Sunday, April 19, 2015

Sekolah yang Membangun Kemandirian Siswa.

Jika anda ingat, di sini saya pernah menulis tentang sekolah yang tidak mewajibkan mengenakan seragam bagi para siswanya. Yang diwajibkan justru membawa baju ganti karena anak-anak direlakan bereksplorasi dengan alam hingga ketika pakaian mereka kotor tidak masalah.
Di sekolah inipun saya tercengang oleh salah satu program yang dirancang jauh sebelumnya. Siswa klas 6 ingin melakukan perjalanan ilmiah ke Tanjung Putin. Yang hebat adalah, mereka mencari biaya secara kolektif untuk proyek besar itu.
Jika di sekolah lain, saat akan study tour sekolah mengumpulkan orang tua dan mematok biaya ratusan ribu, maka tidak di sekolah ini. Anak-anak merancang sendiri bagaimana cara mendapatkan biaya yang cukup besar.


Yang mereka lakukan diantaranya adalah: menabung, melamar pekerjaan ke sekolah, membuat kerajinan untuk dijual di even tertentu atau di acara minggu pagi di bundaran besar, berjualan kerudung dll, memasak makanan untuk dijual di bundaran atau di kantin dan berjualan es teh setiap hari kepada sesama siswa.


Termasuk saat acara seminar parenting, mereka menunjukkan kepada para pengunjung apa saja yang telah, sedang  dan akan mereka lakukan untuk menggapai mimpi. Melihat kesungguhan itu, tak sedikit ortu yang simpati dan rela merogoh kocek untuk membeli barang dagangan mereka. Bahkan melebihkan pembayaran untuk donasi.
Hal itu yang dilakukan di sekolah Sahabat Alam Palangkaraya. Contoh profil siswanya seperti yang pernah saya tulis di sini dan di sini.
Saya juga menemui hal serupa di sekolah Revo, SDIT Lukman Alhakim Internasional. Revo dan teman-teman sekelas dimotivasi untuk suka bersedekah. Apa yang akan disedekahkan oleh siswa kelas 2 SD?
Biasanya di sekolah lain, dalam acara baksos dimintakan dana dari orang tua. Namun di kelas Revo sungguh mencengangkan. Anak-anak membuat kerajinan dompet dari kain flanel. Hasil karya itu dijual ke teman-teman di sekolah atau orang tua. Hasil penjualan dikumpulkan dan dipakai modal membuat makanan kecil yang dijual di acara market day.
Uang hasil penjualan itu ditambah infaq harian siswa dibelikan 10 paket sembako yang diantarkan sendiri oleh anak-anak itu kepada warga kurang mampu di sekitar sekokah. Anak-anak menyaksikan sendiri bagaimana keadaan  kehidupan dan rempat tinggal tinggal para dhuafa. Dengan demikian semoga membuka wawasan mereka tentang makna berbagi.


Dua sekolah yang berjauhan letaknya, namun memiliki kesamaan dalam plat form pendidikan. Menanamkan kembali nilai-nilai yang hilang dari suasana pendidikan dewasa ini, diantaranya nilai kemandirian.
Sekolah sahabat Alam Palangkaraya, kini tengah berjuang untuk menyempurnakan fasilitas pendidikan bagi para siswanya. Para siswa yang bukan saja anak-anak pada umumnya, tetapi juga mereka yang berkebutuhan khusus.
Sekolah dan Yayasan telah berusaha dengan seluruh daya upaya, namun tetap dibutuhkan ukuran tangan para dermawan, muhsinin dan ahlu shodaqoh. Anda yang terketuk hati dan ingin memperoleh pahala amal jariyah dapat berpartisipasi melalui kontak donasi di bawah ini.

3 comments:

  1. salut deh sama anak-anaknya masih SD tapi udah mandiri :)

    ReplyDelete
  2. sekolah yang bagus nih mak..prinsip-prinsip kemandirian yang ditanam sejak kecil pasti akan bermanfaat besar bagi mereka setelah dewasa kelak..

    ReplyDelete
  3. Keren bunda, di Malang juga ada sekolah alam, tapi sayang kurang banyak perhatian, padahal pengurusnya udah pada semangat. Semoga mereka mendapat kemudahan untuk terus eksis dan mewarnai dunia pendidikan yang udah kayak gini

    ReplyDelete