Tuesday, June 3, 2014

Oleh-oleh Makan Malam di Gedung Pakuan Bandung



“Bapak Ibu perhatikan bangunan ini...usianya sudah ratusan tahun, arsiteknya sudah lama meninggal namun karyanya masih kokoh berdiri. Mengapa? Karena ada kejujuran saat membuatnya. Arsitek dan pembangunnya membuat bangunan ini sesuai standarnya. Lain betul dengan beberapa sekolah buatan anak negeri, yang baru belasan tahun sudah hancur. Pembangun dan arsitek masih hidup dan bangunannya sudah rusak. Kejujuran akan membuahkan karya monumental yang melampaui umur manusia itu sendiri....”

Itu sambutan Kang Aher saat acara makan malam di akhir bulan Mei 2014.

mejeng sebelum makan

Nasib membawaku untuk menginjakkan kaki di salah satu cagar budaya Bandung, Gedung Pakuan


Ya, kami rombongan yang diundang makan malam oleh Gubernur Jabar Kang Aher yang menempati rumdin Gedung Pakuan.

Terkagum-kagum saya dengan bagunan megah gaya arsitektur Indische Empire Stijl yang anggun monumental. Pilar bulat, atap yang tinggi dan pintu yang berukuran besaar...

Gedung Pakuan terletak di ujung utara Jalan Oto Iskandardinata, Bandung. Secara administratif termasuk Kelurahan Pasir Kaliki Kecamatan Cicendo, berbatasan langsung dengan wilayah Kelurahan Babakan Ciamis, Kecamatan Coblong, dan secara resmi menjadi rumah dinas gubernur Jawa Barat.

Gedung Pakuan didirikan sehubungan dengan perintah Gubernur Jenderal Ch.F. Pahud karena pemindahan ibukota Karesidenan Priangan dari Cianjur keBandung. Tetapi pemindahan ibukota karesidenan itu baru dapat dilaksanakan oleh Residen Van der Moore pada tahun 1864, setelah Gunung Gede meletus dan menghancurkan Kota Cianjur. Mulai dibangun pada tahun 1864 sampai selesai pembangunannya pada tahun 1867.

Selama pembangunan Gedung Pakuan (1864-1867), telah dikerahkan sejumlah anggota Genie Militair Belanda, yang dibantu oleh R.A. Wiranatakusumahyang dikenal dengan sebutan Dalem Bintang. R.A. Wiranatakusumah merupakan Bupati Bandung ke-8 yang memerintah antara tahun 1846-1874. Ia mengerahkan penduduk dari kampung Babakan Bogor (sekarang Kebon Kawung) dan Balubur Hilir yang kini terletak di depan kediaman resmi Panglima Kodam III Siliwangi di Bandung. Atas jasa tersebut, penduduk yang terlibat dalam pembangunan tersebut dibebaskan dari pajak.

Bersama Ibu Nety, dimana saya?

Sejak zaman Hindia Belanda, konon gedung ini banyak dipakai untuk menjamu para tetamu terhormat, kepala negara, politikus, seniman dunia.
Tamu penting internasional yang pernah berkunjung ke sini adalah:

·         Raja Siam Somdet Phra Paramendr Maha Chulalonkorn pada tahun 1901
·         Perdana Menteri Perancis Georgeos Clemenceau yang berkunjung ke Bandung tahun [1921]
·         Charlie Chaplin dan Mary Picford pada tahun 1927.
·         Andreas Segovia, sempat memetik dawai gitarnya di depan Residen Priangan beserta tamunya.
·         Sri Ratu Belanda Juliana beserta Pangeran Bernhard berkunjung pada tahun 1971. Mereka sangat terpesona menyatakan kepada tuan rumah, agar bangunan lama dengan gaya arsitektur Da Indische Empire Stijl yang langka itu dapat dipertahankan, dipugar dan dilestarikan.
·         Presiden Yugoslavia, Josip Broz Tito
·         Presiden Uni Soviet, Voroshilov

Sejarah bandung adalah sejarah Konferensi Asia afrika. Ketika Konferensi Asia Afrika berlangsung tahun 1955, sejumlah tokoh, pimpinan negara-negara Asia Afrika singgah untuk beristirahat di Gedung Pakuan, diantaranya:

·         Perdana Menteri Birma, U Nu
·         Jendral Carlos P. Rumulo dari Filipina
·         Presiden Mesir, Gamal Abdul Nasser
·         Pangeran Norodom Sihanoouk dari Kamboja
·         Perdana Menteri RRC, Zhou Enlai

Pada kunjungannya tahun 1955, PM India, Jawaharlal Nehru sempat menyatakan dalam pidatonya bahwa Bandung adalah ibukota dari Asia Afrika.

Pada tahun 2005 yang lalu, gedung ini juga dijadikan sebagai tempat jamuan makan siang para kepala negara, pemerintahan dan delegasi negara-negara Asia Afrika dalam rangka acara peringatan 50 Tahun Konferensi Asia-Afrika.

“Dulu, hanya orang-orang tertentu yang masuk ke ruang pertemuan ini. Sekarang ruangan ini bisa diakses siapa saja. Bukan hanya pejabat atau orang penting, semua boleh menggunakan ruangan ini...”

Begitu kata Kang Aher.
Hehe termasuk saya yang bukan siapa-siapa.....


Hihihi

14 comments:

  1. waa... saya blum pernah masuk ke gedung pakuan...

    ReplyDelete
  2. Subhanalloh......seneng bgt kyk nya? Saya aja urang bandung, blom pernah mak menginjak gedung pakuan, apalagi masuk dan makan.....hehehe....:-)

    ReplyDelete
  3. Dalam rangka apa Mbak? datengnya rombongan gitu.
    Alhamdulillah saya yg orang Bandung udah pernah mampir ke sana. :D

    ReplyDelete
  4. Gedung Peninggalan Belanda keren2 ya mba..

    ReplyDelete
  5. enak ya kumpul2,,,ajang silaturahmi mak,,tempatnya juga enak tuh,,,

    ReplyDelete
  6. Cuma sampe parkiran, aja. Waktu masih SMP kalau ga salah pas periodenya R. Nuriana. Waktu itu ayah saya pernah kerja di sana.Ceritanya, mampir karena ada sesuatu dokumen yang harus diberesin. Abis gitu, pulang. SAya mah nunggu aja di mobil. Nyesel ga ikut masuk hehehe.

    ReplyDelete
  7. Asiknya bisa masuk ke tempat2 bersejarah :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. ya Mak....bukan hanya mengingat, tapi dapat merenungi dan meresapi

      Delete