Tuesday, September 9, 2014

Rahasia Besar

Seri 2. 
Postingan pertama ada di sini.

Bagaimana rasanya, bersama orang-orang dekat tetapi kami harus menyimpan rapat-rapat? Beraat.
Apaan sih?

Ya ini, rencana pernikahan putri kami. Mudik lebaran adalah saat berkumpul dengan keluarga besar. Namun kami masih bungkam tentang rencana pernikahan. Pasalnya kami tidak tahu, akan menikah dengan siapa putri kami. Uhuk.
 
Siapa calon menantuku?

Telah bulat tekat kami untuk mantu, namun calon yang diajukan putriku terganjal persetujuan ibundanya.

Bagaimana suamiku orang yang sangat optimis dan ingin membahagiakan putrinya sebisa mungkin.
“......yang penting bundanya mengatakan ya, sekalipun dengan berat. Kita setujui saja semua syarat yang diajukan bundanya....” itu pesan suamiku.

Opsi pertama memang kami menjajagi calon yang dia ajukan. Opsi kedua kami akan mencarikan.
Mengapa kami memilih opsi pertama dulu?

Sebagai konsultan pernikahan, telah banyak kasus di tangan kami, tentang kegagalan pernikahan. Menikah dengan keterpaksaan, tidak selalu berakhir baik. Memang bagi yang telah siap mengikhlaskan diri menerima siapa saja calon yang diajukan oleh orang tua atau mak comblangnya, banyak pula yang berhasil.

“Jika kamu meyakini dia, Umi Abi mempercayainya. Yang penting kalian berkomitmen untuk menjadi lebih baik. Kita tak permasalahkan asal usul atau status sosial. Setiap orang punya potensi menjadi baik, selama ada kemauan....”

Hmm nekat enggak sih, bahkan kami belum bertemu dengan lelaki ini. Hanya sekedar namanya.

Tetapi bukankah putriku telah mengerti, rambu-rambu yang selama ini kami sampaikan? Ia tidak pernah mendapat ijin pacaran, tetapi ia mendapat ijin untuk mengajukan calon suami kapanpun ia siap. Ia boleh berteman dengan siapa saja, tapi dengan batasan.

Hari-hari terakhir bulan Ramadhan, kuminta putriku untuk meningkatkan ibadahnya dan berdoa. Tentunya kami juga banyak berdoa mohon pertolongan untuk semua ikhtiar ini.

Pada saat mudik lebaran, calon yang diajukan  berkesempatan untuk pulang mudik dan berbicara langsung dengan bundanya.
Hari ketiga lebaran, kami berkomunikasi via telepon dan menerima kata sepakat dengan semua syarat yang disampaikan ibundanya: hanya akad nikah dan walimahnya nanti jika mereka telah lulus.
Okelah kalau begitu.

Begitulah perjuangan menuju pelaminan ini mulai kami lakukan.
Penikahan memang bukan hanya tentang dua anak manusia. Dalam budaya Indonesia, menikah itu juga bicara tentang keluarga besar, adat istiadat dan kepantasan. Kami bukankah orang yang sulit dalam masalah ini.

Dalam komunikasi menyatukan dua adat ini, suamiku berkunjung ke Bukittinggi, kota asal calon menantu. Konon adat setempat, pihak perempuan yang mulai mengunjungi, bukan sebagaimana adat Jawa dimana pihak lelaki yang datang melamar.

Yang manapun adat yang dipakai tak masalah karena kami merasa berkepentingan bertemu dengan keluarganya.
Maka suamiku mencari alasan untuk sampai ke sana dengan cara yang wajar. Mengisi seminar. Terimakasih untuk kesigapan teman-teman membuat acara mendadak di Bukittinggi. Hhmm modus ya.

Begitulah. Pertemuan berlangsung baik dan lancar. Bundanya setuju meski masih dalam keraguan.

Demi kepraktisan dan cepatnya proses, calon menantu ini sekalian mengurus surat pindah penduduk, agar nantinya lebih mudah urusan administrasinya. Alasan lain, karena jika pengantar menikah dari tempat asalnya, ia harus melibatkan keluarga besar seluruhnya dan menunggu tetua keluarga memutuskan sebelum melangkah ke proses administratif. Jadi jalan pintas saja demi mengejar waktu.

Kamipun tak tahu tanggal berapa semua proses administrasi ini akan selesai.
Cabut KK, buat KK baru, bikin KTP dan mengurus pengantar nikah dari KUA di Jogja. Dst.
Betapa runyam jika belum selesai hingga saat kami harus pergi tanggal 1 September.

Di sisi lain, agenda kami yang padat, bulan Agustus sungguh membuat kami jumpalitan. Kami pergi Kandangan Kalsel, lanjut ke Bali sambil terus memantau prosesnya. Suamiku sendiri  beredar ke Jakarta, Semarang, Malang, Singapura...wes pokoknya berlarian. Di akhir bulan jadwal kami ke Kaltara, sangat mepet dengan tanggal yang direncanakan.

Di semua tempat itu, bertemu dengan banyak teman dekat, dan kami masih menyimpan rahasia rapat-rapat.

Rupanya Allah berkehendak lain. Manusia hanya berencana dan Allah yang menentukan taqdirnya.
Taqdir apa lagi?


Sambungannya di sini ya.

64 comments:

  1. wah.., seru sekali. Masih menunggu sambungannya...

    ReplyDelete
  2. Waa bersambung lagii, nyimak teruus :D

    ReplyDelete
  3. aarkkkkk.....jangan lama2 mak,penasran hehehe

    ReplyDelete
  4. degdegan bacanya, Mak. sekaligus serasa kilas balik saya ini maah. dari pertemuan ke nikah, dulu cuma 20 hari... hihi

    ReplyDelete
  5. Eaaaaa belum dibuka ya rahasianya?

    ReplyDelete
  6. hihihi, masih panjang ya ceritanya..bikin penasaran nih Mak Ida..

    ReplyDelete
  7. Aduhh makin penasarann...ayo bu ida lanjut ceritanya...#kepo

    ReplyDelete
  8. waaaaaah menjemput menantu ini judulnya :)

    ReplyDelete
  9. ceritanya selalu bikin penasaran...buruan mak... biarin panjang.....sekali posting aja...hehehe

    ReplyDelete
  10. kayak baca serial misteri..hihihi..

    ReplyDelete
  11. Aku udah baca yg pertama dan kedua.
    Ya ampun mak, jadi aku yang deg2an :) Subhanallah akhirnya udah sampai di titik menikahkan ya maak.. ditunggu kelanjutannya hehe

    ReplyDelete
  12. Geemeesss mak nunggu lanjutannya

    ReplyDelete
  13. masih nungguin kelanjutannya, usia 22 tahun udah nikah, lha saya sudah masuk 23th :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. semoga mak Niar segera berjodoh dengan yang terbaik amiin

      Delete
  14. Lama - lama tak cipok lho Mak, bikin penasaran ajah !...Awas undanganya kalo gak sampe ke Purworejo !

    ReplyDelete
  15. eaaaaaaaaaa... ini sdh tgl 9 eptember, berarti Mak sekarang sdh dimana?
    dibikin cerbung di femina aja Mak.. :) DL masih oktober kayaknya, hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. hihi...kan udah tayang...amiin emang pengin ikutan mengasah talnta nyerbung...

      Delete
  16. Great,, printilan yang aduhayyy. Bikin agak tuing2 dengan persyaratan dan jauhnya daerah calon menantu. Duh, pasti senangnya, MAK Ida,, peluk kecil dari reader yang satu ini,, hihihi

    ReplyDelete
  17. lanjut lagi ya mba... benar2 penasran nih.. :)

    ReplyDelete
  18. Gregetan baca tulisan ibu ini dan makin buat ku penasaran. Ditunggu ya bu cerita lanjutannya .

    ReplyDelete
  19. Replies
    1. sukses dong bikin penasaran...makasih sudah mampir

      Delete
  20. Umii... :D :D *inspiring* *nunggukelanjutan*

    ReplyDelete
  21. Huhuuuu...bacanya deg2an. Soalnya anak saya sudah besar-besar. Ini pelajaran baget! saya kudu siap-siap. Trmks banget Mak Ida... *Segera meluncur ke cerbung nya

    ReplyDelete