete
    Replies
    1. waah bikin deg-degan mak myra...iya kalau pergi sama orang lain saya suka telepon-telepon tanya keadaan...makasih sudah mampir ya mak...

      Delete
  2. Duh, Mak Ida, makasih tipsnya. Saya baru punya seorang balita 4,7 tahun saja jadi cemas. Harus hati-hati jika berada di luar rumah. Apalagi Palung pemalu. Ilustrasi cerita di atas saja sudah bikin saya khawatir banget. Ngebayangin gimana paniknya Mak dan anggota keluarga lain saat kehilangan salah seorang dari semua.
    Kuncinya hati-hati dan waspada, ya, Mak. Saya belum bisa memberi pengertian demikian pada Pal. Paling juga kalau lagi sedang berdiri di suatu tempat untuk urusan, kayak kantor pos atau toko, ia akan pegang ujung baju saya kala tidak dipegang mamahnya. Ide tentang gelang itu bagus, tapi gimana cara bikinnya? Makasih.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mak Rohyati, untuk anak usia 4 tahun lebih bisa diajak bermain peran dan menghafal no hp orang tuanya. ada buku cerita tentang anak yang tersesat di mall yang bisa dijadikan pengantar. Gelang atau kalung itu untuk batita. kalau di bonbin jogjakarta ada fasilitasnya.

      Delete